Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

5
(FIVE YEARS 5)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Islam Bandung (Unisba)

2797-2852

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 21-26
Author(s):  
Riska Astyani ◽  
Agus Halimi ◽  
Aep Saepudin

Abstract. Humans were created by Allah in a state of having the nature of Allah or the potential to know Him, force Him, and admit that there is no God but Allah. Therefore, humans are required to be able to develop this potential optimally and not deviate from their nature. However, still widespread practice of shirk that befell the Muslims. Even more so many Muslims who apostatize. Even though Allah advised in Q.S. Fushshilat verses 30-32 to establish the position (istiqomah) in the words “Our God is Allah”, which contains the pledge of one of shahada sentences namely “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah”. The method used in this study was a method of descriptive analysis with a library research by collecting data relating to the discussion. The result obtained from this study are: the essence that contained in Q.S. Fushshilat verses 30-32 are: (a) Faith is a solid foundation for a person who are istiqomah, (b) A person who istiqomah has an optimistic nature in life, (c) Aqeedah education needs to be instilled early on in order to form an istiqomah attitude. Educational values from Q.S. Fushshilat verses 30-32 are 1) Faith which is the foundation of the Istiqomah likened a good tree in Q.S. Ibrahim verses 24-25, 2) Characteristics of people who istiqomah that is optimistic, they are not afraid and also do not worry in facing the future both concerning about worldly and hereafter. Because their faith is so strong, 3) Parents are responsible for the education/strengthening of a child’s faith from an early age in the development of the nature/potential of their Tauhid.. Abstrak. Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan memiliki fitrah Allah atau potensi untuk mengetahui-Nya, mengesakan-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia. Karena itu, manusia dituntut untuk dapat mengembangkan potensi tersebut secara optimal dan tidak menyimpang dari fitrahnya. Namun masih maraknya praktek kesyirikan yang menimpa Kaum Muslimin. Terlebih lagi banyak Kaum Muslimin yang murtad. Padahal Allah berpesan di dalam Q.S. Fushshilat ayat 30-32 untuk meneguhkan pendirian (istiqomah) dalam perkataan “Tuhan kami adalah Allah”, yang mengandung ikrar salah satu kalimat syahadat yaitu “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan jenis kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan menggunakan buku-buku, literatur, bahan pustaka yang menunjang dan ada keterkaitan dengan pembahasan peneliti. Hasil dari penelitian ini adalah esensi yang terkandung dalam ayat Q.S. Fushshilat yaitu: (1) Iman merupakan fondasi yang kokoh bagi seorang yang beristiqomah, (2) Seorang yang istiqomah memiliki sifat yang optimis dalam menjalani kehidupan, (3) Pendidikan Akidah perlu ditanamkan sejak dini agar terbentuk sikap istiqomah. Nilai-nilai pendidikan dari Q.S. Fushshilat ayat 30-32 yaitu 1) Iman yang menjadi fondasi dari keistiqomahan diibatkan pohon yang baik dalam Q.S. Ibrahim ayat 24-25, 2) Karakteristik orang yang beristiqomah yaitu optimis, ia tidak takut dan tidak pula khawatir dalam menghadapi masa depan baik yang menyangkut keduniaan maupun keakhiratan. Karena imannya yang begitu kokoh, 3) Orang tua bertanggung jawab dalam pendidikan/penguatan akidah anak sejak dini dalam pengembangan fitrah/potensi tauhidnya.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 7-14
Author(s):  
Rizki Zakiyah Nur Rohmah ◽  
Adang M. Tsaury ◽  
Helmi Aziz

