Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

118
(FIVE YEARS 85)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia

2685-8908

2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 797-806
Author(s):  
Syafrizal Syafrizal ◽  
Andika Satria Pradana ◽  
Ichwan Azwardi ◽  
Satyogroho Dian Amertho ◽  
Mohamad Nur Heriawan ◽  
...  

ABSTRAK PT. Timah Tbk merupakan perusahaan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) logam timah yang berencana menjadikan komoditas logam tanah jarang sebagai by-product dari ekstraksi logam timah sebagai komoditas utama. Telah diteliti bahwa Mineral Ikutan Timah (MIT) pembawa Rare Earth Elements (REEs) yang jumlahnya cukup dominan pada setiap sampel pemboran yang sudah dilakukan PT Timah Tbk diantaranya adalah ilmenite, rutile, zircon, monazite, xenotime, dan anatase. Eksplorasi terhadap logam timah terus dilakukan oleh PT Timah Tbk. Namun, eksplorasi khusus untuk setiap Mineral Ikutan Timah (MIT) pembawa Rare Earth Elements (REEs) hanya sebatas pada dokumentasi kadar mineral-mineral pembawa REEs pada sampel pemboran saja. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti bertujuan untuk melakukan studi dan analisis distribusi mineral pembawa REEs untuk mencari aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh PT Timah Tbk dalam merancang SOP (Standar Operasi Prosedur) preparasi hasil sampling eksplorasi yang tepat untuk ekstraksi mineral cassiterite tanpa mengabaikan kehadiran mineral pembawa REEs yang prospek untuk ditambang. Data-data yang digunakan peneliti berasal dari sampel-sampel primer, aluvial, konsentrat, dan tailing yang ada pada setiap daerah yang kemudian dilakukan kuantifikasi kadar mineral-mineral pembawa REEs dengan metode grain counting. Tahap selanjutnya adalah rekapitulasi, pengolahan data, dan penyajian data menggunakan metode-metode statistik. Lalu, akan dilakukan pembahasan, analisis, serta penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data yang menjawab rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Kata kunci :   Mineral Ikutan Timah (MIT), Rare Earth Elements (REEs), Grain Counting, Standar Operasi Prosedur, Sampling Eksplorasi.  ABSTRACT PT Timah Tbk is a state-owned company that has tin metal Mining Business License or well known as Izin Usaha Pertambangan (IUP) which plans to make rare earth metal commodities as a by-product of tin metal extraction as the main commodity. Based on research,  REEs (Rare Earth Elements)-bearing minerals quite dominant in each drilling sample by PT Timah Tbk which are ilmenite, rutile, zircon, monazite, xenotime, dan anatase. Exploration of tin metal still continues by PT Timah Tbk. Nevertheless, the exploration of Rare Earth Metal (REM) is limited to the REEs-bearing minerals grade documentation in the drilling sample only. Therefore, on this occasion, writer aims to study and analyze the distribution of REEs-bearing minerals to look for important aspects that must be considered by PT Timah Tbk in designing the right SOP (Standard Operating Procedure) of exploration sample handling result for cassiterite mineral extraction without ignoring the presence of REEs-bearing minerals that are prospects to be mined. The data which used by the writer originated from primary, alluvial, concentrate, and tailing samples that exist in each region which then quantified the grade of  REEs-bearing minerals using grain counting method. The next step is recapitulation, processing data, and presenting data using statistical methods. Then, discussion, analysis, and conclusions will be conducted based on results of data processing that answer the problem formulation and the purpose of this study.  Keyword    : By-product of tin metal extraction, Rare Earth Elements (REEs), Grain Counting, Standard Operating Procedure, exploration sample handling. 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 663-672
Author(s):  
Bakhtiar Rusandi Sinaga ◽  
Kinanto Prabu Werdana ◽  
Dicky Irwanto ◽  
Noor Hanafi

