tepid water
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

24
(FIVE YEARS 11)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 0)

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1285-1290
Author(s):  
Arif Bagus Susetyo ◽  
Siti Rofiqoh ◽  
Aida Rusmariana

AbstractOne of the non-pharmacological therapies to reduce body temperature in children aged 1-5 years is the tepid water sponge. This paper aims to describe the therapy in reducing kid’s temperature. It is a literature review with three articles taken from Google-scholar. They were focused on tepid water sponge and fever as the keywords. To be known, all of them were full-text, published in 2016-2019. The result showed body temperature has reduced into 37,38°C from 38,55°C afther applying the therapy. Therefore, it could be concluded the therapy works well in reducing kid’s temperature. Thus, it is highly recommended for nursing staff to apply the therapy on the children aged 1-5 years.Keywords: fever, tepid water sponge AbstrakSalah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan suhu tuhuh pada anak usia 1–5 tahun adalah tepid water sponge. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan Tepid Water Sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak usia 1-5 tahun. Desain karya tulis ilmiah berupa literature review dengan jumlah tiga artikel yang diambil dari laman jurnal google scolar dengan kata kunci “tepid water sponge” dan “demam” berupa artikel fulltex, terbit tahun 2016-2019. Hasil analisa dari ke 3 artikel menunjukan nilai rata - rata suhu tubuh sebelum dilakukan tindakan tepid water sponge 38,55°C dan setelah dilakukan tindakan tepid water sponge 37,38°C. Kesimpulannya adalah tepid water sponge dapat menurunkan suhu tubuh anak usia 1 – 5 tahun. Saran bagi pelayanan kesehatan hendaknya menerapkan teknik tepid water sponge untuk menurunkan suhu tubuh usia 1 – 5 tahun.Kata kunci: demam, tepid water sponge


2021 ◽  
Vol 4 (6) ◽  
pp. 1465-1472
Author(s):  
Siti Nur Solikah ◽  
Sunaryo Joko Waluyo

ABSTRAKPenyakit infeksi pada anak selalu ditandai dengan demam yang akan berlanjut terjadi kejang demam pada anak apabila tidak segera ditangani. Metode kompres dengan water tepid sponge efektif dalam menurunkan demam pada anak sehingga mampu mencegah terjadinya kejang demam. Kondisi pandemi COVID – 19 membuat masyarakat takut untuk memeriksakan anak ke Palayanan Kesehatan masyarakat. Ibu sering mengalami kepanikan saat anak kejang demam sehingga pengetahuan dan keterampilan penanganan demam dirumah sangat dibutuhakn masyarakat di masa pandemic COVID-19. Kader Posyandu sebagai penggerak kesehatan di masyarakat diharapkan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang lebih untuk bisa meningkatkan derajad kesehatan mayarakat. Tujuan setelah pelatihan singkat melalui whatsapp group discussion diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan kejang demam dirumah. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan singkat menggunakan media whatsapp, video pembelajaran keterampilan kompres WTS serta booklet penaganan kejang demam. Hasil evaluasi kegiatan terdapat  peningkatan  pengetahuan  dan keterampilan kompres pada kader Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta. Kata Kunci: water tepid sponge, kader posyandu, pademi COVID – 19.                                 ABSTRACTFever marks an infectious disease in children.  it can progress to febrile seizures if not treated immediately. The compressing method with the tepid water sponge effectively reduces fever in children to prevent febrile seizures. The COVID-19 pandemic has made people afraid to check their children at the community health service. Mothers often experience panic when their child has a febrile seizure, so the community very much needs that knowledge and skills in handling fever at home during the COVID-19 pandemic. Posyandu cadres, as health drivers in the community, are expected to have more knowledge and understanding to be able to improve the level of public health. After short training through WhatsApp group discussion, the goal is to increase knowledge and skills in handling febrile seizures at home. The activities carried out were short training using WhatsApp media, video learning of WTS compress skills, and booklets for handling febrile seizures. The activity evaluation results showed an increase in knowledge and skills in compressing the Posyandu cadres in the Sangkrah Surakarta Health Center Work Area.  Keywords: Water Tepid Sponge, Posyandu cadres, COVID-19 pandemic


2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Novita Agustina ◽  
Nani Nurhaeni ◽  
Dessie Wanda

