Indonesian Journal Of Performing Arts Education
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

14
(FIVE YEARS 14)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Seni Indonesia Yogyakarta

2775-0884

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Ririt Yuniar

Generasi nasionalis, mengutamakan kepentingan bangsa Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Artinya generasi yang taat hukum; disiplin; cinta tanah air; menghormati keragaman suku, agama, budaya; rela berkorban; mampu mengapresiasi budaya bangsa sendiri; menjaga kekayaan budaya bangsa; unggul dan berprestasi; serta mampu menjaga lingkungan. Sekolah, masyarakat, dan keluarga menjadi ekosistem pendidikan yang harus bersinergi. Terciptan karya seni kreatif dan inovatif yang memuat kelima sila beserta butir-butir Pancasila sebagai sebuah nilai luhur, keberagaman dan Kebhinekaan di Indonesia menjadi salah satu solusi alternatif bagi terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini sejalan dengan Visi Misi ISI Yogyakarta, yaitu adanya penerapan dan pengoptimalan nilai-nilai Pancasila dalam konsep dan karyanya dengan memegang teguh konsep ideal bangsa Indonesia guna mewujudkan penciptaan seni maupun mengkaderisasi pendidik seni secara efektif juga menjadi tujuan utama tulisan ini. Teori strategi komunikasi (mengenal khalayak, merancang pesan, menetapkan metode, dan proses seleksi dalam penggunaan media) sangat relevan jika diterapkan oleh kreator seni dengan menggunakan pendekatan performance studies sebagai sebuah metode guna meningkatkan kualitas dan kreativitas para kreator seni yang lebih mengutamakan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman berkarya. Nilai-nilai Pancasila diimplementasikan melalui karya seni yang “borderless” artinya tidak terbatas lintas ruang dan waktu dalam konsep dan praktiknya. How to karya itu diciptakan, diproduksi, ditampilkan, dilestarikan, oleh para seniman, serta penikmat seni lainnya. Melalui pendidikan karakter yang berintegritas karya seringkali memuat substansi pesan moral di dalamnya. Nilai-nilai Pancasila raw-material yang fundamental dan terinternalisasi dalam kehidupan keseharian melalui berbagai profesi. The nationalist generation prioritizes the interests of the nation and state above personal and group interests. It means the law-abiding generation; discipline; love for the homeland; respecting ethnic, religious, cultural diversity; willing to sacrifice; able to appreciate the nation's culture; maintain the nation's cultural wealth; excel and achieve; and able to protect the environment. Schools, communities, and families become educational ecosystems that must work together. The creation of creative and innovative works of art containing the five precepts and the points of Pancasila as a noble value, diversity and diversity in Indonesia is one of the alternative solutions for realizing the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). This is in line with the Vision and Mission of ISI Yogyakarta, namely the application and optimization of Pancasila values in their concepts and works by upholding the ideal concept of the Indonesian nation in order to realize the creation of art well as to regenerate art educators effectively. The theory of communication strategy (knowing the audience, designing messages, determining methods, and selection processes in media used) is very relevant if applied by art creators using a performance studies approach as a method. This approach is to improve the quality and creativity of art creators who prioritize the values of Pancasila as a working guide. Pancasila values are implemented through borderless artwork, meaning they are not limited across space and time in concept and practice. How to work it was created, produced, displayed, preserved by artists and other art connoisseurs. Through character education with integrity, the work often contains the substance of the moral message in it. The values of Pancasila are raw materials that are fundamental and internalized in daily life through various professions. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 42-47
Author(s):  
Mas Drajad Jiwandono ◽  
Dilla Octavianingrum ◽  
Gandung Djatmiko

