scholarly journals Pengaruh penambahan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan di perairan Malalayang, Kota Manado

Author(s):  
Thomson M. Watem ◽  
Henry J. Kumajas ◽  
Fanny Silooy

ABSTRACT Swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the economically important marine product commodities resulting from coastal waters Indonesia. Swimming crab in coastal waters of North Sulawesi usually caught accidentally with bottom gillnet. There has been a special fishing gear for crab traps, but not known by local fishermen. Addition of mackerel oil extract on baits could increase the fishing power of swimming crab traps but this kind of scientific information, particularly on swimming crab, not widely available yet. This research aims to study the effect of mackerel oil extract on traps bait to catch swimming crab; and to identify the types of biota captured. This research was conducted in coastal waters of Malalayang Satu, Malalayang District, Manado City; in December 2014 to January 2015; which is based on experimental methods. Six units of trap were operated seven nights; where tree units of them used scad mackerel bait that injected by mackerel oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without mackerel oil extract; and the capture data were analyzed by t test. The catch was 58 swimming crab in total; 42 fish was caught by scad mackerel bait with mackerel oil extract, and 16 swimming crab was caught by bait without mackerel oil extract. Analysis of t test showed that the use of mackerel oil extracts in bait traps, giving different swimming crab catches compared with bait without mackerel oil extracts. Keywords: swimming crab, trap, mackerel oil, Malalayang Manado   ABSTRAK Ranjungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia. Rajungan di perairan pantai Sulawesi Utara biasanya tertangkap tanpa sengaja dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak berupa minyak tenggiri pada umpan diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu ranjungan; namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada ranjungan, belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan; dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Kelurahan Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado; pada bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015; yang didasarkan pada metode experimental fishing. Enam unit bubu dioperasikan tujuh malam; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikkan ekstrak minyak tenggiri, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan layang tanpa ekstrak; dan data dinalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 58 ekor; 42 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak tenggiri, dan 16 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak minyak tenggiri. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu memberikan hasil tangkapan ranjungan yang lebih banyak dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak tenggiri. Kata-kata kunci: rajungan, bubu, minyak tenggiri, Malalayang Manado. [1] Penulis untuk penyuratan; email: [email protected]

Author(s):  
Fransisco P.T. Pangalila ◽  
Ivor L. Labaro

Swimming Crab (Portunus pelagicus) is one of the economically important marine commodities produced from the coastal waters of Indonesia. The Catching of swimming crabs directly from nature carried out using various types of fishing gear, one of which is a trap. Methods using experimental methods. Therefore, the objective of this research was to study the effect of  type of bait to catch swimming crab. Two kinds of bait, the scad mackerel and chicken intestines. Catch data were collected using 6 units of  trap, operated in coastal waters of Manado bay; and data analysis is based on a  t-test is done using a comparative analysis of the value of the middle observation sample pairs. Besides evaluation carapace size and weight (legal size) swimming crab based Permen KP nomor 1 tahun 2015. The catch was 76 swimming crabs in total, and the results of t-test analysis showed that the use of bait scad mackerel and chicken intestines on traps caused high significant effect in catch. The size of swimming crabs showed that nearly all eligible allowable catch of 71 individuals (93%) both carapace size and weight, and only 5 individuals (7%) who do not eligible allowable catch. Keywords : swimming crab, carapace size, trap baits, chicken intestines.   ABSTRAK Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Indonesia.  Penangkapan rajungan langsung dari alam dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap, salah satunya adalah bubu.  Metode Penelitian menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan rajungan. Dua jenis umpan yang digunakan, yaitu ikan layang dan usus ayam. Data tangkapan dikumpulkan dengan menggunakan 6 unit bubu, yang dioperasikan di perairan pantai Malalayang Teluk Manado; dan analisis data didasarkan pada uji t yang dikerjakan menggunakan analisis perbandingan nilai tengah contoh pengamatan berpasangan.  Selain itu dilakukan evaluasi ukuran karapas dan berat (legal size) rajungan berdasarkan Permen KP nomor 1 tahun 2015. Total hasil tangkapan 76 ekor, dan hasil analisis uji t menunjukkan bahwa penggunaan umpan ikan layang dan usus ayam pada bubu kerucut memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata.  Ukuran hasil tangkapan rajungan yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir semuanya memenuhi persyaratan tangkapan yang diperbolehkan yaitu 71 ekor (93 %) baik ukuran karapas maupun berat, dan hanya 5 ekor (7 %) yang tidak memenuhi persyaratan. Kata-kata kunci : rajungan, ukuran karapas, umpan bubu, usus ayam.


