scholarly journals Association of Vitamin-D levels with Sleep Disturbances

Esculapio ◽  
2021 ◽  
Vol 16 (4 (oct 2020 - dec 2020)) ◽  
Author(s):  
Samina Fida ◽  
Saba Saif ◽  
Hala Mansoor ◽  
Javed Iqbal

Objective: Vitamin-D insufficiency and sleep disturbance, both are common problems worldwide and much more common in our part of world. Two problems are associated with each other, which make the situation worse especially locally where over the counter use of even sedatives is common. Vitamin D levels and sleep quality index has been measured and association recorded in our study. Methods: This cross-sectional analytic study was conducted in Division of Medicine, CMH Lahore from 5th April 2019 to 5th Sep 2019. A total of 106 patients presenting to medicine OPD with symptoms of Vitamin-D insufficiency& low Vitamin-D levels were included in the study. PSQI score was calculated. Post treatment follow up Vitamin-D levels and Pittsburgh Sleep Quality Index score were recorded. Data was entered and analyzed by using spss software version 20. Results: Following 106 patients presenting to medical OPDs with Vitamin-D insufficiency, Mean Vitamin-D levels at first visit were ±20.30 with standard deviation of ±13.14 (CI 95%) , PSQI score in first visit was 7(SD±2.66, CI 95%) Mean Vitamin-D levels in second visit after treatment was 83.5(SD±20, CI 95%). PSQI score mean 3.1(SD 1.8, CI 95%). Odds ratio of 3.9(95% CI: 1.20, 12.7), Chi-Square 5.62 with p value .018 was found in first visit and 8.3 (95% CI: 3.15, 22.0) ,Chi-Square 20.9 with p value <.001 for second visit indicating significant association of Vitamin-D deficiency with poor sleep score. Conclusion: Sleep disturbance is associated with low Vitamin-D levels depicting as high Pittsburgh score whereas score decreases with increasing Vitamin-D levels. Key Words: Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Vitamin D levels (Vitamin-D level), Sleep disturbances How to Cite: Fida S, Saif S, Mansoor H, Iqbal J. Association of Vitamins D level with Sleep disturbances. Esculapio.2021;16(1):105-109.

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Piscolia Dynamurti Wintoro ◽  
Wiwin Rohmawati ◽  
Ana Sulistyowati

Latar Belakang: Seorang ibu hamil biasa mengalami kecemasan. Pada TM III kecemasan disebabkan oleh kekhawatiran menghadapi persalinan dan apakah bayinya lahir normal atau cacat. Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom. Metode: Desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom, sebanyak 40 responden dengan teknik total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) untuk mengukur tingkat kecemasan dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data yang digunakan chi square. Hasil : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi dengan P value sebesar 0,021. Simpulan : Ibu hamil trimester III dapat memperbaiki kualitas tidur dengan mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup, perasaan cemas dengan cara relaksasi, senam ibu hamil, dan yoga.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Arita Murwani ◽  
Husna Sri Utari

Latar belakang : Kecemasan merupakan hal yang dialami oleh semua orang ketika mereka merasakan hal yang mengancam mereka, kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur. Skripsi merupakan penyusunan tugas akhir mahasiswa dalam suatu proses pembelajaran yang digunakan untuk evaluasi kegiatan belajar mengajar pada suatu institusi. Kendala yang sering dihadapi pada mahasiswa adalah menuangkan ide kedalam bahasa ilmiah dan kesulitan dengan standar tata tulis ilmiah. Kesulitan tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan psikologis seperti stress, rendah diri, frustrasi, kehilangan motivasi, menunda penyusunan skripsi hingga ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya. Bahkan akibatnya kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang menjadi sikap yang negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu kecemasan. Tujuan : Mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas tidur pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta. Metode : Penelitian ini merupakan peneitian kuantitatif dengan design cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah 44 mahasiswa  keperawatan angkatan 2016  di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta. Teknik pengamblan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu berjumlah 44 responden . Instrumen dalam penelitian ini menggunakan Zung SelfRating Anxiety Scale (SAS/SRAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil : Dengan menggunakan uji chi square p-value=0,001 (p<0,05). Dari hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan kualitas tidur. Kesimpulan : Terdapat hubungan kecemasan dengan dengan kualitas tidur pada mahasiswa yang menyusun skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 35-41
Author(s):  
Muh Hidayat Ashari ◽  
Yudi Hardianto ◽  
Riskah Nur Amalia