Masa darurat COVID-19 menuntut proses pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini menghambat proses pembelajaran praktik karawitan di SMP Negeri 2 Kretek, Bantul DIY. Oleh karena itu inovasi media pembelajaran cukup dibutuhkan seperti pemanfaatan Digital Audio Workstation (DAW) Logic Pro X dan aplikasi E-Gamelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan DAW Logic Pro dan E-Gamelan sebagai alternatif media pembelajaran praktik karawitan secara daring. Pengumpulan data ditempuh mulai dari observasi, wawancara, dan analisis dokumen yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik di sekolah terkait. Teknik validasi pada penelitian ini menggunakan validasi triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media Logic Pro X dan E-Gamelan dalam proses pembelajaran praktik karawitan SMP cukup efektif membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut, sebagian besar para siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.  The COVID-19 emergency period demands that the learning process be carried out online. This hinders the learning process of karawitan practice at SMP Negeri 2 Kretek, Bantul DIY. Therefore, learning media innovations are needed, such as Digital Audio Workstation (DAW), Logic Pro X and the E-Gamelan application. This study aims to describe the use of DAW Logic Pro and E-Gamelan as alternative media for learning karawitan practice online. Data collection was taken starting from observation, interviews, and analysis of documents related to these problems. Sources of data in this study were teachers and students in affiliated schools. The validation technique uses a triangulation validation technique. The study results indicate that using Logic Pro X and E-Gamelan media in the learning process of junior high school karawitan practice is quite effective in helping teachers achieve learning goals. Furthermore, most of the students gave a positive response to the learning process carried out. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 12-15
Author(s):  
Bethoven Kharisma

Role-playing games merupakan merupakan salah satu genre utama dari sebagian banyak game dan ada dalam bentuk dan format yang berbeda. Dalam sebuah game cenderung menggunakan musik cinematic yang mampu membawa suasana dan emosi kepada pemain game tersebut. Pemilihan soundtrack Genshin Impact pada “Main Theme: from The Wind and The Star Traveler” sebagai objek penelitian dikarenakan penataan musik cinematic yang megah. Penelitian kualitatif deskriptif ini memiliki tujuan untuk menganalisis teknik pengolahan komposisi dari soundtrack tersebut. Metode yang digunakan adalah studi diskografi, studi literatur, dan observasi. Hasil menunjukkan bahwa soundtrack “Main Theme” pada Genshin Impact dimainkan dakam tonalitas D Mayor dengan tempo 82 bpm. Dalam soundtrack Main Theme terdiri dari beberapa bagian yaitu, intro, verse, chorus, dan outro. Elemen musik pada soundtrack Main Theme juga diketahui berdasarkan ritme, dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk. Musik soundtrack tersebut mengandung suasana yang sederhana tapi megah dari penggunaan tonalitas mayor, poliritme, dan pengembangan motif utama yang memperkaya.  Role-playing games are one of the main genres of many games and come in many different forms and formats. A game tends to use cinematic music that can bring atmosphere and emotions to the game's players. The selection of the Genshin Impact soundtrack on "Main Theme: from The Wind and The Star Traveler" as the object of research is due to the magnificent cinematic music arrangement. This descriptive qualitative study aims to analyze the compositional processing techniques of the soundtrack. The method used is discography study, literature study, and observation. The results show that the “Main Theme” soundtrack on Genshin Impact is played in a D Major tonality with a tempo of 82 bpm. The Main Theme soundtrack consists of several parts: intro, verse, chorus, and outro. The musical elements in the Main Theme soundtrack are also known based on rhythm, dynamics, harmony, texture, and form. The soundtrack's music contains a simple but majestic atmosphere of the enriching use of major tonality, polyrhythm, and development of central motifs. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 24-32
Author(s):  
Lia Yuliati ◽  
Sarjiwo Sarjiwo ◽  
Dilla Octavianingrum

