Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer (1999) merupakan sebuah potret dinamika sastra sebagai akibat transformasinya dari karya terdahulu, yaitu Pararaton karya sastra Jawa Kuna yang termashur. Novel Arok Dedes, dalam hal relevansinya dengan konteks sejarah pun, merupakan suatu gejala sastra yang dinamis sebab dinamika sastra tidak terlepas dari sejarah. Dalam novel Arok Dedes, lewat kepiawaian dan proses kreatifnya, Pramoedya Ananta Toer berusaha mengungkapkan kembali peristiwa pada abad ke-13 sebagai sebuah sindiran untuk peristiwa masa kini, khususnya pada abad 20-an. Arok Dedes mengisahkan perebutan kekuasaan pertama dalam sejarah bangsa Indonesia, yang konon merupakan pengulangan peristiwa masa lalu. Pramoedya Ananta Toer sebagai pengarang Arok Dedes cukup berhasil dalam mengangkat ’mitos’ Dedes dan mengungkapkannya dalam wacana globalisasi. Peran Dedes cukup menonjol dalam percaturan politik, kekuasaan, dan negara sebab Dedeslah penyusun strategi pemindahan kekuasaan dari suaminya (Tunggul Ametung) ke tangan Arok. Mitos tentang Ken Dedes yang memiliki kharisma ’kebesaran’ atau ’prabawa’ (kewibawaan) yang digali oleh Pramoedya Ananta Toer dari Pararaton ini menjadikan Arok Dedes sebagai karya sastra modern yang patut disimak, khususnya dalam wacana globalisasi sekarang ini. Dedes, sebagai sosok perempuan, berkaitan dengan kekuasaan, politik, dan kenegaraan.
Abstract:
Pramoedya Ananta Toer’s Arok Dedes (1999) is a portrait of literary dynamics as the result of its transformation from the previous work, namely Pararatonan outstanding literary work of old Java. The novel of Arok Dedes, in its relevance with historical context, means a dynamic literary phenomenon because the literary dynamics cannot be separated from history. In the novel Arok Dedes, through his creative sophistication and process, Pramoedya Ananta Tour attempted to retell the 13th century of the event as a satire on present events, especially in the 20th century. Arok Dedes narrated the struggle for the first power in Indonesian history, which is a repetition of preceding events. Pramoedya Ananta Tour, as the author of Arok Dedes, was successful enough in presenting Dedes’ myth and expressing it in globalization discourses. The role of Dedes was noteworthy in the political domain, power, and state because Dedes was the mastermind of power transfer from her husband (Tunggul Ametung) to Arok. The myth of Ken Dedes having prestige or wisdom dug by Pramoedya Ananta Tour from Pararaton makes Arok Dedes a significant modern literary work, particularly in the current globalization discourses. Dedes, as woman figure, was related to power, politics, and state.
Key Words: transformation, discourse, globalization