scholarly journals EFEKTIVITAS HOME EXERCISE TERHADAP ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DAN SKOR SENSITIVITAS KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 45-53
Author(s):  
Ida Yatun Khomsah ◽  
Yani Sofiani ◽  
Diana Irawati

Neuropati merupakan salah satu komplikasi kronis yang terjadi pada pasien Diabetes Melitus. Kondisi hiperglikemia yang tidak dikelola dengan baik dalam waktu yang cukup lama membuat pasien Diabetes Melitus rentan terhadap komplikasi kronis yang menyebabkan angka morbiditas cukup tinggi. Home Exercise menjadi salah satu intervensi yang dapat mencegah terjadinya gangguan vaskularisasi perifer pada pasien Diabetes Melitus. Penelitin ini bertujuan untuk mengidentifikasi Efektivitas Home Exercise Terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) dan Skor Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Desain penelitian dengan rancangan quasi eksperiment pre dan post test design with control group dengan 18 responden kelompok intervensi yang diberikan intervensi Home Exercise dan 18 responden kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi Home Exercise. Hasil menunjukkan bahwa nilai Ankle Brachial Index (ABI) dan Skor Sensitivitas Kaki sesudah dilakukan intervensi mengalami peningkatan Ankle Brachial Index (ABI) dengan nilai rata-rata awal 0.817 setelah intervensi menjadi 0.917 dan Skor Sensitivitas Kaki dengan nilai rata-rata awal 8.00 setelah intervensi menjadi 10.33. Kesimpulan, ada pengaruh Home Exercise terhadap nilai Ankle Brachial Index (ABI) dan Skor Sensitivitas Kaki sesudah dilakukan intervensi. Intervensi ini dapat direkomendasikan sebagai salah satu terapi alternatif sebagai pencegahan komplikasi penyakit arteri perifer.

2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Supriyadi . ◽  
Nurul Makiyah ◽  
Novita Kurnia Sari

<p><em>Buerger Allen Exercise</em> mampu meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga glukosa dalam darah dapat menurun, dapat membantu mencegah terjadinya penyakit arteri perifer, serta meningkatkan aliran darah ke arteri dan berefek positif pada metabolisme glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2setelah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Jenis penelitian ini adalah <em>quasy-experiment </em>dengan<em> pre-post test design with control group</em><em>.</em> Jumlah sampel 60 penderita diabetes melitus tipe 2 dengan <em>purposive sampling</em>, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden kelompok perlakuan diberikan intervensi <em>Buerger Allen exercise</em> sebanyak 12 kali  selama 15 hari.Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Nganjuk.Data hasilpengukuran nilai <em>ankle brachial index</em>berupa ratio dan diuji statistik dengan <em>Paired Samples Test</em>. Didapatkan <em>p value</em> 0.001 untuk kelompok perlakuan (<em>p value</em>&lt; 0.05) yang menunjukkan bahwa adanya perubahan bermakna secara statistik nilai <em>ankle brachial index</em> sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Dapat disimpulkan bahwa nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2 meningkat sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>.</p><p> </p><p> <strong>Kata kunci :penderita diabetes melitus tipe2, <em>Buerger Allen Exercise, Ankle brachial index</em></strong></p><p> </p>


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Indhit Tri Utami

<p>Diabetes Melitus (DM) menyebabkan komplikasi yang dapat melibatkan vaskuler dan persarafan seperti oklusi arteri perifer dan neuropati.Penentuan sirkulasi perifer melalui pengukuran <em>Ankle Brachial Index</em> (ABI) merupakan metode invasif untuk memeriksa sirkulasi arteri perifer dan sebagai skrining terhadap adanya penyakit arteri oklusi perifer.Sementara itu, IpTT merupakan metode baru untuk mendeteksi penderita diabetes yang kehilangan sensasi kaki dan sebagai informasi untuk skrining adanya neuropati diabetes.Metode ini mudah, aman, cepat, dan mudah di lakukan dan diajarkan.Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah intervensi senam kaki  dapat mempengaruhi <em>Ankle Brachial Index</em> (ABI) dan Nilai <em>Ipswich Touch Test (IpTT)</em> pada pasien DM Tipe 2. Rancangan penelitian menggunakan <em>quasi ekspreriment pre post test design with control group</em>. Pengambilan data menggunakan <em>purposive sampling</em>.Sampel pada penelitian ini terbagi menjadi kelompok intervensi (n = 18) dan kelompok kontrol (n = 18). Berdasarakan uji GLM - RM terdapat peningkatan nilai ABI  dan IpTT pada kelompok intervensi sepanjang periode <em>follow up</em> (<em>pre test, post test I</em>, dan <em>post test II</em>). Dengan <em>p value</em> 0,000. Senam kaki diabetes dapat direkomendasikan sebagai intervensi mandiri keperawatan sebagai upaya pencegahan komplikasi gangguan vaskuler dan persarafan.</p>


