scholarly journals Self efficacy dan Openness terhadap Perilaku Kerja Inovatif pada Kementerian Dalam Negeri

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 92-100
Author(s):  
Sukma Nurmala ◽  
Selly Dian Widyasari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self efficacy dan openness terhadap perilaku kerja inovatif di Kementerian Dalam Negeri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 183 Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (114 laki-laki dan 69 perempuan, usia rerata subjek 40 tahun). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan Skala individual innovative behavior untuk mengukur inovasi individu, skala Big Five Inventory (BFI) versi bahasa Indonesia untuk mengukur keterbukaan wawasan individu, dan Indonesian Adaptation of the General Self-Efficacy untuk mengukur kepercayaan individu atas rencana yang telah disusunnya. Analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik dengan uji regresi linear berganda. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa self efficacy dan openess memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kerja inovatif (R2 = 0,709, Sig.= 0,000). Dengan kata lain, kontribusi pengaruh variasi variabel independen (variabel self efficacy dan variabel openess) mampu menjelaskan sebesar 70,9% variasi variabel dependen (perilaku kerja inovatif) di Kementerian Dalam Negeri. Temuan ini memperkuat penelitian lainnya yang menunjukkan bagaimana self-efficacy dan openness mempengaruhi perilaku kerja inovatif.

2013 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 74-80
Author(s):  
Cindy Inge Adelia ◽  
Rika Eliana

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan dimensi kepribadian big five terhadap penyesuaian psikologis (psychological adsjustment)pada mahasiswa Indonesia yang studi keluar negeri. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penyesuaian psikologisdan Big Five Inventory. Skala penyesuaian psikologisdisusun oleh peneliti berdasarkan dimensi penelitian dan memiliki 33 aitem. Big Five Inventory yangdigunakan peneliti dari inventori yang sudah ada dan telah diadaptasi ke bahasa Indonesia oleh bantuan ahli penerjemah dan memiliki 44 aitem. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 117 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisa regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyesuaian psikologissangat ditentukan oleh kepribadian.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 96-101
Author(s):  
Erik Erik

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk menjadi seorang pengusaha. Salah satunya yaitu faktor kepribadian. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh kepribadain lima besar terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Jakarta. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi. Sampel dalam penelitian ini adalah 136 mahasiswa psikologi universitas negeri Jakarta tingkat akhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen intensi berwirausaha yang diadaptasi dalam bahasa Indonesia dan instrumen Big Five Inventory Scale versi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dimensi kepribadian agreeableness terhadap intensi berwirausaha. Nilai koefisien (Adjusted R square) sebesar 0,058. Artinya dimensi-dimensi kepribadian lima besar memberikan kontribusi sebesar 5,8% terhadap intensi berwirausaha.


Author(s):  
Khaldoun Al-Dababi ◽  
Rabe’a Al- Dababi ◽  
Abdulsalam Abdelrahman

The purpose of this study was to unveil the causal relationship of the big-five factors, self-efficacy and happiness for JUST students. Based on scientific foundations, it constructed a proposed causal relationship model using path analysis for interpreting happiness. To achieve this goal, the Big Five Factors  by John, Donahue & Kentle, (1991), the General Self-Efficacy Scale of Schwarzer & Jerusalem, (1995), and Oxford Happiness Inventory were employed.  The sample consisted of 377 students chosen on availability grounds. The results showed no statistically significant differences between the proposed and the optimal causal relationship models due to high matches on AGFI=0.942; NFI=0.986; RMSEA=0.069; GFI=0.994; IFI=0.991; TLI=0.933; and CFI=0.990. Thus, the model construes the relationships proposed and represents the optimal causal relationship model for the variables of the study.


PLoS ONE ◽  
2020 ◽  
Vol 15 (12) ◽  
pp. e0244631
Author(s):  
Daniel B. Cohen ◽  
Morgan Luck ◽  
Atousa Hormozaki ◽  
Lauren L. Saling

Social distancing measures have been implemented in many countries to limit the spread of COVID-19. Emerging literature reveals that fear of acquiring COVID-19 has detrimental psychological ramifications. However, it seems likely that social distancing will have a further negative impact on well-being. The focus of this study was therefore to investigate whether changes in behaviour as a result of social distancing would predict changes in well-being. Participants (n = 95) rated their level of well-being as it was both during social distancing and retrospectively one month before beginning social distancing. Participants also indicated how much time they spent engaged in various activities both during social distancing and one month before social distancing and nominated how important each of these activities was for them. These measures employed scales created specifically for the present study. In addition, participants completed the Big Five Inventory–2 Extra-Short Form and the nine-item version of the Personal Optimism and Self-Efficacy Optimism Scale. We found that affectivity–both positive and negative–decreased with increased engagement in meaningful activities and that affectivity increased with increased activity in general. While both sorts of activity appear to improve some aspects of well-being, it appears that meaningful activity regulates psychological homeostasis while busyness in general does not.


