Muhammadiyah Journal of Geriatric
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

15
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Muhammadiyah Jakarta

2721-6837

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Savira Dwi Ramadini ◽  
Oktarina Oktarina

Background: Geriatric has multi-problems which need inter-disciplinary supports including collaboration among health professionals.  To realize the importance of collaboration among health workers is to encourage collaboration since educational process. Teachers play an important role in conducting an Interprofessional Education (IPE). Purposes: To describe the attitudes and readiness of medical teachers of Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) towards IPE in 2019. Methods: The subjects of the study were medical teachers of UMJ with a sample size of 34 respondents. It was conducted at UMJ on November-December 2019. The instrument used for measuring the variable of attitude is the Attitudes toward Health Care Teams Scale (ATHCTS), whilst Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS) questionnaire was for the readiness. Results: It was found respondents who had attitudes in the good and fairly good categories were 62% and 38% respectively. Based on their state of readiness, 85% of the respondents were adequate, 15% moderate, and none not ready. Conclusion: Most of the respondents had a good attitude and ready for IPE. It was found that the aspects of the role in the team are mostly fairly good compared to aspects of values in the team and efficiency in the team which are mostly in the good category. The readiness showed adequate state in 2 aspects which are teamwork and collaboration and professional identity, whilst the aspect of role and responsibility was moderate. Consequently, improvement should be directed for the attitude to play a role in the team and the readiness in role and responsibility aspects.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Muhammad Zaim ◽  
Purwantyastuti Purwantyastuti ◽  
Nafrialdi Nafrialdi

Latar Belakang: Insulin merupakan obat diabetes melitus tipe-2 terutama digunakan pada pasien yang sudah tidak responsif dengan obat oral. Dikenal 2 kelompok insulin yaitu insulin analog dan insulin human. Strategi pengobatan optimal  untuk pasien diberikan antidiabetik oral. Apabila kadar HbA1c > 7%, dapat diberikan insulin atau antidiabetik oral monoterapi Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektifitas pengobatan menggunakan obat insulin analog dan insulin human di RS. Islam Sukapura dalam periode Januari– Desember 2018. Metode: Studi retrospektif ini dilakukan berdasarkan rekam medis pasien diabetes melitus tipe-2 yang berobat di poliklinik penyakit dalam RS.Islam Sukapura dalam periode Januari–Desember 2018. Uji statistic yang digunakan yaitu uji beda mann-whitney dan uji chi-square. Hasil: Dari 200 pasien terdapat 82 orang yang mendapatkan insulin human dan rata-rata selisih HbA1c awal dan akhir sebesar 1,40 %. Pada 118 pasien yang mendapatkan insulin analog, rata-rata selisih HbA1c awal dan akhir sebesar 1,34 %. Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata selisih HbA1c awal dan akhir pasien yang mendapatkan insulin human dan insulin analog (P=0,785). Efek samping insulin yang ditemukan seperti hipoglikemia sebesar 3,5% yang dapat terjadi pada pemberian Insulin dalam jangka waktu lama dan pada dosis yang besar. Simpulan: Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik maupun klinik efektifitas insulin human dibandingkan insulin analog.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Anggi Setiorini
Keyword(s):  

Latar Belakang: pada pasien geriatri terjadi perubahan besar yang terkait dengan penuaan manusia yaitu penurunan massa otot secara progresif, yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan dan fungsionalitas tubuh. Sarcopenia dapat menjadi salah satu faktor risiko jatuh pada lansia disamping faktor bertambahnya usia, penggunaan obat, gangguan kognitif dan defisit sensorik. Tujuan mengetahui gambaran sarcopenia dan risiko jatuh pada pasien geriatri. Metode pencarian literature melalui Pubmed dan Google Scholar didapatkan 26 artikel mengenai sarcopenia dan risiko jatuh pada pasien geriatri. Hasil: Sarkopenia merupakan penurunan massa otot rangka yang terkait dengan usia yang diikuti dengan adanya penurunan kekuatan dan/atau fungsi otot. Usia semakin lanjut akan menurunkan massa otot akibatnya bisa menyebabkan meningkatkan risiko jatuh dan sarcopenia. Sebanyak sepertiga dari lansia akan mengalami kejadian jatuh setidaknya sekali selama setahun. Kondisi sekunder dari kejadian jatuh dapat meningkatkan risiko dari cedera akibat jatuh (misalnya, patah tulang pinggul dan cedera kepala). Salah satu cara yang cukup efektif untuk menurunkan angka kejadian jatuh adalah dengan mempraktikkan gaya hidup sehat, menghindari stress, melakukan kegiatan latihan fisik. Simpulan: Sarcopenia yang diperparah dengan adanya penurunan aktivitas fisik, dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh secara keseluruhan yang dapat mengakibatkan terjadinya kejadian jatuh pada lansia.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 27
Author(s):  
Thesya Kharisma Rani ◽  
Fanny Septiani Farhan