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Supriyadi . ◽  
Nurul Makiyah ◽  
Novita Kurnia Sari

Buerger Allen Exercise mampu meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga glukosa dalam darah dapat menurun, dapat membantu mencegah terjadinya penyakit arteri perifer, serta meningkatkan aliran darah ke arteri dan berefek positif pada metabolisme glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ankle brachial indexpada penderita diabetes melitus tipe 2setelah melakukan Buerger Allen exercise. Jenis penelitian ini adalah quasy-experiment dengan pre-post test design with control group. Jumlah sampel 60 penderita diabetes melitus tipe 2 dengan purposive sampling, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden kelompok perlakuan diberikan intervensi Buerger Allen exercise sebanyak 12 kali selama 15 hari.Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Nganjuk. Data hasil pengukuran nilai ankle brachial indexberupa ratio dan diuji statistik dengan Paired Samples Test. Didapatkan p value 0.001 untuk kelompok perlakuan (p value< 0.05) yang menunjukkan bahwa adanya perubahan bermakna secara statistik nilai ankle brachial index sesudah melakukan Buerger Allen exercise. Dapat disimpulkan bahwa nilai ankle brachial indexpada penderita diabetes melitus tipe 2 meningkat sesudah melakukan Buerger Allen exercise.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Novi Widyastuti Rahayu ◽  
Maria Putri Sari Utami

ABSTRAKDiabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan level gula darah. Pengelolaan DM bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal. Kendala utama pada penanganan DM adalah kejenuhan pasien dalam kepatuhan dalam program pengobatan DM, sehingga diperlukan peran keluarga dalam memberikan dukungan dalam menjalankan program pengobatan DM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Supportive Group Therapy terhadap kemampuan keluarga dalam merawat klien Diabetes Melitus. Penelitian ini adalah penelitian quasy-experimental dengan rancangan pre test- post test design with control group,dengan jumlah sampel 24 responden di Kelurahan Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta selama bulan Juni-Oktober 2017. Kemampuan keluarga diukur menggunakan Kuesioner Family Assessment Device (FAD). Hasil menunjukkan bahwa Supportive Group Therapy memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus dengan nilai p = 0,008. Supportive Group Therapy berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus. Kata Kunci : Supportive Group Therapy, Diabetes Melitus, Keluarga INCREASING FAMILY ABILITY IN ACCORDING CLIENTS DIABETES MELLITUS THROUGH SUPPORTIVE GROUP THERAPHY ABSTRACTDiabetes Mellitus is a disease characterized by increased blood sugar levels. DM management aims to maintain blood glucose levels within the normal range. The main obstacle to DM handling is patient saturation in compliance in DM treatment program, so it is necessary family role in providing support in running DM treatment program. The purpose of this study to determine the effect of Supportive Group Therapy on the ability of families in caring for Diabetes Mellitus clients. This study was a quasy-experimental study with a pre test-post test design with control group design, with a sample of 24 respondents in Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta during June-October 2017. Family capability was measured using a Family Assessment Device (FAD) Questionnaire. The results show that Supportive Group Therapy has an effect on the improvement of family ability in caring for family member with diabetes mellitus with p = 0,008. Supportive Group Therapy affects the increased ability of families in caring for family members with diabetes mellitus. Keywords: Supportive Group Therapy, Diabetes Mellitus, Family


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 41-47
Author(s):  
Sitti Fatimah M. Arsad ◽  
Erna Rochmawati ◽  
Arianti Arianti