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan strategi  pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran tari untuk anak usia remaja di Sanggar Tari Kembang Sore (STKS). Pembelajaran tari untuk anak usia remaja di menjadi salah satu wadah bagi perkembangan anak usia remaja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah pelatih dan peserta didik STKS Cabang Bantul dan Ranting Kalasan. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Teknik validasi data yang digunakan yaitu triangulasi sumber data dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh STKS Pusat. Pembelajaran tari untuk anak usia remaja di Cabang Bantul menggunakan strategi pembelajaran kontekstual. Ranting Kalasan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan kooperatif. Strategi Pembelajaran yang dipilih sudah tepat karena dapat meningkatkan kreativitas anak dalam memaknai serta menjiwai tari sesuai tujuan pembelajaran. This study aims to reveal and describe the learning strategies applied to dance lessons for adolescent students at STKS. Dance learning for adolescent students is one of the forums for adolescent students' development. This research uses a descriptive qualitative research method. The data sources of this research are the trainers and students of STKS Bantul and Kalasan Branches. Data collection techniques by observation, interviews, documentation, and literature study. The data validation technique used is a triangulation of data sources and methods. The results showed that the use of learning strategies was adjusted to the learning objectives set by the Central STKS. Dance learning for teenagers in Bantul Branch uses contextual learning strategies. Branch Kalasan uses inquiry and cooperative learning strategies. The learning strategy chosen is appropriate because it can increase children's creativity in interpreting and animating dance according to learning objectives.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. i-iv
Author(s):  
Admin IJOPAED

This is a front matter by Vol 1 No 2 edition (July 2021)


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 16-23
Author(s):  
Dinda Assalia Avero Pramasheilla

Kethoprak Ringkes sebagai salah satu grup kethoprak yang ada di Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri. Banyolan para aktor sarat akan edukasi perihal seni tradisi dan keseharian masyarakat setempat. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang tidak dapat dimaknai begitu saja. Adanya semiotika dari Ferdinand De Saussure ini dapat dijadikan sebagai teori dengan tujuan menganalisis pada tataran paling sederhana. Studi ini bertujuan untuk menganalisis komponen linguistik salah satu pertunjukan Kethoprak Ringkes yang berjudul “Sampek Eng Tay (Korban Multi Krisis)”. Metode penelitian yang digunakan yakni analisis kualitatif, dimulai dengan reduksi data hingga membuat kesimpulan. Hasil yang didapat menunjukkan adanya analisa lima dialog menggunakan analisis penanda-petanda, hubungan dua kosakata dengan analisis in present-in absentia, dan lima dialog lainnya menggunakan analisis poros kombinasi dan poros seleksi. Penggunaan berbagai kosakata ini melibatkan sistem tanda dengan semiotika Saussure. Upaya pemaknaan ini bisa dilakukan dalam rangka mengedukasi khalayak umum tentang peran seni pertunjukan bagi masyarakat. Kethoprak Ringkes, as one of the kethoprak groups in Yogyakarta, has its uniqueness. The jokes of the actors are full of education about traditional arts and local people's daily life. However, some things cannot be taken for granted. The semiotics from Ferdinand De Saussure can be used as a theory to analyze it at the most superficial level. This study aims to analyze the linguistic component of the Kethoprak Ringkes performances entitled "Sampek Eng Tay (Multi Crisis Victim)". The research method used is qualitative analysis, starting with data reduction to making conclusions. The results obtained show five dialogues using analysis of signifier-signified, the relationship of two vocabulary words with analysis in present-in absentia, and the other five dialogues using combination and selection axis analysis. The use of these various vocabularies involves a sign system with Saussure's semiotics. Efforts to interpret this can be made to educate the general public about the role of performing arts in the community. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 33-41
Author(s):  
Sutan Alif Naufal Pasya ◽  
Agustina Ratri Probosini ◽  
Gandung Djatmiko