Abstract. The problem that occurs at MA Al-Hidayah Ibun in learning Islamic Cultural History (SKI) is the one-way teaching and learning interaction that makes the teacher's role very dominant and learning becomes passive. Only students can get the information provided by their teacher, the teacher who is talking about it is very active and students become passive. This study uses a quantitative approach to the type of correlational research that is to find the relationship between variable x and variable y. Data collection methods used in this study are through questionnaires, observations, interviews and documentation. The results of this study indicate that: (1) The tendency of teacher-student interaction variables is 10% (3 students) in the high category, 73.4% (22 students) is in the medium category, and 16.6% (5 students) is in the low category. These results indicate that the educative interaction of teachers with students in the MA Al-Hidayah Ibun included in the medium category. (2) The tendency of students' interest in learning variables in SKI subjects is 13.3% (4 students) in the high category, 70% (21 students) is in the medium category, and 16.7% (5 students) are in the low category. These results indicate that students' interest in learning SKI subjects in MA Al-Hidayah Ibun is included in the medium category. (3) There is a significant correlation between teacher's educational interactions with students on student learning interest in History subjects Islamic Culture at MA Al-Hidayah Ibun. This is evidenced through hypothesis testing using product moment correlation, obtained correlation coefficient value r count = 0.5304, then consulted with the value of r product moment with n = 30 at a significant level of 5% or 0.05, 0.361. Then the conclusion is that r count > r table, so Hypothesis 1 is accepted. Abstrak. Permasalahan yang terjadi di MA Al-Hidayah Ibun dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah terjadinya interaksi belajar mengajar satu arah yang menjadikan peran guru sangat dominan dan pembelajaran pun menjadi pasif. Sehingga siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan oleh gurunya, yang akibatnya guru sangat aktif dan siswa menjadi pasif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional yaitu untuk mencari hubungan antara variabel x dan variabel y. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Kecenderungan variabel interaksi guru dengan siswa yaitu sebanyak 10 % (3 siswa) berada pada kategori tinggi, sebanyak 73,4 % (22 siswa) berada pada kategori sedang, dan 16,6% (5 siswa) berada pada kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi edukatif guru dengan siswa di MA Al-Hidayah Ibun termasuk pada kategori sedang. (2) Kecenderungan variabel minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI yaitu sebanyak 13,3 % (4 siswa) berada pada kategori tinggi, sebanyak 70 % (21 siswa) berada pada kategori sedang, dan 16,7% (5 siswa) berada pada kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran SKI di MA Al-Hidayah Ibun termasuk pada kategori sedang.3) Terdapat hubungan yang signifikan antara interaksi edukatif guru dengan siswa terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MA Al-Hidayah Ibun. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis menggunakan korelasi product moment, diperoleh nilai koefisien korelasi rhitung = 0,5304, kemudian dikonsultasikan dengan nilai r product moment dengan n = 30 pada taraf signifikan 5% atau 0,05 yaitu 0,361. Maka diambil kesimpulan bahwa rhitung    rtabel, sehingga Hipotesis 1 diterima.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 27-35
Author(s):  
Cahya Agung Nugraha ◽  
Ikin Asikin ◽  
Asep Dudi Suhardini

Abstract. The educational process will run conducive if aspects of communication between students and teachers are harmoniously established. Communication between students and teachers cannot be assessed only in terms of quantity or intensity but rather quality in this case communication ethics. One of the problems faced in the field of education is the decline in ethics of student communication to teachers. Communication ethics is a procedure for someone to convey information that is in accordance with moral values so that they can judge the good or bad behavior of a person. For this reason, a program or forum that accommodates students is needed to actualize themselves and to provide guidance related to religious values in order to improve the quality of students' communication ethics to teachers. The purpose of this study is to find out: 1) How active students are in participating in the KRI; 2) How is the ethics of student communication to the teacher; 3) The effect of the students' activeness in following the KRI on communication ethics to the teacher. This research is a quantitative correlational research approach. The population of this study was students of KRI members with a sample of 42 students. The analysis technique used is a single predictor regression analysis. The results showed that there was no influence between the activeness of students in joining the KRI program with the ethics of student communication to teachers in SMA PGII 2 Bandung. Correlation coefficient value of 0.080 with a significance of 0.069 where p> 0.05. This means that students 'activeness in joining the KRI program has not shown a significant influence on the quality of students' communication ethics to teachers, so the work hypothesis is rejected. Regression test results obtained R-square 0.08 or 8% and the remaining 92% is influenced by variables that have not been revealed in this study. In conclusion, the KRI program has not yet led to an improvement in the quality of students' communication ethics to teachers. This is evidenced from the final assessment of the KRI program which is more oriented towards students' cognitive aspects in Islamic insight and vision and mission which are still normative and has not led to an increase in the quality of students' communication ethics to teacher. Abstrak. Proses pendidikan akan berjalan dengan kondusif jika aspek komunikasi antar siswa dengan guru terjalin secara harmonis. Komunikasi antar siswa dengan guru tidak dapat diniliai hanya dari segi kuantitas atau intensitas melainkan kualitas dalam hal ini etika komunikasi. Salah satu masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan yaitu adanya penurunan etika komunikasi siswa kepada guru. Etika komunikasi adalah tata cara seseorang dalam menyampaikan informasi yang sesuai dengan nilai moral sehingga dapat menilai baik atau buruk perilaku seseorang. Untuk itu dibutuhkan program atau wadah yang menampung para siswa dalam mengaktualisasikan diri serta dalam memberikan pengarahan terkait nilai-nilai keagamaan guna meningkatkan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti KRI; 2) Bagaimana etika komunikasi siswa kepada guru; 3) Pengaruh keaktifan siswa dalam mengikuti KRI terhadap etika komunikasi kepada guru. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa anggota KRI dengan sampel 42 siswa. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi satu prediktor. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara keaktifan siswa dalam mengikuti program KRI dengan etika komunikasi siswa kepada guru di SMA PGII 2 Bandung. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,080 dengan signifikansi sebesar 0,069 dimana p > 0,05. Hal ini berarti keaktifan siswa dalam mengikuti program KRI belum menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas etika komunikasi siswa kepada guru, sehingga hipotesis kerja ditolak. Hasil uji regresi diperoleh R-square 0,08 atau sebesar 8% dan sisanya 92 % dipengaruhi oleh variabel yang belum terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulannya program KRI masih belum mengarah kepada peningkatan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru hal ini dibuktikan dari penilaian akhir tentang program KRI yang lebih berorientasi pada aspek kognitif siswa dalam wawasan keislaman serta visi dan misi yang masih normative dan belum mengarah kepada peningkatan kualitas etika komunikasi siswa kepada guru.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 15-20
Author(s):  
Fitri Barokah ◽  
Nan Rahminawati ◽  
Dewi Mulyani