Author(s):  
Moch. Abdul Chalim ◽  
Johnny Budiman ◽  
Emil Reppie

Swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the fishery commodities that have high sales value for which raced flavor and high nutritional content. This swimming crab in coastal waters of North Sulawesi usually caught accidentally (by catch) with bottom gillnets. There has been a special fishing gear for crab traps, but not known by local fishermen. The differences of trap shape could increase the fishing power of swimming crab traps; but such scientific information is not widely available yet. Therefore, this research aimed to study the effect of pots shape to catch swimming crab; and identifies the types of biota captured. This research was conducted in the coastal waters of  Kema Tiga village, North Minahasa Regency; from September to December 2014; which is based on the experimental method. Bubu six units of traps (three units conical shape, and three other rectangular shape), operated for eight nights to collect data; used scad mackerel bait; and the capture data were analyzed by t test.  The catch was 86 swimming crab in total; 56 was caught by conical shape traps, and 30 individuals were caught by rectangular shape traps. Analysis of test showed that t0 = 4.596> t table 0.01; 7 = 3.499, which means that the use of conical shape traps, giving highly significantly different swimming crab catches compared to rectangular shape traps. Keywords: Swimming crab, trap, mackerel bait, North Minahasa   ABSTRAK Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai jual tinggi karena memiliki rasa yang lezat dan kandungan gizi yang tinggi). Rajungan  ini di perairan pantai Sulawesi Utara biasanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Perbedaan bentuk bubu diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu ranjungan; namun informasi ilmiah seperti ini belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan; dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap.  Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Desa Kema Tiga, Kabupaten Minahasa Utara; pada bulan September sampai Desember 2014; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu (tiga unit bentuk kerucut terpancung dan tiga unit bentuk empat persegi) dioperasikan selama delapan malam untuk mengumpulkan data; menggunakan umpan ikan layang; dan data dinalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 86 ekor; 56 ekor tertangkap dengan bubu bentuk kerucut terpancung, dan 30 ekor tertangkap dengan bubu bentuk empat persegi. Hasil analisis menunjukan bahwa t hitung = 4,596 > t tabel 0,01;7 = 3,499, yang berarti bahwa penggunaan konstruksi bubu bentuk kerucut terpancung, memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata dibandingkan dengan konstruksi bubu empat persegi. Kata-kata kunci: Rajungan, bubu, umpan ikan layang, Minahasa Utara.


Author(s):  
Maichel Arvan Pananggung ◽  
Ivor L. Labaro ◽  
Emil Reppie

ABSTRACT Mangrove crab (Scylla serrata) and swimming crab (Portunus pelagicus) are economically important marine commodities produced from the coastal waters of Sangihe Islands Regency. But those marine commodity products are usually only caught accidentally with a bottom gill net. There has been a special trap fishing gear for that resources, but not known well by local fishermen. Addition of squid oil extraction baits could increase the fishing power of mangrove crab and swimming crab traps. This research aims to study the effect of squid oil extract on traps bait to catch mangrove crab and swimming crab; and identify the types of biota captured. This research was done in coastal waters of Malise village, Tabukan Tengah District of Sangihe Islands Regency for 2 weeks September 2015; based on experimental method. Six unit traps were operated ten trips where three units of them used scad mackerel bait that injected with squid oil extract, and tree other units just used scad mackerel bait without extract; and the capture data were analyzed using t test. The catch was 142 individuals (135 mangrove crabs and 7 swimming crab); where 86 crabs was caught by scad mackerel bait with squid oil extract, and 56 crabs caught with bait without squid oil extract. The analysis showed that the use of squid oil extracts on trap baits increased the catch. Keywords: mangrove crab, swimming crab,trap baits, squid oil extract, Sangihe   ABSTRAK[1] Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditi hasil laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan pantai Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi komoditi hasil laut tersebut biasanya hanya tertangkap tanpa sengaja (by catch) dengan jaring insang dasar. Sebenarnya telah ada alat tangkap bubu khusus untuk kepiting bakau dan rajungan, tetapi belum dikenal oleh nelayan lokal. Pemberian ekstrak minyak cumi pada umpan, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari bubu kepiting bakau dan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan, dan mengidentifikasi jenis-jenis biota yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe; selama 2 minggu pada bulan September 2015; yang didasarkan pada metode eksperimental. Enam unit bubu dioperasikan selama sepuluh trip untuk mengumpulkan data; di mana tiga unit menggunakan umpan ikan layang yang disuntikan ekstrak minyak cumi, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan laying tanpa ekstrak; dan data dianalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 142 ekor (135 ekor kepiting bakau dan 7 ekor rajungan); di mana 86 ekor tertangkap dengan umpan layang yang diberi ekstrak minyak cumi, dan 56 ekor tertangkap dengan umpan tanpa ekstrak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak minyak cumi pada umpan bubu, memberikan hasil tangkapan yang sangat berbeda dibandingkan dengan umpan tanpa ekstrak minyak cumi. Kata-kata kunci: kepiting bakau, rajungan, umpan bubu, ekstrak minyak cumi, Sangihe  