Karakter merupakan kepribadian yang khas pada diri seseorang yang terbentuk karena pengaruh lingkungan. Dalam gerak, iringan, dan kostum pada tari juga memiliki nilai-nilai pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter pada Tari Topeng Getak di Rumah Seni Madhu Ro’om Pamekasan Madura. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan objek penelitian Tari Topeng Getak di Pamekasan, Madura dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Pengumpulan data didapatkan dari observasi, wawancara dengan beberapa narasumber, studi pustaka, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif yang disajikan dengan teks bersifat naratif. Hasil penelitian mendapatkan tujuh nilai pendidikan karakter pada Tari Topeng Getak di Rumah Seni Madhu Ro’om. Adapun beberapa nilai-nilai pendidikan karakter pada Tari Topeng Getak yaitu (1) religius, (2) disiplin, (3) tanggung jawab, (4) rasa ingin tahu, (5) cinta damai, (6) demokratis, dan (7) cinta tanah air. Penerapan nilai-nilai tersebut dapat membantu peserta didik sebagai motivasi dalam latihan dan selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Character is a distinctive personality in a person who is formed due to environmental influences. In motion, accompaniment, and costumes in dance also have character education values. This study aims to describe the values of character education in the Topeng Getak Dance at the Madhu Ro'om Art House Pamekasan Madura. This research uses qualitative research methods, with the object of research being the Topeng Getak Dance in Pamekasan, Madura and the educational values contained in it. Data collection was obtained from observations, interviews with several sources, literature studies, and documentation. The data analysis using qualitative analysis and is presented with narrative text. The study results obtained seven values of character education in the Topeng Getak Dance at the Madhu Ro'om Art House. The values of character education in Topeng Getak Dance are (1) religious, (2) discipline, (3) responsibility, (4) curiosity, (5) peace-loving, (6) democratic, and (7) love the homeland. Applying these values can help students as motivation in training and are consistently applied in everyday life. 


Author(s):  
Iin Darwati ◽  
Nur Iswantara ◽  
Untung Muljono

Abstract The research was based on learning Langen Mandra Wanara Javanese opera in the Langen Mudha Mandra Budaya community in Bantul, DIY. This study aims to identify and describe the art learning process descriptively. What is being studied includes the components of learning and the Javanese opera learning process Langen Mandra Wanara. Data were collected using observation techniques, interviews, literature study, and documentation. The research data validation used triangulation techniques. The results showed that (1) Javanese opera learning Langen Mandra Wanara used an integrated art-based learning model between drama, dance, and music; (2) There are support and appreciation from various society levels around it. This effort is a learning for the younger generation and the community in preserving the Javanese opera Langen Mandra Wanara in the Yogyakarta Special Region.Abstrak Penelitian  dilandasi pembelajaran opera jawa Langen Mandra Wanara di paguyuban langen mudha mandra budaya di bantul, DIY. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran seni secara deskriptif. Adapun yang dikaji meliputi komponen pembelajaran dan proses pembelajaran opera Jawa Langen Mandra Wanara. Pengumpulan data penelitian dengan teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Validasi data  penelitian menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) pembelajaran opera Jawa Langen Mandra Wanara menggunakan model pembelajaran berbasis integrated art, antara seni drama, seni tari, dan seni musik (nembang); (2) Terdapat dukungan dan apresiasi dari berbagai lapisan masyarakat di sekitarnya, upaya ini merupakan pembelajaran bagi generasi muda dan masyarakat dalam melestarikan kesenian Opera Jawa Langen Mandra Wanara di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Author(s):  
Avyana Destyasti Lintang ◽  
Sarjiwo Sarjiwo ◽  
Nur Iswantara