ABSTRAK Salah satu penyebab kecelakaan pertambangan adalah kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman dari pekerja pekerja tambang. cara efektif dalam mengelola bahaya tersebut adalah dengan melaporkan bahaya tersebut. Saat ini pelaporan bahaya tersebut diwajibkan kepada seluruh pengawas operasional, sayangnya hasil dari aktifitas tersebut belum terdokumentasi dengan baik karena proses masukan masih dilakukan secara manual sehingga perlu waktu yang tidak sedikit dan hasilnya belum efektif untuk memberikan rekomendasi perbaikan terhadap bahaya tersebut. Selain itu media untuk melakukan kegiatan tersebut menggunakan kertas, terkadang pengawas operasional kesulitan mendapatkan form ketika berada di lapangan sehingga menyulitkan pembuktian dokumentasi dalam menemukan kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuat system dan aplikasi dalam memudahkan proses dokumentasi dalam bentuk aplikasi mobile yang dapat di akses dalam kondisi offline/online,dimanapun, kapanpun melalui mobile phone dan database yang direkam dapat digunakan sebagai acuan dalam analisa dan evaluasi data untuk pengendalian pencegahan kecelakaan. Analisa dari aplikasi tersebut terbukti meningkatkan jumlah pelaporan kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman hingga 15% dari pelaporan menggunakan formulir. berdasarkan pelaporan bahaya tersebut, kita dapat mengetahui tempat-tempat kritis yang sering ditemukan adanya penyimpangan sehingga pada area tersebut lebih prioritas dalam pengendalian bahaya dan resiko yang timbul. Lebih dari itu aplikasi ini juga linier dengan misi perusahaan dalam pengelolaan lingkungan karena pengurangan pemakaian kertas menjadi digital. Berdasarkan hasil kajian diatas implementasi aplikasi I-Safe dapat meningkatkan kepedulian pekerja tambang mengenai keselamatan kerja dan database yang direkam dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang valid. Hal ini sejalan sebagai salah satu bentuk penerapan pengelolaan keselamatan pertambangan Indonesia dalam menghadapi era industri 4.0 mengenai digitalisasi, keselamatan dan pertambangan. Kata Kunci : aplikasi, I-Safe, database, evaluasi, keselamatan             ABSTRACT One of the causes of mining accidents is unsafe conditions and unsafe actions from mining workers. an effective way to manage the hazard is to report the hazard. Currently the hazard reporting is required for all operational supervisors, unfortunately the results of these activities have not been well documented because the input process is still done manually so that it takes a lot of time and the results have not been effective to provide recommendations for improvement of the hazard. In addition to the media to carry out these activities using paper, sometimes operational supervisors have difficulty getting forms while in the field, making it difficult to prove documentation in finding unsafe conditions and unsafe actions. Based on these problems, systems and applications are made to facilitate the process of documentation in the form of mobile applications that can be accessed in an offline / online condition, anywhere, anytime through a mobile phone and a recorded database can be used as a reference in the analysis and evaluation of data for accident prevention control. Analysis of the application has been proven to increase the number of reporting unsafe conditions and unsafe actions to 15% of reporting using forms. Based on the reporting of hazards, we can find out critical places that are often found irregularities so that the area is more priority in controlling hazards and risks that arise. Moreover, this application is also linear with the company's mission in environmental management because of the reduction in the use of paper to become digital. Based on the results of the study above the implementation of the I-Safe application can increase the concern of mine workers regarding work safety and the recorded database can be used as a basis for valid decision making. This is in line as one form of the implementation of Indonesian mining safety management in the face of the industrial era 4.0 regarding digitalization, safety and mining. Keywords: application, I-Safe, database, evaluation, safety  


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 441-452
Author(s):  
Muhamad Zambani ◽  
Makinudin Marniadi ◽  
Budi Nuraini ◽  
Tri Sakti Kurniawan

ABSTRAK Pada bulan November 2015 PT Bumi Suksesindo mengalami pembakaran beberapa fasilitas perusahaan oleh aksi masa tolak tambang yang mengakibatkan beberapa fasilitas milik perusahaan rusak parah, mulai dari gudang mesin diesel, genset serta gudang peralatan. Belajar dari pengalaman itu, maka diperlukan sistem pencegahan konflik secara dini agar tidak terjadi lagi kasus yang serupa. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas stakeholders mapping sebagai upaya pencegahan dini terjadinya konflik sosial di pertambangan emas PT Bumi Suksesindo.  Kajian yang telah dilakukan dengan cara pengelompokkan stakeholders berdasarkan internal dan eksternal, ketergantungan stakeholder dengan perusahaan, power dan interest stakeholder, serta posisi stratejik stakeholder maka dapat diketahui bagaimana strategi dan teknik mengelola stakeholders tersebut sehingga tidak berlanjut kepada aksi masa yang lebih besar yang dapat merugikan baik perusahaan maupun pemerintah. Dari analisis terebut diketahui stakeholder kunci yang perlu mendapat perhatian utama dalam pencegahan dini terjadinya konflik adalah kelompok tolak tambang, kelompok “preman jalan” jalur logistic, dan kelompok tapak tambang (kelompok paling dekat dengan operasional tambang).  Pengelolaan hubungan stakeholders dengan yang cara yang tepat selain dapat mencegah terjadinya konflik juga dapat mengenali potensi dan aspirasi stakeholders yang dapat membuka peluang untuk mengembangkan kesejahteraan masyarakat sebagai sebagai prasyarat utama untuk menjamin keberlanjutan perusahaan. Kata Kunci: PT Bumi Suksesindo, stakehoders mapping, sistem pencegahan konflik,  konflik sosial  ABSTRACT In November 2015 PT Bumi Suksesindo experienced the burning of a number of company facilities by the anti-mining group action which resulted in severely damaged company-owned facilities such as diesel engine warehouses, generator sets and equipment warehouses. The lesson learned community relation team really need an early conflict prevention system is needed so that similar cases do not occur again. This study aims to determine the effectiveness of stakeholder mapping as an effort to prevent early social conflicts in the PT Bumi Suksesindo gold mine. The study has been conducted by grouping stakeholders analysis based on internal and external, dependence of stakeholders with the company, stakeholders' power and interests, as well as the strategic position of stakeholders so it can be seen how the strategies and techniques of managing these stakeholders so that it does not continue to greater mass actions and harm both the company and government. From this analysis, it is known that the key stakeholders that need to be given the main attention in the early prevention of conflict are the anti-mining group, the logistical road group, and the community around mining group. Management of stakeholder relations in the right way in addition to preventing conflict can also recognize the potential and aspirations of stakeholders so that it even opens opportunities to develop community welfare as the main prerequisite for ensuring the sustainability of the company. Keywords: PT Bumi Suksesindo, stakeholder mapping, conflict prevention systems, social conflict. 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 595-602
Author(s):  
Mara Maswahenu ◽  
Firmansyah Firmansyah ◽  
Aulya Salsabila

