The Indonesian government, especially Jakarta, has taken various ways to prevent the transmission of the COVID-19 virus, one of which is through persuasive communication. The persuasive communication that is always carried out by the government is washing hands, wearing mask, and maintaining distance. This research will only discuss more about maintaining distance or social distancing. The persuasion of the social distancing movement is carried out by the government in various ways, one of which is through the mass media. Mass media is the official journalistic media, such as radio, newspapers, electronic news, and television. Through this persuasive communication, Jakarta government expects public compliance to jointly break the chain of transmission of COVID-19. Therefore, researchers want to see a picture of public compliance with the persuasive social distancing communication carried out by the government in the mass media during the COVID-19 pandemic. This research is a qualitative research using a case study method in West Jakarta, to be precise in Kalideres sub-district. Data were collected by means of interviews. The result of the research is that there are 2 sources who obey and 2 sources who do not comply with social distancing. The persuasion communication that the government has made through the mass media has reached expectations at a cognitive level. This is evidenced by the good knowledge of the informants about social distancing. However, the affective and behavioral aspects are still not maximally implemented because of the lack of clear sanctions for offenders of social distancing so that people tend to conform because of the ambiguous conditions they experience.Pemerintah Indonesia, khususnya Jakarta, melakukan berbagai cara untuk mencegah penularan virus COVID-19, salah satunya dengan melakukan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif yang selalu dilakukan oleh pemerintah adalah gerakan 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Penelitian ini hanya akan membahas lebih lanjut tentang gerakan menjaga jarak atau social distancing. Persuasi gerakan social distancingdilakukan pemerintah dengan berbagai macam cara, salah satunya melalui media massa. Media massa yang dimaksud adalah media jurnalistik resmi, seperti radio, koran, berita elektronik, dan televisi. Melalui komunikasi persuasif ini, tentunya pemerintah mengharapkan kepatuhan masyarakat untuk bersama-sama memutus rantai penularan COVID-19. Maka dari itu, peneliti ingin melihat gambaran kepatuhan masyarakat pada komunikasi persuasif social distancing yang dilakukan pemerintah di media massa saat pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus yang dilakukan di daerah Jakarta Barat, tepatnya di kecamatan Kalideres. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara. Hasil dari penelitian adalah terdapat 2 narasumber yang patuh dan 2 narasumber yang tidak patuh terhadap social distancing. Komunikasi persuasi yang pemerintah lakukan melalui media massa sudah mencapai harapan pada tingkat kognitif. Hal ini dibuktikan dengan pengetahuan yang baik dari para narasumber tentang social distancing. Akan tetapi, aspek afektif dan behavioral masih belum terlaksana dengan maksimal karena kurangnya sanksi yang jelas bagi pelanggar social distancing sehingga masyarakat cenderung melakukan konformitas karena kondisi ambigu yang dialami.