AbstractCharacter education in Indonesia is being re-implemented to shape students to have intellect and character and can be taught through art education, one of which is Javanese opera. Langen carita is one of the arts that is intended to shape children's character as a continuation of children's art education. Langen carita is a form of the sariswara method in which there are literature, songs/music/karawitan, stories and solah bawa in short operas or children's plays (ages 10-14 years). Langen carita has also developed as a performing art with many historical stories, chronicles, or daily life, including Patine Arya Penangsang. This study aims to describe the values of character education in the language of the play Patine Arya Penangsang. This research uses a qualitative descriptive method by studying, analyzing, expressing, and describing character education values in performing art. Data collection techniques used literature study, interviews, observation, and documentation, which were then validated using triangulation. The results showed that Langen Carita entitled Patine Arya Penangsang has values of religious character education, tolerance, discipline, creativity, love for the country, responsibility, leadership, self-confidence, never giving up, cooperation, obedience, perseverance, patience, courtesy, and sincere. In the elements of drama, dance, and music. AbstrakPendidikan karakter di Indonesia sedang diterapkan kembali untuk membentuk siswa memiliki akal pikiran dan budi pekerti dan dapat diajarkan melalui pendidikan seni, salah satunya dalam bentuk opera jawa. Langen carita merupakan salah satu kesenian yang ditujukan untuk membentuk karakter anak sebagai lanjutan pendidikan seni dolanan anak. Langen carita adalah bentuk dari metode sariswara yang di dalamnya terdapat sastra, tembang/lagu/musik/karawitan, cerita dan solah bawa dalam bentuk opera kecil atau sandiwara anak (usia 10-14 tahun). Langen carita juga berkembang sebagai seni pertunjukan dengan banyak cerita sejarah, babad atau kehidupan sehari-hari, salah satunya patine Arya Penangsang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam langen carita lakon Patine Arya Penangsang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengkaji, menganalisis, mengungkapkan, dan menggambarkan nilai-nilai pendidikan karakter di dalam suatu kesenian. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian divalidasi menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langen carita berjudul Patine Arya Penangsang memiliki nilai-nilai pendidikan karakter religius, toleransi, disiplin, kreatif, cinta tanah air, tanggungjawab, kepemimpinan, percaya diri, pantang menyerah, kerja sama, patuh, tekun, sabar, sopan santun, dan ikhlas dalam unsur drama, tari, dan musik.


Author(s):  
Afrizal Yudha Setiawan

AbstractThis article aims to examine the phenomenon of Indonesia's talent search arena using a postcolonial perspective. Various talent search programs in Indonesia are imported products, which can be interpreted as an effort to globalize Indonesia. This has indirectly changed the Indonesian people's mindset and culture, one of which is the taste of music, which prefers westernized songs. Postcolonial can be interpreted as a form of analysis unit that can be used to study the form of the new cultural colonial phenomenon, primarily carried out by the west towards nations in the developing (eastern) category of regions. The form of colonialism that occurred was no longer physical colonialism. However, colonization was carried out through language texts, culture, and the development of a negative image of the east by the west, hegemony as a form of power practice. The postcolonial approach in looking at the phenomenon of the talent search arena in Indonesia can provide an overview of how western culture enters Indonesia and hegemony through television media. This form of hegemony is represented in the talent search event, which is full of westernized nuances. The meaning of western culture can be conveyed to the audience and constructed within the audience.AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengkaji fenomena ajang pencarian bakat di Indonesia, dengan menggunakan perspektif poskolonial. Berbagai program ajang pencarian bakat di Indonesia merupakan produk import, yang dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengglobalkan Indonesia. Hal tersebut secara tidak langsung telah mengubah pola pikir dan kebudayaan masyarakat Indonesia salah satunya seperti selera musik, yang lebih menyukai lagu bernuansa kebarat-baratan. Poskolonial dapat dimaknai sebagai sebentuk unit analisis yang dapat digunakan untuk mengkaji bentuk fenomena penjajahan kebudayaan model baru terutama yang dilakukan oleh Barat terhadap bangsa-bangsa yang ada di kategori wilayah yang sedang berkembang (timur). Bentuk penjajahan yang terjadi tidak lagi penjajahan secara fisik, namun penjajahan dilakukan melalui budaya, teks bahasa, dan pembangunan citra negatif tentang timur oleh barat, menghegemoni sebagai bentuk praktik kekuasaan. Pendekatan poskolonial dalam memandang fenomena ajang pencarian bakat di Indonesia dapat memberikan gambaran tentang bagaimana budaya barat masuk ke Indonesia dan menghegemoni melalui media televisi. Bentuk hegemoni tersebut direpresentasikan dalam acara ajang pencarian bakat yang sarat akan nuansa kebarat-baratan, sehingga makna kebudayaan barat tersebut dapat tersampaikan kepada audience dan terkonstruksi dalam diri audience.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document