Latar belakang: Demam pada anak  menyebabkan orangtua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan dan menjadi penyebab utama anak dirawat di rumah sakit. Warm water sponge adalah satu mekanisme menurunkan demam pada anak dimana keberhasilannya bisa mencapai 100 %, namun penggunaannya di Indonesia baru sebatas kompres dengan teknik tepid water sponge. Oleh karena itu tujuan dari study ini adalah untuk melihat efektifitas kompres menggunakan teknik warm water sponge pada anak dengan peningkatan suhu tubuh. Metode: Desain yang digunakan adalah quasi eksperimental pre-posttest with control group design. Responden berjumlah 36 pasien anak yang mengalami demam yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling, terdiri dari 18 pasien anak menerima perlakuan warm water sponge dan 18 pasien anak menerima perlakuan kompres sesuai standar rumah sakit. Analisis yang dilakukan adalah uji T Independent. Hasil: Intervensi warm water sponge efektif menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam dengan hasil uji T Dependent diperoleh  Pvalue =0,000 < α (0,05). Kesimpulan: Warm water sponge efektif menurunkan suhu tubuh pasien anak yang demam dan pasien anak lebih merasa nyaman dibandingkan dengan terapi penurunan panas yang biasa dilakukan di rumah sakit.


2021 ◽  
Vol 19 (Sup9) ◽  
pp. S20-S28
Author(s):  
Ann Yates

Transanal irrigation (TAI) has been receiving increasing attention and acceptance in recent years as a treatment option for bowel dysfunction, including chronic constipation, faecal incontinence, neurogenic bowel disorders and lower anterior resection syndrome. TAI involves the instillation of tepid water into the bowel via a rectal catheter or cone to achieve a controlled bowel cleanout. This article addresses the competencies that health professionals require to use TAI. Prior to instigating TAI, these include how to undertake an adequate bowel assessment; understand the risks and complications associated with TAI; and select the equipment most suitable for an individual's bowel symptoms. The professional must also be able to instruct the user in how to safely perform the procedure; discuss contra-indications and cautions; and collect outcome measures, including reasons for discontinuation.


Author(s):  
Mohammadtaghi Sarebanhassanabadi ◽  
Samad Niknahad ◽  
Zohreh Khavari ◽  
Leila Nasiri ◽  
Sakineh Ganji ◽  
...  

Objectives: Acute urinary retention (AUR) can occur as a complication after surgery or cardiac catheterization. The aim of this study was to evaluate the effect of wet gauze on relief of AUR in male patients after cardiac catheterization. Methods: In this randomized controlled clinical trial, 36 male patients developing AUR after cardiac catheterization in Afshar Hospital, Yazd, Iran, were allocated to three groups; 13 patients in the group of immersed gauze in tepid water (40 centigrade), 12 patients in the dry gauze group, and 11 patients in the group without any intervention. The gauze was applied on symphysis pubis area. Elimination of AUR was compared between the three groups using chi-square analysis. One-way analysis of variance was used to find significant differences among the three groups regarding the time of relief from AUR. Results: The frequency of the relief of AUR was 61.5%, 25 %, and 9.1% in the groups of wet gauze, dry gauze and without intervention, respectively. There was a significant difference in relief of AUR among all groups (P = 0.022). The difference in relief of AUR between wet gauze group and other two groups was significant, too (P = 0.007). There was no significant difference in the time of relief of AUR among the three groups. Conclusions: According to the results of the study, it can be recommended to apply a gauze immersed in tepid water on the suprapubic area in male patients after cardiac catheterization to relieve AUR.


PLoS ONE ◽  
2021 ◽  
Vol 16 (9) ◽  
pp. e0257029
Author(s):  
Larissa C. Schudlo ◽  
Evdokia Anagnostou ◽  
Tom Chau ◽  
Krissy Doyle-Thomas

Self-reporting of pain can be difficult in populations with communication challenges or atypical sensory processing, such as children with autism spectrum disorder (ASD). Consequently, pain can go untreated. An objective method to identify discomfort would be valuable to individuals unable to express or recognize their own bodily distress. Near-infrared spectroscopy (NIRS) is a brain-imaging modality that is suited for this application. We evaluated the potential of detecting a cortical response to discomfort in the ASD population using NIRS. Using a continuous-wave spectrometer, prefrontal and parietal measures were collected from 15 males with ASD and 7 typically developing (TD) males 10–15 years of age. Participants were exposed to a noxious cold stimulus by immersing their hands in cold water and tepid water as a baseline task. Across all participants, the magnitude and timing of the cold and tepid water-induced brain responses were significantly different (p < 0.001). The effect of the task on the brain response depended on the study group (group x task: p < 0.001), with the ASD group exhibiting a blunted response to the cold stimulus. Findings suggest that NIRS may serve as a tool for objective pain assessment and atypical sensory processing.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 175-181
Author(s):  
Ibnu Rifaldi ◽  
Dewi Kartika Wulandari
Keyword(s):  

