TEMALI : Jurnal Pembangunan Sosial
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

41
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Sunan Gunung Djati State Islamic University Of Bandung

2615-5028

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 149-187
Author(s):  
Kustana Kustana ◽  
Cucu Setiawan

Artikel ini membahas tentang bagaimana masyarakat pedesaan mengelola konflik di antara mereka. Mayoritas masyarakat Desa Ciherang kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur yang mayoritas sebagai petani dalam jangka panjang pola pengelolaan irigasi dengan cara tradisional tidak memberikan dampa yang cukup maksimal bagi efektifitas dan efesisnsi apalagi hanya mengandalkan datangnya hujan. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan untuk mengadopsi pola pengelolaan irigasi modern dengan cara mengadopsi teknologi kekinian (modern) agar masyarakat petani, baik pada waktu hujan maupun kemarau. Strategi musyawarah dan gotong royong yang merupakan bagian kearifan lokal bagi masyarakat Desa Ciherang ditumbeuhkan kembali. Sistem pengelolaan irigasi di Desa Ciherang Kecamatan Karangtengah diarahkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan, kualitas dan keterjangkauan pelayanan air. Hal tersebut dilakukan dengan mengembangkan system operasi dan pemeliharaan, termasuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk memelihara prasarana pengairan, membantu mencegah pengalihfungsian lahan pertanian produktif untuk pemanfaatan lainnya dan diharapkan dapat mencegah menurunnya mutu air dan menjaga kelestarian sumber air.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
Isna Zuriatina

The diversity of Indonesian culture is a strong basic capital in development. The government has realized that cultural treasures in Indonesia are valuable assets. Cultural development is one of the government's efforts to improve the welfare and quality of human life in Indonesia. To measure the quality of human life, the Human Development Index (HDI) indicator is used, which explains how the population can access the results of development in obtaining income, health, education, and so on. The Cultural Development Index (CDI) is an instrument used to measure the achievements of cultural development performance, which consists of 7 dimensions, namely dimensions of cultural economy, education, socio-cultural resilience, cultural heritage, cultural expression, cultural literacy, and gender. To find out how much influence the CDI has on HDI in Indonesia, a simple linear regression statistical method is used. The result of this study illustrate that the CDI and HDI have a positive relationship, that is, the higher the CDI achievement, the higher the HDI achievement of a region. From the result of R Square shows that 40 percent of the HDI variable can be explained by the CDI variable, while the rest can be explained by other factors. Through a simple linear regression statistical analysis test found that every one percent increase in the CDI, will increase the HDI by 0.437 percent. This finding is expected to provide recommendations to the government regarding cultural-based national development. All development planning must also consider cultural development.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 260-280
Author(s):  
Moeflich Hart Hasbullah

Artikel ini menganalisis peran intelektual ulama sebagai perantara budaya dalam masyarakat dari beberapa tahap dalam sejarah Indonesia. Bab-bab terpenting dalam sejarah Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi lima periode: Pertama, periode masuknya Islam dan perkembangan awal islamisasi. Kedua, masa penjajahan. Ketiga, era era modern, yaitu munculnya gerakan modern dalam Islam di awal abad ke-20. Keempat, periode kemerdekaan revolusioner, dan kelima, periode pasca-kemerdekaan. Artikel sosio-historis ini melihat bahwa ulama di setiap periode ini adalah aktor utama sejarah dan menentukan arah perkembangan bangsa Indonesia. Khusus untuk bagian 'pembangunan komunitas' dalam penelitian ini, kasus peran seorang ulama yang merupakan kepala desa di Rancapanggung, Cililin, Bandung Barat pada 1930-an.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 236-259
Author(s):  
Zaenal Mutaqin ◽  
Ridzwan Ahmad

Fokus kajian ini adalah fiqh al-taisir Yusuf al-Qaradawi. Yusuf al-Qaradawi adalah salah seorang tokoh sangat dikagumi oleh para pengkaji dan peneliti hukum Islam karena fatwa dan pandangannya selalu up to date dan segar disamping gaya bahasanya yang mudah dan tepat. Pendekatan yang digunakannya adalah kesederhanaan dan kemudahan. Namun ada sekelompok umat Islam yang mempertikai fatwa dan pandangan fiqhnya. Maka diperlukan adanya satu penyelidikan berkaitan dengan pemikiran  kesederhanaan dan kemudahan yang diusungnya. Kajian ini berbentuk literatur yang berbasis analisis dengan maqasid al-shari’ah. Antara formula yang dianalisis dalam fiqh al-taisir al-Qaradawi adalah: konsep fiqh al-taisir dan seperangkat premis yang digunakan dalam pelaksanaanya, meliputi: isu tentang rukhsah, darurat dan keadaan yang meringankan, memilih yang mudah bukan yang berhati-hati, membatasi masalah yang wajib dan haram, bebas dari fanatisme mazhab, menerapkan prinsip kemudahan dalam masalah yang susah dielakkan, penjagaan maqasid dan perubahan fatwa. Penulis mendapati dari penyelidikan ini bahwa ide kesederhanaan dan kemudahan dalam fiqh al-taisir al-Qaradawi masih bisa diterima dan boleh dijadikan panduan, karena isu yang diusung dalam fiqh al-taysirnya adalah isu-isu khilafiyah yang terbuka dengan perbincangan bukan masalah qat’i yang sudah pasti. Namun di dalam pelaksanaannya tidak boleh digunakan pada setiap isu dan keadaan, disamping itu hendaknya tidak menyimpang dari garis panduan konsep taisir yang digagas oleh para ulama usul fiqh dan selari dengan maqasid al-shari’ah yang menjadi acuan utama dalam falsafah hukum Islam.   