Abstract Diabetes mellitus is a chronic disease with metabolic disorders in the form of increased blood glucose levels caused by disruption of insulin secretion or insulin efficacy. Management of diabetes can be done by pharmacology or nonphamacology therapy. One of the nonpharmacological therapies is dhikr therapy. The study design used quasy experiment with the control group pre-post test design. The collected samples are 40 diabetes patients with simple random technique. The research sample was divided into 2 groups,control and intervention group, each of which was 20 respondents. Data analysis uses independent t-test. The results showed that dzikir therapy of sentences thayibah, asmaul husna and prayers performed every day for 2 weeks could significantly reduce patients blood glucose levels (p = 0.000) or p <0.05. Key Words : Dhikr Therapy, Blood Glucose Level, Type 2 Diabetes Melitus


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 8-15
Author(s):  
Yitno Yitno ◽  
Asep Wahyu Riawan

Seseorang dengan usia yang sudah tua akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh, begitu pula dengan kepekaanya terhadap insulin. Data WHO tahun 2011 didapatkan jumlah penduduk dunia yang menderita Diabetes Militus meningkat setiap tahunnya, hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan dalam mengelola gaya hidup sehat oleh karna itu perlu dilakukan kegiatan untuk mengelola pola hidup lansia untuk menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh jalan kaki ringan 30 menit terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia diabetes melitus tipe 2. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimen One-Group Pre-post Test Design. Populasi penelitian ini adalah lansia penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa Dukuh yang  dilakukan pada 19 mei 2017, menggunakan tehnik purposive dengan total 24 responden. Pengambilan data dengan perlakuan jalan kaki ringan 30 menit. Kemudian data diolah dengan tehnik Editing, Coding, Scoring dan Tabulating dan diuji dengan statistik Wilcoxon Sign Rank Test.sebelum dilakukan perlakuan jalan kaki ringan 30 menit dari 24 responden Sebagian besar mempunyai kadar gula darah acak dalam kategori diabet yaitu 20 responden (83%), sesudah di lakukan perlakuan jalan kaki ringan 30 menit sebagian besar responden mempunyai kadar gula darah acak dalam kategori diabet yaitu 14 responden (58.3%). hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh latihan jalan kaki ringan  30 menit terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia penderita diabetes melitus tipe 2 yang ditunjukkan dengan nilai p=0,000 dan α = 0,05 yang berarti nilai (p≤0,05).Oleh karena itu peneliti berpendapat bahwa pemberian perlakuan jalan kaki ringan 30 menit  sangat penting  bagi penderita diabetes melitus tipe 2 hal ini terbukti bisa menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ika Nur Pratiwi ◽  
Lailatun Ni'mah ◽  
Ika Yuni Widyawati ◽  
Lingga Curnia Dwi

Pendahuluan: Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot. Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan pencegahan meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009). Fake (Foot and Ankle Exercises) atau dikenal juga dengan senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki (Soebagio, 2011). Melakukan perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60%. Untuk meningkatkan vaskularisasi perawatan kaki dapat juga dilakukan dengan gerakan-gerakan kaki yang dikenal sebagai senam kaki diabetes (Black & Hawks, 2009; Smeltzer et al., 2010; Lewis et al., 2011). Puskesmas Klampis Ngasem memiliki jumlah kunjungan pasien dengan diabetes mellitus yang cukup tinggi di Surabaya. Berdasarakan data dari Puskesmas Klampis Ngasem dalam kurun waktu Januari-September 2017 jumlah kunjungan pasien dengan DM mencapai 2219 kasus.Metode: Wilayah Kerja Puskesmas yang akan menjadi tempat pengabdian masyarakat ini adalah Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya. Metode yang digunakan melalui pendidikan dan pelatihan senam kaki “Fake” (Foot and Ankle Exercises) sebagai upaya pencegahan terhadap komplikasi pada kaki penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya sebanyak 30 orang pasien dengan DM. Peserta pengmas akan dilakukan kegiatan pre-test dan post-test dengan mengisi kuesioner pengetahuan dan kemampuan perawatan kaki pada penderita diabetes serta dilakukan pengukuran sirkulasi darah sebelum dan sesudah kegiatan menggunakan tensimeter di lengan dan kaki hingga diperoleh tekanan sistolik lengan dan kaki untuk pemeriksaan ankle brachial index (ABI).Hasil: Evaluasi Akhir Program Pengabdian Kepada Masyarakat diperoleh bahwa pengetahuan penderita DM terhadap perawatan kaki yang menunjukkan peningkatan nilai rerata post test menjadi 70 dari nilai rerata pada pre test 49 terhadap 30 peserta DM. Sementara itu, didapatkan 18 orang memiliki skor ABI dengan interpretasi borderline perfusion (0,6-0,8) dan sisanya berada dalam rentang normal. Sedangkan setelah dilakukan latihan jasmani berupa senam kaki didapatkan 6 orang masih memiliki skor ABI rentang 0,6-0,8 dengan interpretasi borderline perfusion dan 24 orang berada dalam rentang normal dengan skor ABI 0,9-1,3. Kesimpulan: Diharapkan informasi yang telah disampaikan dalam modul dapat dijadikan panduan dalam memantau penatalaksanaan perawatan kaki pada diabetes mellitus serta Kegiatan senam kaki ini dapat dilakukan secara teratur dirumah dan gerakannya disesuaikan dengan kemampuan tubuh.