Author(s):  
Ucha E. Janis ◽  
Alfret Luasunaung ◽  
Lefrand Manoppo

ABSTRACT The success of baited hook and line fishing gear is determined by the activity of fish in terms of finding and catching food. Adding shrimp extract on bait may increase the fishing power of the bait; but this kind of scientific information, particularly on the bottom hand line is not widely available. This study aimed to determine the effect of shrimp extracts on demersal fish catch in the surrounding fishing ground and to identify the species caught by the bottom hand line. This research was conducted in coastal waters Tateli Weru Village, District of Mandolang, Minahasa in October 2015 which was based on an experimental method. Six units of bottom hand line was operated, where three units using bait of scad mackerel marinated in shrimp extract, and three other units using plain bait of scad mackerel; and the data were analyzed using t-test. Total catches was 60 fish; 38 fish caught by bait with shrimp extract, and 22 fish caught by bait without shrimp extract. The results showed that use of bait with shrimp extract give more catches. Keywords: bottom hand line, extrack of shrimp, demersal fish, Tateli Weru   ABSTRAK Keberhasilan alat tangkap pancing dasar berumpan sangat ditentukan oleh aktivitas hidup ikan dalam hal mencari dan menangkap makanan. Pemberian ekstrak udang pada umpan diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari umpan; namun informasi ilmiah seperti ini, khususnya pada pancing dasar belum banyak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak udang terhadap hasil tangkapan ikan demersal di sekitar daerah penangkapan dan mengidentifikasi jenis ikan hasil tangkapan pancing dasar. Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa  pada bulan Oktober 2015 yang didasarkan pada metode experimental. Enam unit pancing dasar dioperasikan, di mana tiga unit menggunakan umpan ikan malalugis yang direndam dalam ekstrak udang, dan tiga unit lainnya hanya menggunakan umpan ikan malalugis tanpa ekstrak; dan data dinalisis dengan uji t. Tangkapan total berjumlah 60 ekor; 38 ekor tertangkap dengan umpan yang diberi ekstrak udang, dan 22 ekor tertangkap dengan umpan tidak memiliki ekstrak udang. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak udang pada umpan memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak. Kata-kata kunci: pancing dasar, ekstrak udang, ikan demersal, Tateli Weru


2016 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Dyah Ika Nugraheni ◽  
Achmad Fahrudin ◽  
. Yonvitner

<p><em>Fishing effort enhancement would put pressure on blue swimming crab resources and its ecosystem. The objective of this study was to determine the spatial distribution based on the size of the carapace width (CW), abundance, temperature, salinity, depth, and fishing intensity in Pati waters which was divided into two zones (zones 1=nearshore, zone 2=offshore). The result showed that the average of carapace width in zone 1 to zone 2 was significantly different (p &lt;0.05), as well as between males and females. Average number of individual (abundance) was significantly different according to fishing areas and sex (p &lt;0.05). The average of water temperature in zone 1 was higher than in zone 2, salinity in zone 1 was smaller than in zone 2, and the water depth in zone 1 was shallower than in zone 2. The higher the crab catch intensity leaded to the smaller the abundance and size of carapace width. Alternative management strategies were proposed such as to divert fishing grounds from coastal waters to offshore during low productivity season, to uphold rules on minimum legal size for catching (Lm = 107 mm),  to release of berried females catch, and to reduce accretion rate of gear and fishing fleet mainly in the coastal zone waters.</em></p><p><em><strong><em>Keywords:  </em></strong><em>blue swimming crab, carapace widht (CW), abundance, intensity of fishing</em></em></p>


2015 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Zairion Zairion ◽  
Yusli Wardianto ◽  
Achmad Fahrudin ◽  
Mennofatria Boer