ABSTRAK Pemanfaatan abu batubara (Fly Ash B409 dan Bottom Ash B410) yang sebelumnya dimanfaatkan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) di tambang Batu Hijau sebagai substitusi semen dalam pembuatan beton hanya menyerap 1,7% dari total abu batubara yang dihasilkan. PLTU PTAMNT dapat menghasilkan ± 1.000 ton abu batubara per bulan. Tujuan pemanfaatan abu batubara sebagai material campuran lapisan tanah dasar adalah meningkatkan penerapan prinsip 3R limbah B3 secara internal (sampai dengan 100%) dan mengurangi biaya perawatan dan perbaikan jalan dengan meningkatnya kualitas lapisan tanah dasar. Pada awal tahun 2018, PTAMNT telah memulai kajian pemanfaatan abu batubara sebagai bahan lapisan tanah dasar (road base) dan telah memperoleh izin pemanfataan abu batubara sebagai substitusi bahan baku tanah lapisan dasar (subgrade) sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.337/Menlhk/Setjen/PLB.3/5/2019   tanggal 13 Mei 2019. Beberapa pengujian telah dilakukan sesuai persyaratan yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 dan dalam izin pemanfaatan,  termasuk diantaranya uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP), Loss on Ignition (LoI), Total Oksida Logam,  uji California Bearing Ratio (CBR) laboratorium dengan berbagai komposisi pencampuran tanah dan abu batubara, serta uji aktivitas radionuklida.  Hasil uji sampel campuran abu batubara menunjukan bahwa (1) semua hasil analisis TCLP berada di bawah baku mutu pada Lampiran III dan IV PP101 Tahun 2014, (2) nilai LoI sebesar 8,4%, (3) nilai total oksida logam (penjumlahan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3) sebesar 66,1% (kelas C menurut ASTM C618012a dan SNI 2460:2014),  (4) pencampuran tanah dengan abu batubara dapat menaikkan nilai CBR (4-18%), dan (5) aktivitas radionuklida setiap parameter kurang dari 1Bq/gram.  Dinyatakan bahwa pencampuran abu batubara pada lapisan tanah dasar (road base) secara teknis dapat memberikan peningkatan kekuatan daya dukung tanah dasar dengan menaikkan hydraulic conductivity dan menurunkan permeabilitas tanah. Pemanfaatan ini (yang mana telah mendapatkan izin sesuai peraturan perundangan yang berlaku) dapat diaplikasikan pada jalan akses di area reklamasi timbunan batuan penutup dengan ketebalan 2.00 meter atau jalan umum di area sekitar Batu Hijau dengan ketebalan 0.50 meter. Komposisi abu batubara yang dicampurkan maksimal 50% dari berat total campuran tanah dasar Keywords: Abu batubara, Limbah B3, pemanfaatan, 3R  ABSTRACT Coal ash utilization (Fly Ash B409 dan Bottom Ash B410) that has been conducted by PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) in Batu Hijau Mine as cement substitute for concrete production was only be able to absorb 1.7% of the total coal ash produced. PTAMNT’s Coal Power Plant can produce ±1,000 m3 coal ash each month. The purposes of utilizing coal ash as road base material blend are to increase the principal application of hazardous waste 3R internally (up to 100%) and to reduce road maintenance and repair cost by increasing the road base quality. In the early 2018, PTAMNT has started the study to utilize coal ash as a road base material blend and acquired the permit based on The Decree of Minister of Environmental Affairs and Forestry Number SK.337/Menlhk/Setjen/PLB.3/5/2019 dated 13 May 2019. Several tests had been run according to the regulated requirements on Government Regulations Number 101 Year 2014, in which include Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) test, Loss on Ignition (LoI), Total Metal Oxide, California Bearing Ratio (CBR) laboratory test with several composition of blend between soil and coal ash, and radionuclide activity test. The result of the given test showed that (1) all TCLP analysis were below the quality standards written on Attachment III and IV PP101 Year 2014, (2) LoI value of 8.4%, (3) total metal oxide (addition of SiO2, Al2O3, dan Fe2O3) value of 66.1% (class C according to ASTM C618012a and SNI 2460:2014), (4) increased CBR value (4-18%) as a result of soil-coal ash blend, (5) radionuclide activity for each parameter is less than 1 Bq/gram. It is stated that coal ash blending on road base material can increase the strength capacity technically by increasing the hydraulic conductivity and reducing soil permeability. This utilization (which already obtained the permit pursuant to prevailing laws and regulations) can be applied on the access road of waste rock dump reclamation with 2,00 meter thickness or primary access road around Batu Hijau with 0.50 meter thickness. The maximum total composition of coal ash is 50% of the total weight of the road base. Keywords: Coal Ash, Hazardous Waste, Utilization, 3R


