Kondisi Infrastruktur TIK di Daerah data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) yang dilakukan Kemenkes pada tahun 2011, menggambarkan kondisi infrastruktur TIK di fasilitas pelayanan kesehatan di daerah pada umumnya belum cukup memadai.Di Puskesmas, Mengutip sebanyak 87,4% Puskesmas sudah tersambung listrik 24 jam, sebanyak 78,4% sudah memiliki perangkat komputer. Namun, baru 17,1% yang telah dilengkapi internet dan 15% yang memiliki sistem informasi Puskesmas (SIMPUS) dengan local area network (LAN).Sementara itu, kondisi infrastuktur TIK di rumah sakit (RS), sebanyak 82% RS Pemerintah sudah memiliki akses internet. Selain itu, dilaporkan juga bahwa sebanyak 740 RS telah memiliki sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). SIMRS merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen RS, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen. Di era JKN saat ini, 1.227 RS telah menggunakan aplikasi Indonesia Case Base Group (INA-CBG), meliputi RS Pemerintah maupun swasta. INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem paket, berdasarkan penyakit yang diderita pasien dan cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. “Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah menghitung layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut berikut pengobatannya sampai dinyatakan sembuh”, jelas Menkes. Telemedicine Di beberapa RS juga tengah dikembangkan pilot project telemedicine yng merupakan pelayanan kesehatan jarak jauh melalui pemanfaatkan teknologi informasi dalam upaya diagnosis dan tatalaksana. Pelayanan telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu teleradiologi, telekardiologi, radio komunikasi medik (teleconference), videoconference (vicon), teleradiotherapy, dan sebagainya. Kondisi Infrastruktur TIK di Daerah data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) yang dilakukan Kemenkes pada tahun 2011, menggambarkan kondisi infrastruktur TIK di fasilitas pelayanan kesehatan di daerah pada umumnya belum cukup memadai.Di Puskesmas, Mengutip sebanyak 87,4% Puskesmas sudah tersambung listrik 24 jam, sebanyak 78,4% sudah memiliki perangkat komputer. Namun, baru 17,1% yang telah dilengkapi internet dan 15% yang memiliki sistem informasi Puskesmas (SIMPUS) dengan local area network (LAN).Sementara itu, kondisi infrastuktur TIK di rumah sakit (RS), sebanyak 82% RS Pemerintah sudah memiliki akses internet. Selain itu, dilaporkan juga bahwa sebanyak 740 RS telah memiliki sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS). SIMRS merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen RS, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia, penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen. Di era JKN saat ini, 1.227 RS telah menggunakan aplikasi Indonesia Case Base Group (INA-CBG), meliputi RS Pemerintah maupun swasta. INA-CBG merupakan sistem pembayaran dengan sistem paket, berdasarkan penyakit yang diderita pasien dan cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. “Dengan demikian, sistem INA-CBG sudah menghitung layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut berikut pengobatannya sampai dinyatakan sembuh”, jelas Menkes. Telemedicine Di beberapa RS juga tengah dikembangkan pilot project telemedicine yng merupakan pelayanan kesehatan jarak jauh melalui pemanfaatkan teknologi informasi dalam upaya diagnosis dan tatalaksana. Pelayanan telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu teleradiologi, telekardiologi, radio komunikasi medik (teleconference), videoconference (vicon), teleradiotherapy, dan sebagainya.