Abstract. Student learning participation is a response shown by students during learning through various forms that are implemented in oral and written activities. Students generally assume that history lessons are memorization lessons, because there are some facts or events that are considered important. However, in reality, there are still many students who do not make history subjects (including Islamic Cultural History) optimally studied. For this reason, the teacher becomes the spearhead that can make the learning process in the classroom enjoyable and comprehensively followed by students. This study aims to: identify and analyze student learning participation in raising opinions, giving responses, doing assignments, making conclusions, and making presentations on SKI subjects. This type of research is a descriptive-analytic study. Data collection techniques used were interviews, observation, documentation, and questionnaires. Data analysis was performed through chi-square. The results showed that overall student learning participation in MTsN 2 Garut in expressing opinions, giving responses, doing assignments, making conclusions, as well as presentations, were per under the specified indicators. Student participation is more likely to make conclusions. That is because students are often included in learning activities especially in concluding, besides concluding is one of the objectives of SKI learning. Abstrak. Partisipasi belajar siswa merupakan sebuah respon yang ditunjukan siswa pada saat pembelajaran melalui berbagai bentuk yang diimplementasikan dalam kegiatan lisan dan tulisan. Siswa pada umumnya menganggap bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran menghafal, karena terdapat beberapa fakta ataupun peristiwa yang dianggap penting. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak menjadikan mata pelajaran sejarah (termasuk Sejarah Kebudayaan Islam) dipelajari secara optimal. Untuk itu, guru menjadi ujung tombak yang dapat menjadikan proses pembelajaran di kelas dengan menyenangkan dan diikuti secara komprehensif oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi dan menganalisis partisipasi belajar siswa  dalam mengemukaan pendapat, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, membuat kesimpulan, dan melakukan presentasi pada mata pelajaran SKI. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Analisis data dilakukan melalui chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan partisipasi belajar siswa di MTsN 2 Garut dalam mengemukakan pendapat, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, membuat kesimpulan, juga presentasi telah sesuai dengan indikator yang ditentukan. Partisipasi siswa lebih cenderung kepada membuat kesimpulan. Hal tersebut dikarenakan siswa seringkali diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam kegiatan menarik kesimpulan, disamping itu menarik kesimpulan merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran SKI.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Rani Sri Anggraeni ◽  
Agus Halimi ◽  
Dinar Nur Inten