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 305-316
Author(s):  
Wahyu Vian Pratama ◽  
Nomensen Ricardo Marbun

ABSTRAK Sejak 200 tahun yang lalu timah plaser telah dieksplorasi dan diproduksi di Indonesia. Studi pengembangan lapangan pada endapan timah plaser perlu dilakukan untuk mengetahui apakah masih ada potensi keterdapatan bijih timah pada lapangan-lapangan yang sudah berproduksi. Adanya lubang bor eksplorasi yang tidak menyentuh kong dan proses penambangan yang tidak mencapai batas bawah kaksa semakin memperkuat alasan studi ini dilakukan. Daerah penelitian berada di Perairan Tempilang, Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa 34 lintasan seismik 2D refleksi dangkal dan 9 lubang bor. Lintasan seismik dan data lubang bor diolah, dianalisis serta diinterpretasi menggunakan perangkat lunak, yang menghasilkan Sekuen A, Sekuen B, dan Sekuen C. Sekuen C diinterpretasikan sebagai geometri lembah purba yang terendapkan secara tidak selaras di atas kong, Sekuen B merupakan endapan sedimen yang terendapkan pada lingkungan transisi, dan Sekuen A menggambarkan batimetri dan kondisi dasar laut terkini. Mineral kasiterit (mineral pembawa bijih timah) terakumulasi pada Sekuen C dengan karakteristik material berupa kerikil, pasir kasar hingga pasir halus. Berdasarkan data lubang bor, urutan pengendapan sedimen secara vertikal menunjukkan karakter menghalus ke atas sebagai indikasi pendalaman lingkungan pengendapan. Berdasarkan hasil interpretasi seismik dan data lubang bor diketahui bahwa terdapat lembah berupa alur sungai purba pada bagian timur Blok B di daerah penelitian yang diduga masih berpotensi menghasilkan bijih timah dan belum diproduksi sampai saat ini. Alur sungai tersebut memiliki orientasi relatif baratdaya-timurlaut yang merupakan kemenerusan percabangan sungai purba utama. Ketebalan sedimen plaser di Perairan Tempilang yang berpotensi menghasilkan bijih timah berkisar antara 5-20 milidetik. Kata Kunci: timah, plaser, seismik, tempilang dan sungai purba.   ABSTRACT Since 200 years ago tin placer had been explored and produced in Indonesia. The field development studies on tin placer deposits need to be carried out to determine whether the area still have potential or not. The two reasons why this study conducted are the existence of some exploration drill hole that does not reach basement (kong) and the mining process that does not reach the bottom limit of ore (kaksa). The research area is located in Tempilang Waters, West Bangka, Bangka Islands. Data that used in this study are 34 two dimension (2D) shallow reflection seismic and 9 drill holes. Seismic lines and drill hole data were processed geophisically, analyzed and interpreted geologically. Those produce three main horizons consisting of Sequence A, Sequence B, and Sequence C. Sequence C is interpreted as ancient valley geometry, Sequence B is the sediment layer that deposited in transitional zone and Sequence A describes as bathymetry. Cassiterite mineral (tin-bearing mineral) are accumulated at Sequence C with ore characteristics consist of gravel, coarse to fine sand sediment. Furthermore, from the bore hole data it can be seen that vertical succession shows deepening upward and fining upward. Based on seismic interpretation and borehole data it has been known that there are valley in the form of ancient channel path which are potentially contain tin ore and have not been produced untill now. The channel orientation has relatively northeast-southwest which is the continuity of branching of main ancient channel. Finally, the thickness of the potentially tin placer sediment in the Tempilang Waters ranges from 5-10 milliseconds. Keywords: tin, placer, seismic, tempilang, and ancient channelABSTRAK Sejak 200 tahun yang