Intervensi Pelatihan Penilaian Kinerja Pada Atasan Untuk Meningkatkan Perceived Organizational Support & Employee Engagement Pada Lembaga Pendidikan YPTK

Author(s):  
Holy Greata

Abstrak Penelitian ini bertujuan melihat efektifitas program pelatihan penilaian kinerja untuk meningkatkan perceived organizational support dan employee engagement pada karyawan di lembaga pendidikan YPTK. Alat ukur perceived organizational support merupakan adaptasi dari Survey of perceived organizational support (Eisenberger, 1986) sedangkan alat ukur employee engagement merupakan adaptasi dari Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli dan Bakker 2003). Hasil uji regresi menunjukkan adanya pengaruh perceived organizational support terhadap employee engagement sebesar 0.168 (p=0.016 signifikan pada l.o.s 0.05). Hasil uji paired sample t-test menunjukkan adanya perbedaan skor perceived organizational support dan employee engagement yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dan sosialisasi penilaian kinerja. Kata Kunci: Perceived Organizational Suppor; Employee Engagemen; Performance Appraisal

Author(s):  
Holy Greata

This study aims to look at the effectiveness of performance appraisal training programs to improve perceived organizational support and employee engagement among employees at YPTK educational institutions. This research uses a quantitative approach, with the before-and-after study design research design. The strength of this program is the ability to measure the impact of an intervention. Measuring devices perceived organizational support is an adaptation of the survey of perceived organizational support, while measuring instruments employee engagement is an adaptation of the Utrecht work engagement scale. The results of this study indicate the influence of perceived organizational support on employee engagement of 0.168 (p = 0.016 significant at l.o.s 0.05). Paired sample t-test results showed significant differences in perceived organizational support and employee engagement scores before and after the training and outreach of performance appraisal. Keywords: Perceived Organizational Suppor; Employee Engagement, Performance assessment   Penelitian ini bertujuan melihat efektifitas program pelatihan penilaian kinerja untuk meningkatkan perceived organizational support dan employee engagement pada karyawan di lembaga pendidikan YPTK. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan design penelitian the before-and-after study design. Kelebihan dari program ini adalah kemampuan untuk mengukur dampak dari sebuah intervensi. Alat ukur perceived organizational support merupakan adaptasi dari survey of perceived organizational support, sedangkan alat ukur employee engagement merupakan adaptasi dari Utrecht work engagement scale. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh perceived organizational support terhadap employee engagement sebesar 0.168 (p=0.016 signifikan pada l.o.s 0.05). Hasil uji paired sample t-test menunjukkan adanya perbedaan skor perceived organizational support dan employee engagement yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan dan sosialisasi penilaian kinerja.   Kata Kunci: Perceived Organizational Suppor; Employee Engagement, Penilaian Kinerja.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Kiky Dwi Hapsari Saraswati ◽  
Mirda Sari Ningtyas Dara Pertiwi

Work performance, undoubtedly, is the key of organizational success. Therefore, it is very important to find out the antecedents which will significantly lead to work performance. Unlike other organizations, mental hospital is a unique institution delivering a different kind of service, both to the patients as well as the family of the patients. Adding to the fact, nurses play a very important role in determining the performance of the hospital. Current study aimed to investigate the contributions of work engagement, psychological capital, and perceived organizational support towards work performance. This was a quantitative non-experimental research employing four questionnaire distributed to 140 nurses from all positions, ranging from junior to senior,  and conducted in a mental hospital in Jakarta, Indonesia. The questionnaires distributed to participants were 47-item Individual’s Work Performance, 3-item Utrecht Work Engagement Scale, 24-item Psychological Capital Questionnaire, and 8-item Survey of Perceived Organizational Support. The results of the study found that work engagement played a significant role towards work performance (F=42.402, p<0,05). Moreover, psychological capital and perceived organization support contributed a significant impact towards work engagement (F=3.678, p<0.05). Tidak diragukan lagi bahwa kinerja adalah kunci keberhasilan organisasi. Oleh karena itu, mengetahui anteseden yang secara signifikan akan mengarah pada kinerja sangat penting. Tidak seperti organisasi lain, rumah sakit jiwa adalah institusi unik yang memberikan layanan yang berbeda, baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Ditambah juga perawat memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan kinerja rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kontribusi keterlibatan kerja, modal psikologis, dan dukungan organisasi yang dirasakan terhadap kinerja kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang menggunakan empat kuesioner yang didistribusikan kepada 140 perawat dari berbagai posisi, mulai dari junior hingga senior, dan dilakukan di sebuah rumah sakit jiwa di Jakarta, Indonesia. Kuesioner yang dibagikan kepada peserta adalah Individual’s Work Performance yang terdiri dari 47 item, Utrecht Work Engagement Scale yang terdiri dari 3 item, Psychological Capital Questionnaire yang terdiri dari 24 item, dan Survey of Perceived Organizational  Support yang terdiri dari 8 item. Hasil penelitian menemukan bahwa keterlibatan kerja berperan penting terhadap kinerja kerja (F = 42,402, p <0,05). Selain itu, modal psikologis dan dukungan organisasi yang dirasakan berkontribusi secara signifikan pada keterlibatan kerja (F = 3,678, p <0,05).