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini menjadiprioritas di Indonesia. Salah satu gejala yang sering sekali terjadi pada anak adalah demam. Peningkatan suhutubuh banyak terjadi pada anak karena sistem pertahanan tubuhnya masih lemah, rentan terpapar bakteri atau virussehingga mudah terkena demam. Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengancepat dan tepat, serta dapat menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran.Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan pemberian intervensi untuk mengurangi demam pada anak,yaitu dengan Tepif Water Sponge dan Kompres Bawang Merah. Penelitian ini menggunakan uji Paired T-Testdengan rancangan Two group Pre test-Post test dengan sampel sebanyak 32 orang. Hasil penelitian menunjukkanada perbedaan efektifitas antara kompres tepid water sponge dengan kompres bawang merah. Kompres tepidwater sponge bernilai mean sesudah perlakuan 36,65 oC sedangkan kompres bawang merah bernilai mean sesudahperlakuan 37,15 oC. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian kompres Tepid Water Sponge ternyata lebihefektif untuk menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres bawang merah. Disarankan kepada orangtua untuk melakukan kompres Tepid Water Sponge terhadap anak demam sebelum menuju ke pelayanankesehatan lebih lanjut. Kata kunci: Demam, Kompres Bawang Merah, Kompres Tepid Water Sponge, Suhu Tubuh


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 297
Author(s):  
Nova Ari Pangesti ◽  
Bayu Krisna Anggara Mukti

Latar Belakang: Prevalensi kejadian kejang demam pada anak umur dibawah lima tahun terjadi tiap tahun di Amerika, hampir sebanyak 1,5 juta dan sebagian besar lebih sering terjadi pada anak berusia 6 hingga 36 bulan (2 tahun), terutama pada usia 18 bulan. Gejala khusus dari kejang demam adalah hipertermia dengan meningkatnya metabolisme dalam tubuh maka pasokan oksigen ke otak akan menurun. Pada anak yang peka akan terjadi kejang demam. Kejang demam apabila tidak diatasi segera akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang mempengaruhi gangguan suplai (perfusi) nutrisi kejaringan seluruh tubuh sehingga dapat terjadi gangguan tumbuh kembang. Tujuan: Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penerapan teknik tepid water sponge dan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Metode : Metode yang digunakan adalah literature review, yaitu mengumpulkan dan menganalisis artikel-artikel penelitian mengenai penerapan teknik Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat. Penelusuran artikel dilakukan melalui (database) seperti Google scholar atau Google cendekia dengan menggunakan kata kunci seperti  “Tepid Water Sponge”, “Kompres Hangat”, “Kejang Demam”, “Tepid Water Sponge + Kejang demam,”. Artikel yang dipilih adalah artikel yang dipublikasikan sejak tahun 2015 sampai dengan 2020 yang dapat diakses full text dalam format pdf dan berbahasa Indonesia. Hasil : Berdasarkan uraian dari 6 jurnal yang telah dilakukan review menunjukkan pemberian teknik tepid water sponge lebih efektif daripada kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam. Kesimpulan : Pemberian teknik tepid water sponge sangat direkomendasikan untuk menurunkan hipertermia pada anak dengan kejang demam. Kata kunci: Kejang Demam, Hipertermia, Tepid Water Sponge, Kompres Air Hangat


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Emy Mulyani ◽  
Nur Eni Lestari
Keyword(s):  

Hipertermia merupakan gejala yang paling sering muncul pada anak dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF). Hipertermia dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pada anak yang mengalami demam peningkatan suhu ringan kisaran 37,5-38°C. Dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani adalah bisa menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar. Untuk mengatasi masalah hipertermia dapat dilakukan beberapa tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu Tepid Water Sponge (TWS). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas TWS sebagai intervensi dalam pemberian asuhan keperawatanpada anak dengan masalah hipertermia. Desain yang digunakan adalah studi kasus pada 2 kasus anak dengan masalah hipertermia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan TWS mampu mengatasi masalah hipertermia pada anak. Hasil ini diharapkan dapat menjadi studikasus manajemen hipertermia pada anak yang kemudian dapat dikembangkan menjadi penelitian dan landasan manajemen hipertermia pada anak.


2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
NLP Yunianti SC ◽  
Putu Susy Natha Astini ◽  
Ni Made Desi Sugiani
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document