lalu timah plaser telah dieksplorasi dan diproduksi di Indonesia. Studi pengembangan lapangan pada endapan timah plaser perlu dilakukan untuk mengetahui apakah masih ada potensi keterdapatan bijih timah pada lapangan-lapangan yang sudah berproduksi. Adanya lubang bor eksplorasi yang tidak menyentuh kong dan proses penambangan yang tidak mencapai batas bawah kaksa semakin memperkuat alasan studi ini dilakukan. Daerah penelitian berada di Perairan Tempilang, Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa 34 lintasan seismik 2D refleksi dangkal dan 9 lubang bor.Lintasan seismik dan data lubang bor diolah, dianalisis serta diinterpretasi menggunakan perangkat lunak, yang menghasilkan Sekuen A, Sekuen B, dan Sekuen C. Sekuen C diinterpretasikan sebagai geometri lembah purba yang terendapkan secara tidak selaras di atas kong, Sekuen B merupakan endapan sedimen yang terendapkan pada lingkungan transisi, dan Sekuen A menggambarkan batimetri dan kondisi dasar laut terkini. Mineral kasiterit (mineral pembawa bijih timah) terakumulasi pada Sekuen C dengan karakteristik material berupa kerikil, pasir kasar hingga pasir halus. Berdasarkan data lubang bor, urutan pengendapan sedimen secara vertikal menunjukkan karakter menghalus ke atas sebagai indikasi pendalaman lingkungan pengendapan.Berdasarkan hasil interpretasi seismik dan data lubang bor diketahui bahwa terdapat lembah berupa alur sungai purba pada bagian timur Blok B di daerah penelitian yang diduga masih berpotensi menghasilkan bijih timah dan belum diproduksi sampai saat ini. Alur sungai tersebut memiliki orientasi relatif baratdaya-timurlaut yang merupakan kemenerusan percabangan sungai purba utama. Ketebalan sedimen plaser di Perairan Tempilang yang berpotensi menghasilkan bijih timah berkisar antara 5-20 milidetik. Kata Kunci: timah, plaser, seismik, tempilang dan sungai purba.    ABSTRACT Since 200 years ago tin placer had been explored and produced in Indonesia. The field development studies on tin placer deposits need to be carried out to determine whether the area still have potential or not. The two reasons why this study conducted are the existence of some exploration drill hole that does not reach basement (kong) and the mining process that does not reach the bottom limit of ore (kaksa). The research area is located in Tempilang Waters, West Bangka, Bangka Islands. Data that used in this study are 34 two dimension (2D) shallow reflection seismic and 9 drill holes.Seismic lines and drill hole data were processed geophisically, analyzed and interpreted geologically. Those produce three main horizons consisting of Sequence A, Sequence B, and Sequence C. Sequence C is interpreted as ancient valley geometry, Sequence B is the sediment layer that deposited in transitional zone and Sequence A describes as bathymetry. Cassiterite mineral(tin-bearing mineral)are accumulated at Sequence C with ore characteristics consist of gravel, coarse to fine sand sediment. Furthermore, from the bore hole data it can be seen that vertical succession shows deepening upward and fining upward. Based on seismic interpretation and borehole data it has been known that there are valley in the form of ancient channel path which are potentially contain tin ore and have not been produced untill now. The channel orientation has relatively northeast-southwest which is the continuity of branching of main ancient channel. Finally, the thickness of the potentially tin placer sediment in the Tempilang Waters ranges from 5-10 milliseconds. Keywords: tin, placer, seismic, tempilang, and ancient channel


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 453-462
Author(s):  
Mutiara Andini ◽  
Niki Rahma Rizkita ◽  
Pherto Rimos ◽  
Febri E. Prihasto ◽  
Ahmad R. Trilaksana ◽  
...  