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 31-36
Author(s):  
Candra Dewi Rahayu ◽  
Ika Purnamasari

Latar Belakang: Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin secara tepat dan terus menerus sesuai usia tumbuh kembangnya. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak ini masih belum mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu solusi yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu dengan mengintegrasikan SDIDTK dengan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak yang diikuti oleh balita sebelum beranjak ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Tujuan : untuk mengetahui peningkatan pengetahuan guru PAUD dalam melakukan SDIDTK setelah diberikan pelatihan.Metodologi: metode yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre and post test design without control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel tanpa peluang (non probability sampling) dengan jumlah sampel 37 guru PAUD.Hasil: Hasil uji dengan one sampel t-test menunjukan setelah dilakukan pelatihan kepada guru PAUD terdapat peningkatan pengetahuan dapat dilihat dari nilai rata-rata pengetahuan guru dari 8,945 menjadi 15,75 dengan nilai p = 0,000.Kesimpulan dan saran: Pelatihan aplikasi SDIDTK menggabungkan metode ceramah dan demonstrasi mampu meningkatkan pengetahuan secara efektif. Saran bagi Kepala Sekolah di PAUD adalah untuk meningkatkan pengetahuan guru (pengasuh) tentang pertumbuhan dan perkembangan anak menggunakan SDIDTK, sehingga guru dapat memonitor tumbuh kembang anak secara optimal.


2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Amalia Hana Firdausi ◽  
Maria Goretti Adiyanti

The purpose of this study is to examine the effect of assertiveness techniquestraining to improve bullying victims’ self-esteem. This study was a quasi experiment withuntreated control group with pre-test and double post-test design. The data werecollected by using adaptation instrument of Peer Interactions in Primary School (PIPS)Questionnaire, assertiveness scale, and self-esteem scale. The subjects were 18 students in4 th -5 th grade who are indicated as bullying victims and have self-esteem scores categorizedin low to moderate levels (8 students in experimental group and 10 students in controlgroup). The result of the Mann Whitney U test showed that there was no difference inself-esteem scores between the experimental and control group during the pretest (p >0.05). After being treated, the differences in self-esteem scores were significant with Z = -3.113; p = 0.002 (p < 0,01) between the experimental group and control group, in which themean score of self-esteem in the experimental group was higher than the control group


2009 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Prakash K ◽  
Premalatha Sharma

Present study is aimed to assess the effectiveness of diagnosis-based remediation programme in improving the proportionate of students mastering each competency (percentage of competency mastered) by the group of V standard students in the selected (experimental) schools of Shimoga District. A total of 100 students of 4 government primary schools from Shimoga district constituted the sample for the study, of which 50 were boys and remaining 50 were girls. They were selected from both urban and rural areas of Shimoga district. This is an experimental study with pre and post test design. Among the selected100 non-mastered students, 50 were non masters and they formed control group and remaining 50 constituted the experimental group. After 2 months of intervention for the experimental group, the investigator conducted post test for both controlled and experimental groups. The controlled group students were attending regular classes whereas students from experimental group were attending the intervention class outside the class room which was taken by the investigator himself. MLL based test developed by Kashinath (2005) was adapted and used for assessing selected MLL competencies, which had 7 competencies was administered on the students selected 4 government primary schools of Shimoga district. The results showed that experimental group had gained significantly higher competencies in total scores than the control group. Further, male students of experimental group had substantial gain compared to all other groups.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document