2021 ◽  
Author(s):  
Awaludin Ahya ◽  
Ide Bagus Siaputra

Big Five Inventory-2 (BFI-2) merupakan versi terbaru dari alat ukur kepribadian menurut kerangka teori five factor model. Penelitian ini bertujuan untuk mereplikasi pengujian validitas BFI-2 pada versi Bahasa Indonesia. Uji validitas terkait struktur internal dilakukan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA), sedangkan validitas konvergen melalui korelasi dengan skor BFI-1. Responden adalah 853 mahasiswa dari beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Sumatra Utara dan Jawa Timur. Pengumpulan data secara online menggunakan Google Form. Hasil analisis PCA menunjukkan sebanyak 50 butir (83%) BFI-2 versi Indonesia memiliki muatan faktor memadai terhadap dimensi terkait. Hasil analisis CFA pada model level faset memiliki indeks fit yang lebih baik daripada level dimensi, artinya temuan ini mendukung model pengukuran faset pada BFI-2 Indonesia. Kelima dimensi BFI-2 Indonesia memiliki korelasi positif dengan dimensi BFI-1 pada tingkat moderat, sehingga temuan ini menunjukkan bahwa BFI-2 Indonesia terbukti konvergen dengan BFI-1.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 59 ◽  
Author(s):  
Teguh Lesmana ◽  
Rudy Santoso

Konsumsi kopi orang Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Aktivitas minum kopi saat ini cenderung menjadi gaya hidup dimana seseorang dapat menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik kepribadian dan harga diri dengan gaya hidup hedonisme pada mahasiswa konsumen Starbucks di Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 390 orang mahasiswa yang pernah mengunjungi Starbucks. Partisipan penelitian diminta untuk mengisi kuesioner Big Five Inventory-10 (BFI-10) dan Rosenberg self-esteem scale yang sudah diadaptasi ke bahasa Indonesia, serta skala gaya hidup hedonisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan gaya hidup hedonisme, sedangkan pada karakteristik kepribadian ditemukan kepribadian conscientiousness memiliki hubungan positif yang signifikan dengan gaya hidup hedonisme. Hasil ini menjelaskan bahwa mahasiswa dapat lebih memiliki gaya hidup hedonisme ketika tidak memiliki penilaian positif terhadap dirinya. Hasil hubungan positif signifikan antara kepribadian conscientiousness dengan gaya hidup hedonisme sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan adanya hubungan signifikan antara kepribadian conscientiousness dengan konsumsi kafein. Dengan demikian kecenderungan konsumsi kopi yang dilandasi oleh gaya hidup hedonisme kemungkinan dapat dipengaruhi oleh harga diri dan kepribadian yang dimiliki.


2020 ◽  
Vol 79 (1) ◽  
pp. 15-25
Author(s):  
Jean Philippe Décieux ◽  
Philipp Emanuel Sischka ◽  
Anette Schumacher ◽  
Helmut Willems

Abstract. General self-efficacy is a central personality trait often evaluated in surveys as context variable. It can be interpreted as a personal coping resource reflecting individual belief in one’s overall competence to perform across a variety of situations. The German-language Allgemeine-Selbstwirksamkeit-Kurzskala (ASKU) is a reliable and valid instrument to assess this disposition in the German-speaking countries based on a three-item equation. This study develops a French version of the ASKU and tests this French version for measurement invariance compared to the original ASKU. A reliable and valid French instrument would make it easy to collect data in the French-speaking countries and allow comparisons between the French and German results. Data were collected on a sample of 1,716 adolescents. Confirmatory factor analysis resulted in a good fit for a single-factor model of the data (in total, French, and German version). Additionally, construct validity was assessed by elucidating intercorrelations between the ASKU and different factors that should theoretically be related to ASKU. Furthermore, we confirmed configural and metric as well as scalar invariance between the different language versions, meaning that all forms of statistical comparison between the developed French version and the original German version are allowed.


2019 ◽  
Vol 35 (1) ◽  
pp. 117-125
Author(s):  
Johannes Schult ◽  
Rebecca Schneider ◽  
Jörn R. Sparfeldt

Abstract. The need for efficient personality inventories has led to the wide use of short instruments. The corresponding items often contain multiple, potentially conflicting descriptors within one item. In Study 1 ( N = 198 university students), the reliability and validity of the TIPI (Ten-Item Personality Inventory) was compared with the reliability and validity of a modified TIPI based on items that rephrased each two-descriptor item into two single-descriptor items. In Study 2 ( N = 268 university students), we administered the BFI-10 (Big Five Inventory short version) and a similarly modified version of the BFI-10 without two-descriptor items. In both studies, reliability and construct validity values occasionally improved for separated multi-descriptor items. The inventories with multi-descriptor items showed shortcomings in some factors of the TIPI and the BFI-10. However, the other scales worked comparably well in the original and modified inventories. The limitations of short personality inventories with multi-descriptor items are discussed.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document