ABSTRAK Untuk mendukung kegiatan operasional penambangan, perlu dilakukan pembuatan kajian geoteknik yang bertujuan sebagai rencana awal desain lereng tambang maupun mengevaluasi kestabilan lereng pada saat kegiatan penambangan berlangsung. Untuk pembuatan kajian geoteknik di Site Pomalaa, dilakukan pengambilan 15 sampel untuk masing-masing domain (Hazburgit, Dunit, Serpentinit dan Peridotit) yang dibagi menjadi 5 sampel limonit, 5 sample saprolit dan 5 sampel bedrock. Selanjutnya, sampel tersebut dilakukan pengujian di laboratorium untuk mendapatakan nilai material properties. Material propertis limonit pada setiap domain  memiliki rentang nilai kohesi 31,22 kN/m2- 40,49 kN/m2, sudut geser dalam 31,30o-37,36o, berat jenis basah 11,56 kN/m2-12,89 kN/m2, UCS 0,11Mpa – 0,59 Mpa.Sedangkan nilai material propertis pada saprolit memiliki rentang nilai kohesi 31,22 kN/m2-39,18 kN/m2, sudut geser dalam 34,71o-39,11o, berat jenis basah 10,86 kN/m2-13,52 kN/m2, UCS 0,19Mpa – 0,29 MPa. Material propertis tersebut selanjutnya digunakan sebagai parameter dalam melakukan analisis kestabilan lereng dengan mengeluarkan nilai faktor keamanan (FK) dan probability of failure (PoF). Pada kajian ini dilakukan simulasi dengan 4 pendekatan : (a) Pertama, menganalisis lereng dengan domain geologi tunggal, (b)Kedua, menganalisis lereng dengan menggabungkan 2 domain geologi yang berbeda, (c) Ketiga, menganalisis lereng dengan menggabungkan 3 domain geologi yang berbeda, (d) Menganalisis lereng dengan menggabungkan 4 domain geologi yang berbeda. Hasil simulasi dengan menggunakan 4 pendekatan tersebut menunjukkan nilai rata-rata FK limonit secara berturut sebesar 1.72, 1.71,1.73, dan 1.73 . Sedangkan nilai FK saprolit secara berturut sebesar 1.74, 1.78 , 1.75 dan  1.74. Rata-rata probability of failure pada simulasi ini dibawah 1%. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa nilai faktor keamanan dari hasil simulasi beberapa material menunjukkan nilai yang konsisten, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai material propertis nikel laterit pada batuan dasar yang berbeda cenderung sama (homogen), oleh karena itu pengambilan sampel geoteknik di site pomalaa tidak sensitif terhadap domain batuan. Key words: Domain Batuan Dasar, Kohesi, Sudut Geser Dalam, Berat Jenis Basah, UCS, Faktor Keamanan, Probability of Failure.  ABSTRACT Concerning mining operations activities, geotechnical analysis should be carried out with the aim of planning the initial design of slope and evaluating the stability of the slope during mining activities. For making geotechnical studies at the Pomalaa Site, 15 samples were taken for each domain (Hazburgit, Dunit, Serpentinit and Peridotit) which were allocated into 5 samples for limonite, 5 samples for saprolite and 5 samples for bedrock. Furthermore, the sample is tested in a laboratory to obtain the value of material properties. Limonite property material in each domain has a range of cohesion values of 31.22 kN / m2-40.49 kN / m2, friction angle at 31.30o-37.36o, wet density 11.56 kN / m2-12.89 kN / m2, UCS 0.11Mpa - 0.59 Mpa. While the value of proper material in saprolite has a range of cohesion values of 31.22 kN / m2-39.18 kN / m2, shear angle in 34.71o-39.11o, wet specific gravity 10.86 kN / m2-13.52 kN / m2, UCS 0.19Mpa - 0.29 Mpa. The property material is then used as a parameter input to obtain slope stability analysis by issuing factor of safety (FK) and probability of failure (PoF) values ). In this case a simulation was conducted to 4 approaches: (a) First, analyzing slopes with a single geological domain, (b) Second, analyzing slopes by combining 2 different geological domains, (c) Third, analyzing slopes by combining 3 different geological domains , (d) Analyze slopes by combining 4 different geological domains. The simulation results using the 4 approaches show the average value of FK limonite which are 1.72, 1.71.1.73, and 1.73 respectively. While FK saprolite values were 1.74, 1.78, 1.75 and 1.74 respectively. The average probability of failure in this simulation is below 1%. From the simulation results it can be seen that the value of the safety factor from the simulation results of several materials shows a consistent value, so it can be said that the material value of laterite nickel properties in different bedrock tends to be the same (homogeneous), therefore geotechnical sampling at the Pomalaa site is not sensitive to the rock domain. Key words: Host Rock Domain, Cohesion, Friction angle, Wet Specific Gravity, UCS, Safety Factor, Probability of Failure.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 515-524
Author(s):  
M Kemal Ghifari ◽  
Masagus Ahmad Azizi ◽  
Irfan Marwanza ◽  
Afiat Anugrahadi