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Pemerintah Indonesia melakukan penanganan hipertensi dengan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan aktifitas fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi senam prolanis terhadap perubahan tekanan darah pada kelompok usia 48-73 tahun sebelum dan sesudah senam di klinik cempaka. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan setelah melakukan senam prolanis. Dalam penelitian ini, jumlah sampel didapatkan dengan cara total sampling. Hasil: Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan penurunan tekanan darah secara bermakna (p<0,05) yang berarti terdapat pengaruh senam prolanis terhadap tekanan darah sistolik. Simpulan: Pada komponen tekanan darah diastolik (70-90mmHg) tidak terdapat perubahan tekanan darah secara bermakna.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Ida Bagus Aditya Nugraha ◽  
Wayan Giri Putra Semaradana ◽  
Ni Made Sri Wijayanti ◽  
Ni Made Dwi Adnyani ◽  
Ida Ayu Sri Indra Laksmi ◽  
...  
Keyword(s):  

Latar Belakang: Lemak viseral berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular khususnya pada pasien obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2). Obesitas khususnya obesitas sentral merupakan kondisi penumpukan lemak pada regio perut atau abdominal yang dibuktikan dengan pengukuran indikator lingkar abdomen (atau rasio lingkar abdomen dengan lingkar pinggang). Diabetes sering terkait dengan obesitas dan khususnya pada lansia merupakan populasi yang sangat rentan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar lemak visceral dengan kejadian obesitas pada lansia DMT2 di Kabupaten Sumbawa Besar. Metode: Metode yang digunakan kasus kontrol, dengan jumlah sampel penelitian berdasar rumus besar sampel sejumlah 41 sampel pasien lansia DMT2 yang berkunjung ke Poliklinik Geriatri RSUD Sumbawa Besar dan RSU Provinsi Manambai, yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dengan uji Chi Square lalu dengan menghitung rasio odd. Pengolahan data menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara tingginya kadar lemak viseral dengan kejadian obesitas pada lansia DMT2 dengan p=0.008 (<0.05). Pasien DMT2 dengan kadar lemak viseral tinggi memiliki kemungkinan 6.3 kali untuk mengalami obesitas {IK 95% (1.522 - 26.081)}. Simpulan: Terdapat hubungan tingginya kadar lemak viseral dengan obesitas pada lansia dengan DMT2. Perlu diadakan penelitian lanjutan sehingga memberikan efek preventif pada lansia DMT2 dengan obesitas. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 40
Author(s):  
Alidina Nur Afifah ◽  
Andhika Idam Radityo
Keyword(s):  

Latar belakang: Penyakit infeksi masih menjadi penyebab kematian terbanyak di dunia sehingga diperlukan upaya pencegahan yang dapat meminimalisir dampak terhadap aspek fisik, psikis, dan sosial terutama bagi orang lanjut usia (lansia). Salah satu program pemerintah dalam mengupayakan hal tersebut adalah program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Religiusitas dan aktivitas keagamaan menjadi salah satu faktor kebahagiaan dan pendukung terhadap kualitas hidup lansia. PHBS yang merupakan perwujudan perilaku bersih dan sehat juga mengandung nilai-nilai vital agama terhadap religiusitas dan aktivitas keagamaan seseorang. Tujuan: untuk mengetahui gambaran PHBS dan tingkat religiusitas lansia. Metode: penelitian ini adalah studi kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 116 responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner PHBS dan Kuesioner Tingkat Religiusitas. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa 68 orang (58,6%) lansia di kelurahan Pondok Jagung memiliki PHBS yang baik dan 48 orang  (41,4%) memiliki PHBS cukup dan tidak terdapat responden dengan kategori kurang. Tingkat religiusitas lansia di kelurahan Pondok Jagung adalah 19 orang (16,4%) berkategori baik, 77 orang (66,4%) berkategori sedang, dan 20 orang (17,2%) berkategori buruk. Kesimpulan: lebih dari separuh lansia di RW 01 dan 05 Kelurahan Pondok Jagung berkategori PHBS baik dan tingkat religiusitas sedang. Meskipun didominasi PHBS baik, namun capaian tersebut masih di bawah target capaian nasional PHBS 2016-2019. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh tingkat religiusitas dengan capaian PHBS tersebut.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Muhammad Sobri Maulana