Proses menua merupakan suatu proses yang terjadi pada tubuh yang menyebabkan terjadinya penurunan berbagai fungsi tubuh, seiring semakin bertambahnya usia seseorang, akan menyebabkan bebagai perubahan pada struktur dan fungsi sel, jaringan, maupun sistem organ. Perubahan tersebut dapat menyebabkan menurunnya kekuatan otot yang berikutnya akan memengaruhi aktivitas fisik sehingga dapat menurunkan kualitas tidur seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di Desa Nisombali Kabupaten Maros. Penelitian ini merupakan korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yakni purposive sampling sehingga diperoleh sampel 90 lansia. Subjek penelitian ini adalah lansia di Desa Nisombalia Kabupaten Maros yang berusia 60ᵗʰ keatas. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuesioner Physical Activity Scale for Elderly (PASE) sedangkan pengukuran kualitas tidur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Berdasarkan hasil analisis uji hubungan dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di Desa Nisombalia Kabupaten Maros.


e-CliniC ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Sekplin A. S. Sekeon ◽  
Mieke A. H. N. Kembuan

Abstract: Sleep problems are commonly found in stroke patients. The risk for stroke is higher in patients with sleep disorders. Sleep-awake disorders prevalence is 20-40% among stroke patients. Sleep quality could influence the level of severity of stroke. In Indonesia, there is limited publication about the influence of sleep quality to the severity of acute stroke. This study aimed to obtain the relationship between sleep quality before stroke and the severity of acute stroke. This was a cross-sectional study. All stroke patients treated in Neurological wards were selected with inclusion and exclusion criteria. Sleep quality was measured with Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Levels of severity of acute stroke were determined with NIHSS score. Univariate data were descriptively analysed. Bivariat data were conducted to compare sleep quality (good/poor) and level of severity (mild/moderate/severe). Chi square test was applied with a p<0.05 of significancy level. The results showed that of 102 patients, the average age was 59.4 year (SD 11.6), age range was 28-87 years old. Male patients were 55% of all cases. The average of GCS score was 13.31 (SD 2.6). Based on PSQI criteria, we found 21.8% of patients with good sleep quality and 78.2% with poor sleep quality. Based on NIHSS score we found 25.5% of patients with mild, 58.8% with moderate, and 15.7% with severe disability. The chi-square test showed a p value 0.762 (>0.05). Conclusion: There was no significant relationship between sleep quality and the severity of acute stroke.Keywords: sleep quality, NIHSS, acute strokeAbstrak: Stroke merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Risiko terkena stroke lebih besar terjadi pada pasien dengan gangguan tidur. Prevalensi gangguan tidur-bangun dilaporkan sebesar 20-40% pada pasien yang terkena stroke. Kualitas tidur memengaruhi keparahan dan prognosis stroke. Di Indonesia, masih sedikit data yang dipublikasi mengenai pengaruh kualitas tidur terhadap keparahan stroke akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur sebelum stroke dengan tingkat keparahan stroke akut. Desain penelitian ini ialah potong lintang. Seluruh pasien yang dirawat di seluruh ruang Neurologi dijadikan subyek penelitian dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Tingkat keparahan stroke akut dinilai dengan skor NIHSS. Metode statistik deskriptif dikerjakan pada data-data univariat. Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan hubungan kualitas tidur (baik/buruk) dengan derajat defisit neurologi (ringan/sedang/berat). Digunakan uji Chi square dengan acuan signifikansi p<0.05. Hasil penelitian memperlihatkan rerata usia pasien 59,46 tahun (SD 11,6) dengan kisaran usia 28-87 tahun. Pasien laki-laki ditemukan sebesar 55%. Rerata GCS 13,31 (SD 2.6). Pada pengukuran kualitas tidur menurut kriteria PSQI didapatkan kualitas tidur baik sebesar 21,8% dan kualitas tidur buruk sebesar 78,2%. Berdasarkan derajat defisit neurologik menurut nilai NIHSS didapatkan defisit neurologik ringan sebesar 25,5%, sedang 58,8%, dan berat 15,.7%. Uji Chi-square menunjukkan nilai p 0,762 (>0.05). Simpulan: Tidak ditemukan hubungan bermakna antara kualitas tidur sebelum stroke dengan tingkat keparahan stroke akut.Kata kunci: kualitas tidur, NIHSS, stroke akut