ABSTRAK PT. X memiliki disain rencana tambang (pit plan) tahun 2020, yang memerlukan analisis kestabilan lereng guna mengoptimasi cadangan batubara tertambang dan keselamatan operasi penambangan. Pada penelitian ini, analisis kestabilan lereng menggunakan metode elemen hingga (MEH) 3 dimensi. Di samping itu juga dilakukan analisis probabilistik guna memvalidasi hasil perhitungan MEH 3 dimensi. Kompleksitas lapisan batuan yang cukup banyak pada tambang MIP memberikan kesulitan dalam memodelkan dalam analisis 3D menggunakan MEH. Oleh sebab itu digunakan pendekatan pembobotan parameter karakteristik batuan dalam menelaah keakurasian hasil perhitungan faktor keamanan (FK) dan penentuan lokasi lereng kritis. Secara praktis pendekatan pembobotan ini sudah diterapkan di sejumlah tambang batubara di Indonesia, namun terbatas pada analisis 2D. Oleh sebab itu hasil penelitian ini menjadi suatu pencapaian penting yang dapat disosialisasikan dan diaplikasikan oleh para praktisi geoteknik tambang di Indonesia  


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 285-292
Author(s):  
Arief Andarwan

ABSTRAK Proses pengangkutan dan pencampuran batubara di PT Adaro Indonesia terbilang cukup unik, menggunakan sistem ‘blending berjalan”, proses pencampuran dilakukan dengan mengatur waktu kedatangan alat pengangkut batubara di terminal fasiltas pemrosesan batubara dan pengisian tongkang agar tiba sesuai dengan waktu yang direncanakan. Untuk menunjang proses optimasi agar menghasilkan kualitas pencampuran yang on spec dan on time dibutuhkan sistem monitoring material, method dan machine yang mumpuni. Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dipilih karena mampu menghasilkan komunikasi data yang cepat. Komponen utama RFID adalah alat pembaca (reader) dan alat penanda (tagger). Alat pembaca dirakit secara elektronik dan beroperasi dengan memanfaatkan sumber energi panas matahari konversi dari solar cell dan ditempatkan di setiap titik strategis di jalur pengangkutan. Alat tagger ditempatkan pada semua alat pengangkut batubara (trailer). Sistem software dan database dibuat secara lokal dan terintegrasi ke pusat database yang terhubung melalui topologi jaringan. Semua transaksi kegiatan pengangkutan mulai dari alat angkut dalam  posisi kosong, pengisian, penimbangan sampai penumpahan atau penumpukan diproses secara online dan real time. Sistem ini juga diintegrasikan dengan aplikasi tracking monitoring yang dibuat dan dikembangkan untuk pemantauan data secara real time oleh semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok operasional pengangkutan dan pencampuran batubara.Implementasi integrasi teknologi yang disusun berdasarkan analisa kebutuhan bisnis proses ini memberikan dampak langsung dan tidak langsung. Secara biaya pengadaan dan perawatan, tools ini lebih murah dari produk pasaran yang ditawarkan. Dari segi kualitas menghasilkan peningkatan presisi pencampuran. Sisi operasional juga memberikan penghematan dari proses kerja yang efisien dengan peningkatan produktivitas alat angkut. Tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan tepat sasaran dari aktivitas pengangkutan dan pencampuran juga dapat dilakukan karena data evaluasi yang dihasilkan dari integrasi teknologi ini valid dan dapat diandalkan. Kata Kunci : RFID, Coal Hauling, Coal Blending, Hauling Tracking System  ABSTRACT Coal hauling and mixing in PT Adaro Indonesia is fairly unique, using an “on the way mixing” system, the mixing process is operated by setting the arrival time of the coal truck at coal processing and barge loading terminal facility so that truck arrived according to planned time. In order to support the optimization process to produce optimum quality mixing that is on spec and on time, require capable monitoring system of material, method and machine. Radio Frequency Identification (RFID) technology was chosen because it is able to produce fast data communications. The main components of RFID are reader and tagger. The reader is electronically assembled and operated by using thermal energy conversion from solar cell which placed at each strategic point along hauling road. The tagger is placed on every coal truck (trailer). The software and database system is created locally and integrated into central database that connected through network topology. All transaction from hauling activity starting from the trucks at empty position, loading, passing, weighing until dumping are processed online and real time. This system also integrated with tracking monitoring application that is established and developed for real time monitoring by all parties involved in coal supply chain. The implementation of this technology integration that based on business needs analysis has direct and indirect impact. In terms of investment and maintenance costs, these tools are cheaper than commonly product offered in industrial market. From quality aspect results, it gives enhancement of mixing precision. The operational side also provides saving from efficient working process by increasing truck productivity. Continuous and accurate corrective action from coal hauling and blending operation can also be done because data evaluation that generated from this integrated technology are valid and reliable. Keyword: RFID, Coal Hauling, Coal Blending, Hauling Tracking System


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Sari Uly Uly Sibarani ◽  
Fadhila A Rosyid ◽  
Aryo P Wibowo ◽  
Lilik E Widodo ◽  
M Nur Heriawan