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 18-38
Author(s):  
Rully Khairul Anwar ◽  
Edwin Rizal ◽  
Elnovani Lusiana

This study aimed to gain an overview of farmers' community in rural areas about a social communication model among them who have cultivated farmland from generation to generation. The qualitative and descriptive study in a village in Garut found that there were patterns of traditional communication maintained by the majority of farmers as well as open communication patterns with absorbs the modernization of development. With social communication pattern, it is clear that there are efforts to strengthen the resilience of rural communities which are sufficient dynamic to reduce the imbalance between rural and urban areas, reduce the level of dependence of the city, increase the income of farmers, and empowerment of farmers and poor communities in rural areas.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 39-85
Author(s):  
Mohd Puaad Bin Abdul Malik ◽  
Ahmad Farid Abdul Jalal ◽  
Rahimin Affandi Abd. Rahim ◽  
Siti Maimunah Binti Kahal
Keyword(s):  

Kajian ini mengungkapkan bagaimana suatu episteme keilmuan Melayu muncul dalam konteks sosialnya. Dengan kajian literature kajian ini menemukan bahwa kesedaran masyarakat dunia tentang kearifan tempatan milik masyarakat peribumi bukan eropah boleh diisi dengan mengemukakan konsep kearifan tempatan berasaskan ilmu melayu Islam. Kemudian, konstruk dan formula kearifan tempatan Melayu memang agak unik kerana merupakan hasil adunan dan sentesis antara Islam dengan pemikiran Melayu. Ia agak dinamik dan masih terpakai hingga pada masa sekarang. Selanjutnya, kitab jawi memang merupakan produk kearifan tempatan Melayu Islam yang terpenting. Ia dapat dilihat daripada segi penciptaan tulisan jawi dan konstruk ilmu yang dibangunkan oleh ulama melayu silam. Ia merupakan warisan berharga yang perlu dijaga dan dikaji oleh generasi akan datang.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 188-235
Author(s):  
Mohammad Mustari

This article discusses how public education institutions such as boarding schools face the social changes brought about by modernity. The assumption is that as agents of change, of course pesantren must follow what and how modernity itself can only provide answers to society. What is mainly brought about by modernity itself is development. Therefore, social change that must be answered primarily by pesantren is a matter of development. This study found that operationally, the relationship between pesantren and rural community development, which aspires to improve the quality of human resources in the pesantren, has been carried out through the following activities: consolidation and cooperation, business links and education, and insights into the pesantren's struggle, community, and the government.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 86-148
Author(s):  
Solihin Solihin ◽  
Adnan Adnan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menampilkan bahwa perguruan tinggi sebagai bagian dari masyarakat dapat tetap berhubungan erat dengan masyarakat yang melahirkannya. Misalnya, masalah kemiskinan yang terus menghantui kehidupan sosial harus terus diberantas. Hal itu dapat dientaskan misalnya dengan wirausaha atau pengembangan bisnis. Sementara itu, pengembangan bisnis terus berkembang dari waktu ke waktu sehingga sampailah pada maraknya bisnis online. Dengan pengabdian ini kami dapat melihat bahwa masyarakat harus saling berbagi ilmu dan pengalaman agar sama-sama dapat berkembang. Oleh karena itu, jawaban-jawaban dari para akademisi atas permasalahan dan masyarakat dapat ditampilkan di sini. Dengan metode participatory action research, ditemukan bahwa cara meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ustadz/ah dan santri pesantren terhadap bisnis online adalah dimulai dengan interaksi. Interaksi yang timbul dengan adanya pelatihan bisnis online dapat diketahui perbedaannya lewat ketepatan penyampaian informasi melalu target audience yang sesuai, perlengkapan sarana dan fasilitas komunikasi antar para pelaku kreatif, dan kondisi budget dalam memenuhi kebutuhan pelatihan maupun kreativitas santri/masyarakat.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 311-353
Author(s):  
Ahmad Farid Abdul Jalal ◽  
Rahimin Affandi Abdul Rahim

This article discusses the importance of museum curators for developing civilization. The magnitude of the concept of the museum curator can be derived from the theory of Ibn Khaldun. With literature review, this study found that the theory of Sociology-History theory proposed by Ibn Khaldun could be utilized for the profession of the museum's curator. It's not just about improving the curators in their day-to-day tasks, but also empowering them to make them more critical in handling issues. The application of Ibn Khaldun's theory may be an alternative to the rise of the Malay knowledge system as a nation that must have been excluded from colonialism, including in geopolitical and science (epistemology).


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 184-203
Author(s):  
Dodo Widarda

This article reevaluates Feyerabend’s thought in formatting social order based on his concept of Anything Goes. The discussion is a new challenge for social studies in the new circumstances and time. By taking Feyerabend’s books this study describes and analyzes the format of Feyerabend’s thought, what are being rejected by him, and what is being proposed by him in order to develop democracy in the community. By his effort, it is clear that Feyerabend places democracy as his fundamental reference for his idea of intellectual movement. Finally, this article contextualizes Feyerabend’s thought with what being happened in our time.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document