2020 ◽  
Vol 26 (3) ◽  
Author(s):  
Syela C Akasian ◽  
Flora Rumiati ◽  
William William

Musik merupakan suatu alunan nada yang bisa dinikmati, umumnya digunakan untuk menghilangkan rasa penat atau stres seseorang. Secara ilmiah musik juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur terutama pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh musik terhadap kualitas tidur pada usia dewasa muda khususnya mahasiswa fakultas kedokteran yang biasanya memiliki kualitas tidur buruk. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida angkatan 2018 sebanyak 96 mahasiswa. Pembagian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner tambahan untuk melihat kebiasaan mendengarkan musik pada mahasiswa dilakukan secara serentak saat proses perkuliahan.  Sebagian besar mahasiswa  memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu 88 (91,7%) mahasiswa. Tiga dari  48  mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur  memiliki kualitas tidur baik. Lima dari delapan mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik  tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan mendengarkan musik dan kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida (p  0,714). 


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 55
Author(s):  
Laras Sitoayu ◽  
Ismi Aminatyas ◽  
Dudung Angkasa ◽  
Nazhif Gifari ◽  
Yulia Wahyuni

<span lang="IN">Masalah gizi pada remaja di Indonesia muncul akibat ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dengan kecukupan gizi yang diperlukan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan cepat saji, tingkat stres dan kualitas tidur terhadap status gizi pada remaja putra SMA DKI Jakarta. </span><span lang="EN-US">Rancanga</span><span lang="IN">n penelitian </span><span lang="EN-US">adalah</span><em><span lang="IN">cross</span><span lang="EN-US">-</span><span lang="IN">sectional</span><span lang="EN-US"> study </span></em><span lang="EN-US">dengan jumlah r</span><span lang="IN">esponden 160 </span><span lang="EN-US">orang </span><span lang="IN">remaja putra. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner FFQ, ISMA (<em>International Stress Management Association</em>) dan PSQI (<em>Pittburgh Sleep Quality Index)</em>. Analisis data menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil menunju</span><span lang="EN-US">k</span><span lang="IN">kan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres terhadap status gizi (<em>p-value</em> = 0,017). Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan cepat saji (<em>p-value</em> = 0,210) dan kualitas tidur (<em>p-value</em> = 0,165) terhadap status gizi. Bagi remaja putra diharapkan untuk lebih meningkatkan makanan bergizi seimbang serta memiliki tingkat stres dan kualitas tidur yang baik agar dapat mencapai status gizi normal</span>