ABSTRAKKonservasi mineral akan tercapai manakala semakin banyak cadangan mineral tertambang dan meninggalkan sesedikit mungkin material waste. Untuk mencapai hal tersebut salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menentukan jumlah cadangan berdasarkan kadar batas yang optimal (optimum cut-off grade). Dalam penentuan optimum cut-off grade, model matematis yang dapat dipergunakan adalah model/persamaan Lane. Metode Lane akan memaksimalkan nilai Net Present Value (NPV) dengan mempertimbangkan 3 variabel, yaitu; variabel ekonomi (harga komoditas dan biaya), distribusi kadar pada endapan, dan kapasitas maksimum pada tahapan penambangan (mining, milling, and refinery). Model Lane biasa diterapkan dalam tambang terbuka, namun dalam penambangan bawah tanah sulit untuk diterapkan. Dalam peper ini akan dikaji penerapan Model Lane dalam penentuan optimum cut-off grade pada penambangan urat (vein) emas bawah tanah dengan metode cut-and-fill. Hasil simulasi menunjukkan nilai optimum cut-off grade yang dinamis dalam memaksimalkan NPV dan nilainya lebih besar dari break even cut-off grade.Kata Kunci: model Lane, optimum cut-off grade, tambang bawah tanah ABSTRACTMineral conservation will be obtained if more mineral reserves are extracted and leaves less waste as possible. One of the methods to achieve those condition is determining the total minable reserves based on the optimum cut-off grade. Optimum cut-off grade can be estimated using Lane Model. Lane Model will maximize the Net Present Value (NPV) by considering 3 variables, i.e; economic variables (commodity prices and costs), grade distribution of deposit, and maximum capacity of each stage of production (mining, milling, and refinery). Lane models are usually applied in open-pit mines, unfortunately it is difficult to apply for underground mining unless some there are some modifications. This paper will examine the application of the Lane Model in determining the optimum cut-off grade in underground gold mine using cut-and-fill method to extract vein type deposit. Simulation result show dynamic optimum cut-off grade which maximizing NPV and generally greater than the break-even cut-off grade.Key Words: Lane model, optimum cut-off grade, underground mine 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 731-7738
Author(s):  
Fahmi Syaifudin ◽  
Susilo Catur M

ABSTRAK Wilayah operasional Pit B/C PT Kaltim Prima Coal (KPC) area Bengalon terus melakukan ekspansi penambangan pada tahun 2019. Operasional pit akan memotong jalan umum dalam status Jalan Kabupaten penghubung desa Tebangan Lembak, Sepaso Barat dan kota kecamatan Bengalon. Salah satu ruas pemindahan jalan juga akan menjadi area tangkapan air limbah hasil operasional dumping Nakula Pit B/C yaitu pada titik penaatan kolam Kemuning. Penggunaan salah satu ruas jalan pengalih antara STA 2+100 – 2+375 untuk sekaligus dijadikan kolam kontrol debit menjadi opsi yang menarik mengingat potensi penghematan akan didapat perusahaan. Riset ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan menghitung dan membandingkan volume pekerjaan tanah terhadap dua kondisi berbeda. Perhitungan penghematan didapatkan dengan memakai harga kontrak yang telah ditetapkan untuk pekerjaan konstruksi jalan. Biaya tambahan yang mencakup faktor non-teknis juga dimasukkan dalam perhitungan biaya karena penggunaan jalan ini perlu mendapatkan izin dari Bupati Kutai Timur. Dapat disimpulkan bahwa dengan integrasi pembangunan jalan pengalih sekaligus sebagai kolam kontrol debit air limbah tambang, KPC menghemat biaya konstruksi sebesar 41% dari total biaya konstruksi infrastruktur Pit B/C. Kata kunci: Jalan pengalih, kontrol debit, titik penaatan.  ABSTRACT Operational area of Pit B/C PT Kaltim Prima Coal (KPC) continues to expand in 2019. Pit operation will cut public road with the status of connecting road between Tebangan Lembak village, West Sepaso and Bengalon sub-district. One of the re-alignment road segments will also be crossed by mining water flow from Nakula Dump activities at Pit B/C down to Kemuning Pond. Utilization those road segments between STA 2+100 to 2+375 to be control pond discharge shall be profitable for company. The research use quantitative approach by calculating and comparing earthwork volume for two different options. Saving calculation use the rate from approved contract for this road construction. Additional cost that covers non-technical issue also included in the calculation since utilization of road shall be approved by Bupati Kutai Timur. It is concluded that the integration of road and control pond discharge will save the cost for construction of Pit B/C KPC infrastructure by 41%. Keywords: Road re-alignment, discharge control, compliance point.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document