Abstract. increasingly prevalent both at home, school and the environment so if left unchecked it will have a negative impact both for victims, perpetrators and the surrounding community. This background statement reminds and encourages the need to analyze QS. Al-Hujurat verse 11. The purpose of this study is to: (1). get the results of the commentators about QS. Al Hujurat verse 11, (2). find the essence contained in QS Al Hujurat verse 11, (3) identify theories about the forms of bullying behavior and how to prevent it, (3). find the educational implications of QS Al-Hujurat verse 11 for the prevention of bullying behavior. This research uses a qualitative approach and the method used in this research is tahlily interpretation method and literature study. This study, several conclusions are obtained, namely: that in the QS. Al-Hujurat verse 11 contains a prohibition on mocking, mocking and criticizing his own brother. First, the prohibition of making fun of a people is forbidden. People who like to make fun of are those who feel proud (proud of themselves) with themselves, even though those who can be mocked are more clean-hearted than people who make fun of. Second, the prohibition of self-deprecation both with words, deeds, and cues. Self-deprecation is meant so that we do not criticize others, because it is likened if we reproach others then we self-deprecate. Third, the prohibition of calling with a bad call. A believer must not call a  brother in faith with a title that is not pleasant to hear, to make himself angry. Essence of QS. Al-Hujurat verse 11 (1). Allah created human beings as equals with more dignity than other creatures, (2). Strengths and weaknesses in humans are something that sunatullah need not be arrogant or intended, (3). Fellow humans must respect each other, love and maintain their honor, (4). Harassment, harassment and humiliation of  human values ​​is a despicable character that is forbidden by religion. Educational Implications of QS. Al-Hujurat verse 11 on the prevention of bullying behavior, namely: (1). Foster tolerance by respecting and respecting the rights and obligations of others (2). Cultivating a humble attitude, (3). Cultivating the attitude of brotherhood, (4). Devoted to Allah. Abstrak. Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena perilaku bullying yang semakin marak baik di rumah, sekolah maupun lingkungan maka jika dibiarkan akan berdampak negatif baik untuk korban, pelaku maupun komunitas di sekitarnya. Pernyataan latar belakang ini mengingatkan dan mendorong kepada perlunya menganalisis QS. Al-Hujurat ayat 11. Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1). memperoleh hasil pemikiran para mufassir tentang QS. Al Hujurat ayat 11, (2). menemukan esensi yang terkandung dalam QS Al Hujurat ayat 11, (3) mengidentifikasi teori-teori tentang bentuk-bentuk perilaku bullying dan cara pencegahannya, (3).  menemukan implikasi pendidikan dari QS Al- Hujurat ayat 11 terhadap pencegahan perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan di penelitian ini adalah metode tafsir tahlily dan studi kepustakaan. Penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: bahwa di dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 terdapat larangan mengolok-olok, mengejek dan mencela saudaranya sendiri. Pertama larangan mengolok-olok terhadap suatu kaum merupakan suatu hal yang haram. Orang yang suka mengolok-olokkan adalah orang yang merasa ujub (bangga diri) dengan dirinya, padahal boleh jadi orang yang diolok-olokkan itu lebih bersih hatinya daripada orang yang mengolok-olokkan.  Kedua, larangan mencela diri sendiri baik dengan ucapan, perbuatan, maupun isyarat. Mencela diri sendiri dimaksudkan agar kita tidak mencela orang lain, karena diibaratkan jika kita mencela orang lain maka kita mencela diri sendiri.  Ketiga, larangan memanggil dengan panggilan yang buruk. Seorang Mukmin tidak boleh memanggil saudara seiman dengan gelaran-gelaran yang tidak enak didengar, hingga membuat dirinya marah. Esensi QS. Al-Hujurat ayat 11 (1). Allah menciptakan manusia sederajat dengan martabat yang lebih dari makhluk lainnya, (2). Kelebihan dan kekurangan pada manusia adalah sesuatu yang sunatullah tidak usah di sombongkan atau direndakahkan, (3). Sesama manusia harus saling menghargai, menyayangi dan menjaga kehormatannya, (4). Pelecehan, perundungan, dan perendahan nilai-nilai kemanusiaan adalah akhlak tercela yang di larang Agama. Implikasi Pendidikan dari QS. Al-Hujurat ayat 11 terhadap pencegahan perilaku bullying yaitu: (1). Menumbuhkan sikap toleransi dengan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain (2). Menumbuhkan sikap rendah hati, (3). Menumbuhkan sikap persaudaraan, (4). Bertaqwa kepada Allah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document