scholarly journals Hubungan Kadar Lemak Viseral dengan Kejadian Obesitas Lansia yang Menderita Diabetes Mellitus Tipe 2

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Ida Bagus Aditya Nugraha ◽  
Wayan Giri Putra Semaradana ◽  
Ni Made Sri Wijayanti ◽  
Ni Made Dwi Adnyani ◽  
Ida Ayu Sri Indra Laksmi ◽  
...  
Keyword(s):  

Latar Belakang: Lemak viseral berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular khususnya pada pasien obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2). Obesitas khususnya obesitas sentral merupakan kondisi penumpukan lemak pada regio perut atau abdominal yang dibuktikan dengan pengukuran indikator lingkar abdomen (atau rasio lingkar abdomen dengan lingkar pinggang). Diabetes sering terkait dengan obesitas dan khususnya pada lansia merupakan populasi yang sangat rentan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar lemak visceral dengan kejadian obesitas pada lansia DMT2 di Kabupaten Sumbawa Besar. Metode: Metode yang digunakan kasus kontrol, dengan jumlah sampel penelitian berdasar rumus besar sampel sejumlah 41 sampel pasien lansia DMT2 yang berkunjung ke Poliklinik Geriatri RSUD Sumbawa Besar dan RSU Provinsi Manambai, yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dengan uji Chi Square lalu dengan menghitung rasio odd. Pengolahan data menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil: Didapatkan hubungan yang bermakna antara tingginya kadar lemak viseral dengan kejadian obesitas pada lansia DMT2 dengan p=0.008 (<0.05). Pasien DMT2 dengan kadar lemak viseral tinggi memiliki kemungkinan 6.3 kali untuk mengalami obesitas {IK 95% (1.522 - 26.081)}. Simpulan: Terdapat hubungan tingginya kadar lemak viseral dengan obesitas pada lansia dengan DMT2. Perlu diadakan penelitian lanjutan sehingga memberikan efek preventif pada lansia DMT2 dengan obesitas. 

2017 ◽  
pp. 141-151
Author(s):  
Andrew Ruspanah

Pendahuluan. Benign Postate Hiperplasia (BPH) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada pria lansia yang disebabkan oleh penuaan. Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan jaringan nodul fibroadenomatosa pada prostat. Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit yang tersering kedua setelah batu saluran kemih didapatkan secara klinis di Indonesia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian Benign Prostate Hyperplasia (BPH) grade IV di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon periode 2012-2014. Metode. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik desain Cross-Sectional, dengan menggunakan catatan medis data di ruang operasi di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012-2014 dan memperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 239, yang diambil dengan teknik total sampling. Analisis dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil yang di temukan dalam penelitian ini bahwa kejadian BPH lebih besar pada mereka yang berusia> 65 tahun dan 56-65 tahun dibandingkan dengan usia 46-55 dan <46 tahun dengan hasil tes menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan BPH dengan nilai (p= 0,000), ada hubungan antara obesitas dengan nilai BPH (p=0,019) dan riwayat diabetes mellitus setelah menggunakan uji Chi-Square, hubungan antara riwayat diabetes mellitus dengan BPH dengan nilai (p = 0,000). Kesimpulan. Ada hubungan antara umur, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian BPH.


Jurnal JKFT ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Imas Yoyoh ◽  
Imam Mutaqqijn ◽  
Nurjanah Nurjanah

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke tungkai, yang dapat berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 54 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan kaki dan lembar observasi tentang risiko ulkus kaki diabetes. Uji analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian sebanyak 54 responden didapatkan data kategori perawatan kaki baik dengan risiko ulkus rendah sebanyak 14 responden (58,3%). Sedangkan kategori perawatan kaki kurang baik dengan risiko ulkus tinggi sebanyak 21 responden (70,0%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,267 artinya perawatan kaki yang kurang baik mempunyai peluang 3,267 kali untuk risiko tinggi ulkus. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. 


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 100-105
Author(s):  
Nur Fadhilah

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian di dunia ,sebanyak 36 juta  disebabkan oleh PTM.  Di Negara – Negara dengan tingkat ekonomi rendah/menengah, dari seluruh kematian yang  terjadi pada orang – orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM. Penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan konsumsi makanan berisiko dengan kejadian PTM di UPT Puskesmas pringsewu. Penelitian ini menggunkan metode kuantitatif dan pendekatan Cross Sectional,  dengan rumus Harry King diperoleh sampel sejumlah 125 orang dimana pemilihan sampel berdasarkan criteria tertentu. Instrument yang digunakan dengan mengadopsi dari Riskesdas 2018. Analisis data dilakukann dengan univariat dan bivariat dan uji sttistik yang digunakana adalah Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan berisiko dengan kejadian  penyakit tidak menular.  Disarankan kepada masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam mengendalikan risiko PTM seperti : konsumsi makana sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (PSG), aktivitas fisik dan hindari obesitas.  Dan kepada pihak puskesmas  lebih meningkatkan upaya promotif dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui kegiatan posyandu/Posbindu.