Author(s):  
Thalyta Cristina Mansano-Schlosser ◽  
Maria Filomena Ceolim

ABSTRACT Objectives: to analyze the factors associated with poor sleep quality, its characteristics and components in women with breast cancer prior to surgery for removing the tumor and throughout the follow-up. Method: longitudinal study in a teaching hospital, with a sample of 102 women. The following were used: a questionnaire for sociodemographic and clinical characterization, the Pittsburgh Sleep Quality Index; the Beck Depression Inventory; and the Herth Hope Scale. Data collection covered from prior to the surgery for removal of the tumor (T0) to T1, on average 3.2 months; T2, on average 6.1 months; and T3, on average 12.4 months. Descriptive statistics and the Generalized Estimating Equations model were used. Results: depression and pain contributed to the increase in the score of the Pittsburgh Sleep Quality Index, and hope, to the reduction of the score - independently - throughout follow-up. Sleep disturbances were the component with the highest score throughout follow-up. Conclusion: the presence of depression and pain, prior to the surgery, contributed to the increase in the global score of the Pittsburgh Sleep Quality Index, which indicates worse quality of sleep throughout follow-up; greater hope, in its turn, influenced the reduction of the score of the Pittsburgh Sleep Quality Index.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 286
Author(s):  
Nina Setiawati ◽  
Lutfatul Latifah ◽  
Aprilia Kartikasari

Lebih dari separuh wanita hamil yang merasa tidak nyaman karena mual dan muntah dilaporkan telah mengalami gangguan tidur selama kehamilan. Durasi tidur yang tidak memadai dan kualitas tidur yang buruk selama kehamilan dapat meningkatkan kehamilan dengan risiko, termasuk gangguan pertumbuhan janin, dan depresi pascapersalinan. Yoga umumnya digunakan untuk relaksasi dan terbukti efektif untuk mengurangi stres dan kecemasan pada wanita hamil sehingga dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas tidur bagi wanita hamil. Salah satu bentuk latihan yoga pada ibu hamil adalah pranayama dan postur yoga restoratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pranayama dan postur yoga restoratif efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada wanita hamil. Studi quasy eksperimental dengan kelompok kontrol ini dilakukan pada 58 wanita hamil dengan mual muntah yang didapatkan dengan metode purposive sampling. Responden dibagi menjadi dua kelompok, 29 responden di setiap kelompok. Pranayama dan postur yoga restoratif diberikan pada kelompok intervensi dalam 30 menit selama 7 hari terus menerus. Kualitas tidur diukur oleh Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil analisis data menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam skor kualitas tidur ibu hamil sebelum dan sesudah diberi pranayama dan postur yoga restoratif (p>0.05). Wanita hamil trimester kedua dan ketiga yang mengalami mual dan muntah dalam penelitian ini tampaknya tidak mengalami peningkatan kualitas tidur setelah melakukan pranayama dan postur yoga restoratif. Frekuensi dan keteraturan dalam melakukan yoga menjadi poin penting yang perlu diperhatikan untuk hasil yang lebih ba


2020 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 408-412
Author(s):  
Yuli Yantina ◽  
Nita Evrianasari