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Jufi Lailatul Mufarrikhah ◽  
Muhammad Salis Yuniardi ◽  
Nandy Agustin Syakarofath

Work engagement adalah sikap yang menggambarkan individu secara penuh terlibat dengan pekerjaannya, baik secara emosi maupun fisik dengan menunjukkan perilaku yang penuh semangat, penuh dedikasi, dan penghayatan dalam menunaikan pekerjaan. Salah satu faktor yang dapat berperan dalam meningkatkan work engagement adalah perceived organizational support, yaitu persepsi karyawan mengenai dukungan, kepedulian dan kontribusi organisasi terhadap  kesejahteraan karyawannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran perceived organizational support terhadap work engagement karyawan. Subjek penelitian ini sejumlah 300 karyawan di bidang jasa dan produksi yang diperoleh menggunakan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan SPOS (Survey Perceived Organizational Support) sebanyak 13 aitem dan UWES-17 (Utrecht Work Engagement Scale-17) sebanyak 17 aitem. Analisis data menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan hasil perceived organizational support berperan positif terhadap work engagement karyawan (Nilai F = 152,442; p = <0,005). Adapun, sumbangan efektif yang diberikan oleh perceived organizational support dapat memprediksi work engagement sebesar 33,8%. Artinya, perceived organizational support terbukti memiliki peran terhadap tinggi rendahnya work engagement karyawan.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Rini Sarianti ◽  
Yuki Fitria ◽  
Etha Visari Nazara

The purpose of this research is to analyze (1) the influence of perceived organizational support on job satisfaction (2) the influence of perceived organizational support on employee engagement (3) the influence of perceived organizational support on job satisfaction with employee engagement as a mediating variable. The population in this research are the employees of Department of PT. West Sumatera Regional Development Bank of Padang consist of 115 employees. The samples were selected using Clustered Proportional Random Sampling which the total of the samples are 89 employees. The data used are primary data and secondary data. The data was analyzed using multiple regression analysis with mediating variable. The result of this research shows (1) perceived organizational support has a positive and significant relationship on job satisfaction (2) perceived organizational support has a positive and significant relationship on employee engagement (3) employee engagement become a mediator on the effect of perceived organizational support on job satisfaction.Keywords: Perceived organizational support; job satisfaction; employee engagement.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 362-366
Author(s):  
Sherry Hadiyani ◽  
Siti Zahreni ◽  
Fahmi Ananda

Perubahan telah menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan organisasi. Ketika organisasi melakukan perubahan, employee engagement menjadi elemen penting dalam proses perubahan. Karyawan yang mempunyai engagement terhadap perusahaan akan mampu berkontribusi terhadap kesuksesan organisasi dalam menghadapi persaingan maupun tantangan pada serta era globalisasi, menghasilkan pekerjaan yang lebih produktif dan kecenderungan turnover yang rendah. Faktor yang mempengaruhi employee engagement adalah keadilan organisasi, terutama keadilan distributifdan keadilan prosedural. Individu menginginkan adanya keadilan yang diberikan dari organisasi kepada mereka. Individu juga membandingkan apa yang sudah ia berikan kepada organisasi dengan apa yang sudah ia terima. Kondisi yang seimbang antara apa yang telah diberikan dengan apa yang telah diperoleh akan menimbulkan persepsi yang sama mengenai keadilan dalam organisasi dari sisi karyawan dan organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan keadilan organisasi terhadap employee engagement karyawan di masa perubahan organisasi. Subjek penelitian ini adalah karyawan PT. perkebunan X sejumlah 150 orang. Alat ukur yang digunakan adalah skala EmployeeEngagement yang merupakan pengembangan skala Utrecht Work Engagement Scale (UWES) berdasarkan teori Schaufeli dan Bakker dan skala keadilan organisasi yang dikembangkan berdasarkan skala yang disusun oleh Colquitt. Analisis data menggunakan regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keadilan organisasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap employee engagement.Jika dilihat per dimensi, hanya dimensi keadilan procedural yang memiliki pengaruh signifikan terhadap employee engagement. Change has been the primary needs for life in an organization. When an organization makes a change, employee engagement becomes an important element in the process of change. The employees who have engagement with a company will be able to give a contribution to the success of the organization is facing competition and challenge and also the globalization era, be more productive and have a low turnover possibility. The factor that influences employee engagement is organizational justice, especially distributive justice and procedural justice. An individual demands justice which is given by their organization. An individual also compares what they have given to the organization and what they have received. The balance condition between these will cause the same perception of justice in an organization for the employees and the organization. Thus, this research aimed to find the role of organizational justice towards employee engagement in the era of organizational change. The subjects in this research were 150 employees of PT. Perkebunan X. The research parameter was Employee Engagement Scale which was a development of the Utrecht Work Engagement Scale (UWES) based on Schaufeli theory and Bakker and the organizational justice scale developed based on Colquitt scale. The data analysis employed a double linear regression. The result of this research showed that organizational justice had positive and significant effects on employee engagement. When it was views per dimension, only procedural justice dimension had significant effects on employee engagement