Background: Geriatric care is an important part in healthcare and are sometimes neglected.  Family caregivers figures assume a key role in postponing and potentially forestalling standardization of chronically ill elderly patients. The role of family function in depression has been demonstrated from earlier studies, however, the part of family function in quality of life the elderly has not concentrated widely. Objective: To evaluate the connection between family function and quality of life. Methods: Literature searching was conducted through PubMed, Science Direct and Embase. Critical appraisal using appraisal sheet for prognosis from Oxford Center for Evidence Based Medicine in 2011. Results: One article was found with good validity showed that direct relationship between family function and quality of life is not associated. However, if depression is present it plays as a strong mediator between family function and quality of life. Conclusion: Family function mediated with depression plays an important role in quality of life in elderly patients.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Anindya Widianingtyas ◽  
Mustika Ratnaningsih Purbowati ◽  
Luhur Dewantoro ◽  
Irma Finurina Mustikawati

Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) masih merupakan salah satu penyebab kematian terbesar dalam urutan ke-3 menurut sample registration surver tahun 2014 di Indonesia. DM yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitas, dan kematian dini. Dalam penanganannya pemerintah melalui BPJS Kesehatan membentuk Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Kegiatan Prolanis ini diharapkan mampu meningkatkan efikasi diri penderita DM tipe 2 dalam kepatuhan perawatan penyakitnya. Tujuan: Mengetahui hubungan antara keikutsertaan Prolanis dengan tingkat efikasi diri pasien DM tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran. Metode: Penelitian analitik observasional dengan cross-sectional, melibatkan 44 sampel pasien DM tipe 2 yang terdaftar Prolanis dengan simple random sampling, analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari 44 responden didapatkan distribusi karakteristik responden didominasi oleh responden dengan usia kategori lansia akhir 52,3%, jenis kelamin perempuan  84,1%, tingkat pendidikan SD 59%, dan tidak bekerja 36,4%. Responden yang mengikuti Prolanis dengan tingkat efikasi diri rendah sebanyak 7%, dengan tingkat efikasi diri sedang 7%, dan dengan tingkat efikasi diri tinggi 86%. Hasil uji korelasi spearman menunjukan  terdapat hubungan yang signifikan antara keikutsertaan Prolanis dengan tingkat efikasi diri pasien DM tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran dengan P value 0,000 (P = <0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara keikutsertaan Prolanis dengan tingkat efikasi diri pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Puskesmas 1 Kembaran.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Wiwit Ida Chahyani ◽  
Murni Sri Hastuti

Latar Belakang: Prevalensi demensia saat ini semakin meningkat, mengenai usia diatas 65 tahun dan risikonya meningkat 2 kali setiap penambahan usia 5 tahun. Salah satu bentuk demensia adalah mixed dementia. Diagnosis mixed dementia sangat sulit dan memberikan tantangan tersendiri bagi para klinisi. Pada artikel ini, penulis ingin membahas mengenai tinjauan diagnosis dan tatalaksana mixed dementia. Hasil: Diagnosis mixed dementia dapat menggunakan beberapa kriteria yaitu International Classification of Diseases and Health Related Problems 10th Revision (ICD-10), the Alzheimer’s Disease Diagnostic and Treatment Centers (ADDTC), dan the National Institute of Neurological Disorders and Stroke and Association Internationale pour la Recherche et l’Enseignement en Neurosciences (NINDS-AIREN). Tatalaksana mixed dementia berupa terapi farmakologi untuk gejala gangguan kognitif dengan pemberian golongan inhibitor kolinesterase dan antagonis NMDA. Terapi farmakologi untuk gangguan psikis dan perilaku dengan antipsikotik atau antidepresan. Managemen faktor risiko hipertensi, konsumsi nutrisi yang sehat, dan olah raga teratur sebagai upaya preventif dan mencegah progresivitas mixed dementia. Kesimpulan: Diagnosis mixed dementia meliputi gejala demensia Alzheimer dan demensia pada penyakit serebrovaskuler. Tatalaksana mixed dementia meliputi terapi gangguan kognitif, psikis, dan perilaku, serta tatalaksana faktor risiko penyakit serebrovaskuler. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut serta adanya konsensus diagnosis dan tatalaksana mixed dementia baik nasional maupun internasional agar tercapai tatalaksana secara komprehensif.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Ranita Rusydina Daroh ◽  
Dede Renovaldi

Background: Currently there is a new world health crisis which is urgent due to the spread of severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), a novel coronavirus. The elderly can be presented as a group of patients at high risk for developing covid-19 with progressive and rapid clinical deterioration including neurological manifestations. Many reports have emerged showing that SARS-CoV-2 infection has an impact on neurological function, and even causes serious neurological damage. Purposes: to investigate the possible correlation between aging process to the severity of neurological deterioration experienced in COVID-19 infection specifically by elderly people. Methods: literature searching was conducted through PubMed, MedLine and Embase. Results: Regardless of age, the infection of SARS-CoV-2 to both central and peripheral nervous system could lead into a range of neurological deteriorations, in which also ranging in forms and severity. Conclusion: In elderly patients, despite of comorbidities, the natural degeneration process is likely being a risk factor of more severe neurological symptoms of Covid-19 infection.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document