2008 ◽  
Vol 28 (3_suppl) ◽  
pp. 191-195 ◽  
Author(s):  
Chia-Te Liao ◽  
Chih-Chung Shiao ◽  
Jenq-Wen Huang ◽  
Kuan-Yu Hung ◽  
Hsueh-Fang Chuang ◽  
...  

⋄ Objective Loss of residual renal function (RRF) in peritoneal dialysis (PD) patients is a powerful predictor of mortality. The present study was conducted to determine the predictors of faster decline of RRF in PD patients in Taiwan. ⋄ Methods The study enrolled 270 patients starting PD between January 1996 and December 2005 in a single hospital in Taiwan. We calculated RRF as the mean of the sum of 24-hour urea and creatinine clearance. The slope of the decline of residual glomerular filtration rate (GFR) was the main outcome measure. Data on demographic, clinical, laboratory, and treatment parameters; episodes of peritonitis; and hypotensive events were analyzed by Student t-test, Mann–Whitney U-test, and chi-square, as appropriate. All variables with statistical significance were included in a multivariate linear regression model to select the best predictors ( p < 0.05) for faster decline of residual GFR. ⋄ Results All patients commencing PD during the study period were followed for 39.4 ± 24.0 months (median: 35.5 months). The average annual rate of decline of residual GFR was 1.377 ± 1.47 mL/min/m2. On multivariate analysis, presence of diabetes mellitus ( p < 0.001), higher baseline residual GFR ( p < 0.001), hypotensive events ( p = 0.001), use of diuretics ( p = 0.002), and episodes of peritonitis ( p = 0.043) independently predicted faster decline of residual GFR. Male sex, old age, larger body mass index, and presence of coronary artery disease or congestive heart failure were also risk factors on univariate analysis. ⋄ Conclusions Our results suggested that diabetes mellitus, higher baseline residual GFR, hypotensive events, and use of diuretics are independently associated with faster decline of residual GFR in PD patients in Taiwan.


2014 ◽  
Vol 2 (5) ◽  
pp. 207-210
Author(s):  
Ika Putri Damayanti

Luka Post Sectio Caesarea merupakan luka yang terjadi akibat proses persalinan yang dilakukan dengan bedah caesar. Penyembuhan pasca operasi bedah caesar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post sectio caesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Lokasi penelitian adalah RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, penelitian dilakukan pada bulan Oktober-Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 910 responden dengan besar sampel sebanyak 154. Teknik pengambilan sampel adalah Systematic Random Sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis data untuk bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post sectio caesarea adalah variabel usia (p = 0,002; POR=2,91; 95% CI: 1,50-5,65), variabel ibu yang mengalami infeksi (p= 0,001; POR=6,59; 95% CI: 3,24-13,41), dan variabel ibu yang mengalami Diabetes Mellitus (p= 0,001; POR=3,06; 95% CI: 1,575,94). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan umur, infeksi dan diabetes Mellitus dengan penyembuhan luka post sectio caesarea. Diharapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan dan informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri sebelum atau pun setelah dilakukan operasi Caesar agar tidak terjadi infeksi pada luka operasi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat. 


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Sucipto Sucipto

The effect of the level of education, job, and income that gets the health education on the management of the diet for the diabetes mellitus in a family. Unless Diabetes Mellitus (DM) is well-handled, it will affect the complication on the various vital organs of the human body. By well experiences such as the cooperation among patient, family and medical staff, the complication of DM can be prevented, or at least, can be slowly halted its development. To target the point, the participation of the patient, the family of the sufferer to care for is badly needed. The aim of the research is to know the effect of the level of education, job and income that gets the health education on the management of the diet for the diabetes mellitus in a family. The method of the research is the analytical descriptive method by using cross sectional approach. The research was applied in November 2008. The population are the family and the sufferers of the DM who were treated in the Gambiran Public Hospital in Kediri. The sample uses the purposive sampling, and the total of respondents is 60. The data collecting is questioner. The data is represented in pictures, tables and narrative. The analytical data with statistical Chi-square test is supposed to know the relation of the variables. Whereas, to know the effect of all, the independent variable and dependent variable use the logistic binary regressive analysis with SPSS Program version 12. The result of the research shows that the higher education probably reaches 3.4 times, the management of DM is much better than that of the lower education (OR = 3.369, CI = 0.728 – 15. 604), and the other factors that improve the management of the diet in family are jobs, incomes and ages. The research concludes that the level of education, job, income and age are the main factors to improve the management of the diet in family. The health guides (nutritionists) are advisably giving guidance in accordance with the backgrounds of education, job, income, and age of the target points.


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2021 ◽  
Vol 11 (33) ◽  
pp. 270-279
Author(s):  
Letícia Penariwê Sousa Wa Rovêdenê ◽  
Marise Ramos de Souza ◽  
Marlene Andrade Martins ◽  
Letícia Palota Eid ◽  
Marcos Antonio Nunes de Araujo ◽  
...  