ABSTRACT  Background: During pregnancy, pregnant women will experience a variety of changes in reproduction that are physiological and sometimes pathological. Sleep difficulties are generally more common in early pregnancy. Then this sleepless complaint will reappear at the end of pregnancy. Persistent sleep disorders will interfere with the physical and psychological pregnant women.                Purpose of this study is to know the effect of back massage on sleep quality of trimester III pregnant women  Methods: Research type experimental research, design pre experiment designs with one group pretest posttest design. Population in this research is trimester mother III at BPM Tiara Iswantika Wonosari District of Pekalongan Regency of East Lampung year 2018, sample taken counted 29 people with purposive sampling technique. Analysis in this research use paired sample t test.Results of statistical tests showed that the mean maternal sleep quality score on the measurement result using the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire before (pretest) the back massage intervention was 6,28±1,461 and after (posttest) the back massage intervention was 5, 03±1,349 with an mean difference of 1,241±0,739. In result of paired sample t test showed back massage proved to have an effect on to sleep quality of pregnant woman trimester III (p-value 0,000 <a0,05). Conclusion: With the results of this study is expected pregnant women can do back massage therapy to reduce tension, relax the body and improve sleep quality.Suggestion Currently there is still no counseling related to back massage, so health workers should be able to provide back massage counseling to pregnant women because back massage has become part of supporting therapy in the health sector to improve health status, especially in improving the quality of sleep for pregnant women. Keywords : Sleep quality, back massage ABSTRAK  Latar Belakang: Pada masa kehamilan, ibu hamil akan mengalami berbagai perubahan pada sistrem reproduksi yang bersifat fisiologis dan terkadang bersifat patologis. Kesulitan tidur umumnya lebih banyak dialami pada awal kehamilan. Kemudian keluhan sulit tidur ini akan kembali muncul pada akhir kehamilan. Gangguan tidur yang  terus menerus akan mengganggu fisik dan kejiwaan ibu hamil.Tujuan: diketahuinya pengaruh back massage terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester III    Metodologi: Jenis penelitian experimental research, desain pre experiment designs dengan rancangan one group pretest posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu trimester III di BPM Tiara Iswantika Wonosari Kec. Pekalongan Kab. Lampung Timur tahun 2018, sampel yang diambil sebanyak 29 orang dengan teknik purposive sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji paired sample t test.Hasil: uji statistik menunjukkan bahwa Rata-rata skor kualitas tidur ibu hamil pada hasil pengukuran menggunakan kuesioner the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebelum (pretest) intervensi back massage adalah 6,28±1,461 dan setelah (posttest) intervensi back massage adalah 5,03±1,349 dengan selisih rata-rata 1,241±0,739. Pada hasil uji paired sample t test menunjukkan back massage terbukti berpengaruh terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester III (p-value 0,000<a0,05). Kesimpulan: Dengan hasil penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat melakukan terapi back massage untuk menurunkan ketegangan, merileksasi tubuh dan meningkatkan kualitas tidur.Saran Saat ini masih belum ada penyuluhan terkait back massage maka hendaknya bagi tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan back massage kepada ibu hamil karena back massage telah menjadi bagian dari terapi penunjang dalam bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan terutama dalam meningkatkan kualitas tidur ibu hamil. Kata Kunci : Kualitas tidur, back massage 


2021 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
pp. 78-81
Author(s):  
Harika Putra ◽  
Efrida ◽  
Rismawati Yaswir

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) causes immune system dysregulation and an exaggerated systemic inflammatory response. Vitamin D acts as an immunomodulator that enhances the immunity defense. Low levels of vitamin D affect the severity of COVID-19 infection. This study aims to determine vitamin D levels in hospitalized and non-hospitalized COVID-19 patients. A case-control study was conducted involving 62 COVID-19 patients, equally divided into hospitalized and non-hospitalized groups at RSUP dr. M. Djamil, Padang from February to September 2020. Serum vitamin D levels were measured using the Chemiluminescent Microparticle Immunoassay. Vitamin D deficiency was defined as a level less than 20 ng/mL. The hospitalized group consisted of moderate to critical COVID-19 patients, whereas the non-hospitalized group consisted of the asymptomatic and mild COVID-19 patients according to the Indonesian Ministry of Health Guidelines. All data were analyzed using a T-test and Chi-square with a significant p-value of 0.05. The results showed that most subjects were women between 21–60 years. The mean level of vitamin D (ng/mL) in the hospitalized group was lower than in the non-hospitalized group (15.5 ± 7.72 vs. 19.2 ± 14.30; 95% CI -9.509–2.167; p=0.213). Vitamin D deficiency affected hospitalized group more than the non-hospitalized group, but not statistically significant (71% vs. 64.5%, p=0.566). It indicated the role of vitamin D in preventing immune system hyperactivation causing COVID-19 cytokine storm. This study concluded no difference in vitamin D levels among the study groups. Nevertheless, further research on vitamin D is needed to determine its role and benefits against COVID-19 infection.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document