Distribusi spasio-temporal populasi rajungan betina yang mengerami telur (BEF) telah dikaji di perairan pesisir Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada tiga stratifikasi kedalaman perairan: <5 m (strata S1), antara 5-10 m (strata S2), dan >10 m (strata S3) serta empat sub-area (A1-A4) di setiap stratum dari bulan Maret 2012-Februari 2013. Kelimpahan populasi rajungan BEF diindikasikan dengan proporsi rajungan BEF/betina tidak mengerami telur (NBF) dan BEF/total individu. Perbedaan proporsi dianalisis dengan uji ANOVA satu arah. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi rajungan BEF bervariasi secara spasial, ditemukan mulai dari strata S1 dan meningkat ke strata S3. Daerah pemijahan dan pembiakan yang dominan terdapat pada kedalaman air >5 m dan di sub-area A2 dan A3. Secara agregat, BEF ditemukan sepanjang tahun dengan dua puncak kelimpahan (Mei dan September-Oktober) sebagai puncakmusimpemijahan dan pembiakan. Proporsi rajungan BEF secara spasio temporal tumpang tindih dengan daerah penangkapan rajungan pada hampir semua musim. Diperlukan strategi pengelolaan pemanfataan yang sesuai untukmenunjang keberhasilan reproduksi, diantaranya penangkapan menggunakan alat yang dapat mempertahankan BEF dalam keadaan hidup selama terperangkap, kemudian melepaskannya atau memeliharanya di area tertentu sampai menetaskan telurnya sehingga dapat meningkatkan produksi larva dan pada akhirnya dapat mempertahankan populasi dan stok.Spatial-temporal distribution of berried females (BEFs) Portunus pelagicus was studied in East Lampung coastal waters. An investigation was conducted at three water depth stratifications, i.e., less than 5 m (stratum S1), between 5-10 m (stratum S2) and more than 10 m (stratum S3), as well as four sub-areas (A1 A4) in each of stratifications from March 2012 to February 2013. The abundance of BEF population was indicated by their proportion to non-berried females (NBFs) and to the total individual crabs, while the differences among the results were tested by one-way ANOVA test. The results showed that the proportions of BEFs varied spatially, increased from stratum S1 to S3. Spawning and breeding seemed to dominantly occur at water depth more than 5 m and A2 and A3 sub-areas. BEFs were found throughout the year with two peaks of its occurrence, i.e. in May and in September to October, and those months were considered as peak of spawning and breeding seasons. The spatial and temporal occurrence of BEFs overlapped with crab fishing grounds in most fishing seasons. An appropriate fisheries management strategy is required for their reproduction success. Capturing crab by using eco-friendly fishing gear that render caught BEFs alive and releasing them or keeping them in certain area for hatching their eggs would enhance larvae production to maintain population and stock.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Hafinuddin Hafinuddin ◽  
Edwarsyah Edwarsyah

Fishermen of West Aceh District is still using a tool of unfriendly for environment namely mini trawl for blue swimming crab (Portunus pelagicus spp) fishing, so that it will impact the ecosytem of the sea and the damage to the fish resources such as blue swimming crab. For that reason, there needs to be an alternative of eco-friendly fishing technology to catching blue swimming crab and replace fishing gear unfriendly for environment i.e. mini trawl and exposing the blue swimming crab fishing is as main activity in West Aceh District where Ujong Baroh Village as pilot projetc location for this activity.  The community service program has carried out with IbM activity (Ipteks bagi Masyarakat). The activity was done on February – Agustus 2017, where education, practice and accomponiment was used as methods.  IbM program is expected to increase skill and business managerial as well as improving the economic situation of the coastal communities.


2016 ◽  
Vol 78 (4-2) ◽  
Author(s):  
Herry Boesono ◽  
Sansan Sansan ◽  
Agus Suherman

Blue Swimming Crab [Portunus pelagicus (Linnaeus,1758)] is one of the fishery commodities which is prospective to be exported, highly nutritious, commercial, and wholly valuable. In Kabongan lor village, Rembang, Central Java, Indonesia the fishing gear used to catch crabs is folded trap. Kabongan lor village has a small scale of captured marine resources, so it needs to be utilized further. Because of its large potency, a research need to be conducted to improve the haul. Different trap construction and type of baits is one important factor to improve it. This study was aimed to analyze the influence of the dome-folded traps construction and box-folded traps (control), and the influence of fermented mackerel, fresh mackerel, and puffer fish’s head as baits over the crabs in Rembang waters. The method applied is field experiment with six repetitions and two variables in a treatment. The data was analyzed using normality test, homogeneity test, and ANOVA test using SPSS program ver 20.00. The results showed that dome-folded traps gained more crabs compared to box-folded traps (control). Dome-folded traps gained 3 230 g of crabs, while box-folded traps gained 1 620 g. Meanwhile, the use of fresh mackerel as baits gained better crabs than fermented mackerel and puffer fish’s head (control). According to this research known that the captured crabs in which consume; fresh mackerel baits got 1 890 g of crabs, fermented mackerel got 1 500 g and 1 460 g for puffer fish’s head. The results of ANOVA test show the differences of folded traps construction with F sig value as much as 0.022 shows that Ho is accepted; while that with F sig value as much as 0.686 shows that the Ho is denied. Based on these results known that the different folded traps construction does affect to the amount of captured crabs while the differences of baits type do not.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document