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Anandre Forastero ◽  
Bertina Sjabadhyni ◽  
Martina Dwi Mustika

<p><strong>Abstract:</strong> It is known that it is quite difficult for companies to create a working environment that suits the characters of the Millennials, who are now undoubtedly make up the largest proportion of the workforce. This study aims to understand how job autonomy and boredom at work affect Millennials’ work engagement. Using non-probability sampling methods, 320 Millennial employees (19–37 years old) from various organizations (private and public organization) in Indonesia agreed to participate in this study. They filled in a questionnaire that measured the Utrecht Work Engagement Scale (UWES-9), Work Design Questionnaire (WDQ); and Workplace Boredom Scale. Data were analyzed using mediation analysis; and the results showed that boredom at work plays a significant role in mediating the relationship between job autonomy and employee engagement in Millennial employees. To conclude, job autonomy positively affects boredom levels of Millennial employees and low levels of boredom results in a higher employee engagement level.</p><p><strong>Abstrak: </strong>Dapat dipahami bahwa perusahaan kesulitan menciptakan lingkungan kerja yang sesuai bagi karyawan-karyawannya, khususnya karyawan Generasi Milenial yang merupakan pemain utama dalam dunia kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran dari variabel-variabel yang diduga dapat mem­pengaruhi keterikatan kerja karyawan Generasi Milenial, yaitu kemandirian kerja dan kebosanan bekerja<em>.</em> Menggunakan metode <em>non-probability sampling</em>, 320 karyawan Generasi Milenial (19-37 tahun) dari berbagai organisasi di Indonesia (organisasi swasta dan negeri) bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka mengisi beberapa kuesioner, antara lain <em>The Utrecht Work Engagement Scale</em> (UWES-9) <em>Work Design Questionnaire</em> dan <em>Workplace Boredom Scale</em>. Analisis data yang digunakan adalah analisis mediasi; dan hasilnya menunjukkan bahwa kebosanan bekerja berperan signifikan dalam memediasi hubungan kemandiran kerja dan keterikatan kerja pada karyawan Generasi Milenial. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian kerja dapat mempengaruhi kebosanan Generasi Milenial dalam bekerja dan rendahnya tingkat kebosanan dalam bekerja tersebut dapat mempengaruhi keterikatan kerja yang dimiliki.</p>


Author(s):  
Anita Sandmeier ◽  
Debbie Mandel

Zusammenfassung. Die Forschung zu Beanspruchung im Lehrberuf ist nach wie vor stark auf negative Auswirkungen wie Stress, Erschöpfung und Burnout fokussiert. Um ein vollständiges Bild zu erhalten, müssen auch die positiven Aspekte von Beanspruchung analysiert werden. Dafür bietet sich ein Konstrukt an, das sich in der internationalen arbeits- und organisationspsychologischen Forschung in den vergangenen Jahren durchgesetzt und in verschiedenen Berufsfeldern und nationalen Kontexten bewährt hat: Arbeitsengagement, gemessen mit der Utrecht Work Engagement Scale (UWES). Der vorliegende Beitrag analysiert die deutschsprachige Version der 9-Item Version der UWES an einer Stichprobe von Lehrerinnen und Lehrern ( N = 162) im Vergleich mit Personen aus intellektuell-forschenden Berufen ( N = 195). Konfirmatorische Mehrgruppen-Faktoranalysen zeigten, dass die UWES-9 über beide Berufsgruppen hinweg messinvariant ist. Die latente Mittelwertsanalyse ergab, dass die Lehrerinnen und Lehrer in Bezug auf das Arbeitsengagement besser abschneiden als die Fachkräfte der anderen Gruppe. Dabei hängt das Arbeitsengagement in beiden Gruppen wie erwartet positiv mit affektivem organisationalem Commitment und negativ mit der Kündigungsabsicht zusammen, was die Validität der deutschen Version des Tests belegt. Vor dem Hintergrund dieser Erkenntnisse wird am Schluss des Beitrags das Potenzial des Konstrukts für die Erforschung der positiven Beanspruchung im Lehrberuf diskutiert.


2009 ◽  
Author(s):  
Maura J. Mills ◽  
Satoris S. Culbertson ◽  
Clive Fullagar

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document