A hipertensão arterial sistêmica (HAS), diabetes mellitus (DM), sedentarismo e síndrome metabólica afetam a saúde indígena. Este estudo objetivou identificar hipertensos e diabéticos na etnia Xavante, Mato Grosso. A amostra foi de 50 indígenas, caracterizados quanto ao sexo, idade, escolaridade, renda, estado civil e número de filhos. Fez-se a anamnese e avaliação clínica, com antecedentes de DM e/ou HAS, uso de medicações tradicionais ou não. Usaram-se tensiômetro digital de pulso e um glicosímetro capilar. Fez-se a análise com os testes qui-quadrado, Pearson, Kruskal wallis, t de Student, Coeficiente de correlação de Pearson e ANOVA. Um terço dos participantes recebiam até um salário mínimo; 22% eram compatíveis com pré-diabetes e 26% diabéticos; a HAS esteve em uma média de 122,5 (±14,5) por 79,8 (±9,4) mmHg. Houve relação significativa entre a renda, estado civil, idade e presença de filhos, com os dados clínicos e os aspectos multifatoriais de risco.Descritores: Indígena, Hipertensão Arterial, Diabetes Mellitus. Tracking chronic disease in an indigenous communityAbstract: Systemic arterial hypertension (SAH), diabetes mellitus (DM), physical inactivity and metabolic syndrome affect indigenous health. This study aimed to identify hypertensive and diabetic people from Xavante ethnic group in Mato Grosso - Brazil. The sample consisted in 50 indigenous people, characterized by gender, age, educational level, income, marital status and number of children. It was made the anamnesis and a clinical evaluation, asking for precondition on DM and/or SAH, and the use or not of traditional medicine. It was used a digital wrist blood pressure monitor and a capillary blood glucose meter. It was performed a chi-square test, a Pearson test, a Kruskal Wallis test, a Student's t test, a Pearson's correlation coefficient and an ANOVA tests. One third of the participants received up to one minimum wage; 22% of them were compatible with pre-diabetes and 26% were diabetic; the average the SAH was 122.5 (± 14.5) by 79.8 (± 9.4) mmHg. It was found a significant relationship between income, marital status, age and presence of children, with clinical data and multifactorial risk aspects.Descriptors: Indigenous, Systemic Arterial Hypertension, Diabetes Mellitus. Rastreando enfermedades crónicas en la comunidad indígenaResumen: La hipertensión arterial sistémica (HAS), diabetes mellitus (DM), sedentarismo y síndrome metabólico afectan la salud indígena. Este estudio tiene como objetivo identificar hipertensos y diabéticos de la etnia Xavante, Mato Grosso. La muestra fue compuesta por 50 indígenas, caracterizados por sexo, edad, escolaridad, renta, estado civil y número de hijos. Se hizo la anamnesis y la evaluación clínica, con antecedentes de DM y/o HAS y el uso de medicaciones tradicionales. Se usaron tensiómetro digital de pulso y glucómetro capilar. Se hizo el análisis con las pruebas Chi-cuadrado, Pearson, Kruskal Wallis, t de Student, coeficiente de correlación de Pearson y ANOVA. Un tercio de los participantes recibían hasta un salario mínimo; 22% eran compatibles con prediabetes y 26% diabéticos; la HAS estuvo en una media de 122,5 (±14,5) por 79,8 (±9,4) mmHg. Hubo relación significativa entre renta, estado civil, edad y presencia de hijos, con los datos clínicos y los aspectos multifactoriales de riesgo.Descriptores: Indígena, Hipertensión Arterial, Diabetes Mellitus.


Author(s):  
Wara Pramesti
Keyword(s):  

Tabel kontingensi dapat digunakan untuk melihat hubungan dua peubah kategorik. Dari tabel kontingensi ini dapat dibuat kesimpulan apakah ada hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Data jenis penyakit, jenis kelamin, usia pasien, lama rawat dan keadaan keluar pasien diambil dari rumah sakit Siti Khadijah Sepanjang yang selanjutnya dengan menggunakan uji Chi-Square pada table Kontingensi dapat diketahui hubungan antara jenis penyakit dengan jenis kelamin, jenis penuyakit dengan usia dan jenis penyakit dengan lama rawat serta jenis penyakit dengan keadaan keluar pasien. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin dan usia pasien rawat inap tidak saling bebas dan keduanya saling berkaitan. Ketergantungan antara jenis penyakit dengan jenis kelamin yang paling signifikan adalah jenis penyakit GE atau diare, gastritis dan diabetes mellitus. ada jenis penyakit tertentu yang tidak signifikan hubungannya dengan usia pasien yaitu untuk jenis penyakit gastritis pada usia remaja, penyakit hypertensi pada usia dewasa, penyakit pneumonia pada usia tua dan lansia, penyakit step pada usia anak – anak dan juga penyakit FUO (demam) pada usia dewasa. Untuk hal dependensi yang paling signifikan antara lama rawat dengan keadaan keluar pasien adalah lama rawat lebih dari 2 minggu dan keluar dalam keadaan di rujuk ke rumah sakit lain dan meninggal.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document