scholarly journals Analisis Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 51-60
Author(s):  
Nasha Nauvalika Permana ◽  
Ana Setiani ◽  
Novi Andri Nurcahyono

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran adaptif matematis siswa dalam menyelesaikan soal HOTS. Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa pemberian tes dan wawancara.  Pengambilan subyek penelitian ini adalah 6 siswa kelas VIII SMP. Pengambilan subjek pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah reduksi data. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Pada soal HOTS dengan indikator mengajukan dugaan, subjek  dengan kemampuan penalaran adaptif matematis tinggi dan rendah mampu mengajukan dugaan. Berbeda dengan  subjek yang memiliki kemampuan penalaran adaptif rendah tidak mampu mengajukan dugaan, 2) Pada soal HOTS dengan indikator memberikan alasan terhadap suatu kebenaran, subjek dengan kemampuan tinggi dan sedang mampu memberikan alasan terhadap suatu pernyataan dengan benar. Berbeda dengan subjek berkemampuan rendah yang tidak dapat memberikan alasan terhadap sebuah pernyataan, 3) Pada soal HOTS dengan indikator menarik kesimpulan pada sebuah pernyataan, subjek berkemampuan tinggi dan sedang mampu menunjukkan penyelesaian dengan memberikan kesimpulan yang benar dan lengkap. Berbeda dengan subjek berkemampuan rendah yang belum mampu mengerjakan soal tersebut dengan benar, 4) Pada soal HOTS dengan indikator memeriksa kesahihan suatu argumen, subjek dengan kemampuan tinggi dan sedang mampu mengecek kesahihan suatu argument dengan menunjukkan letak kebenaran atau kesalahan secara lengkap. Berbeda dengan subjek dengan kemampuan rendah yang tidak mampu mengecek kesahihan suatu argument, 5) Pada soal HOTS dengan indikator menemukan pola pada suatu gejala matematis, subjek berkemampuan tinggi, sedang dan rendah belum mampu menemukan pola dari suatu gejala matematis

2013 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 503-516
Author(s):  
Dr Saroja Dhanapal ◽  
Sharmaine Sakthi Anantha ◽  
Riaz Fathima Binti Omar Farouk

Advertising can be defined as an openly sponsored offering of goods, services, or ideas through any medium of public communication. Advertising, in the past decade has undergone significant development and it now comprises television, radio and internet besides the traditional print media. Levens (2012) defines advertising as the paid, non -personal communication of a marketing message by an identified sponsor through mass media which acts as a tool for a company to massively introduce a product or service to the consumers using the available media that are endless starting from billboards, posters, wall paintings to the most explicit places like the back of event tickets or even the public transport t hat roams all over the city. Government sponsored advertisements (GSA ) or public service advertisement (PSA) on the other hand can be defined as messages in the public interest disseminated by the media without charge. Today, public serviceadvertising has been increasingly used in a non-commercial fashion in several countries across the world in order to promote various social causes (Devadas and Manohar, 2011). The objective is to raise awareness, change public attitudes and behavior towards social issues. The purpose of this paper is to explore as to whether advertisement s sponsored by the Malaysian government merely disclose social responsibility information or do they go beyond this to inculcate Higher Order Thinking Skills among the audience from the three generations; Baby boomers, Generation X and Generation Y. As such, a purposive sampling was used in the selection of the advertisements for the study based on thecontent that catered for the three generations. To identify whether the advertisements inculcate Higher Order Thinking Skills (HOTS) according to Blooms Taxanomy (1990), the contents of the advertisements were analysed using a framework based on an integrated approach combining content and semiotic analysis. To further support the findings, a survey was carried out among 100 samples to identify their perception on government sponsored advertisements. The samples for the survey were also selected using a purposive sampling. This was to ensure that there were representatives from the three generations. It is hoped that this study will contribute to the scarce l iterature on the effectiveness of advertisements in cultivating Higher Order Thinking Skills.


Vidya Karya ◽  
2021 ◽  
Vol 35 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Husnul Khotimah ◽  
Rilia Iriani ◽  
Abdul Hamid

Abstract. This study aims to determine whether there are any differences in the students’ achievement of higher order thinking skills and the student learning outcomes through the application of problem solving learning assisted by smart chemistry applications on stichiometry. The population was 105 students of X MIPA SMAN 11 Banjarmasin. The sampling technique was conducted by  purposive sampling with 2 experimental classes and 1 control class. Each class consisted of 35 students. The method used was quasi-experimental with a nonequivalent control group design. The data collection was gathered using test and non-test techniques. The data analysis technique used was descriptive and inferential analysis techniques using one way ANAVA test. The results showed that higher order thinking skills, learning outcomes, knowledge, skills and attitudes of the experimental class were better than the control class.Keywords: problem solving, smart chemistry, higher order thinking skills, learning outcomes, stoichiometry.Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pencapaian keterampilan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar peserta didik, melalui penerapan pembelajaran problem solving berbantuan aplikasi smart chemistry pada topik stikiometri. Populasi penelitian yaitu sebanyak 105 peserta didik X MIPA SMAN 11 Banjarmasin. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling dengan 2 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Masing-masing kelas terdiri dari 35 peserta didik. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif dan inferensial menggunakan uji ANAVA 1 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi, hasil belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap dari kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.Kata kunci: problem solving, smart chemistry, keterampilan berpikir tingkat tinggi, hasil belajar, stoikiometri.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Alifiani Alifiani ◽  
Sikky El Walida

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognitif mahasiswa dalam mengerjakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) terkait materi aplikasi turunan peubah banyak, khususnya masalah ekstrim (maksimum-minimum) dalam mata kuliah Kalkulus Lanjut ditinjau dari gaya kognitifnya, yaitu Field Independence (FI), Field Dependence (FD), dan Field Neutral (FN). Sesuai dengan tujuan penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif eksploratif. Instrumen yang digunakan adalah peneliti sebagai instrumen utama, lembar soal, angket analisis gaya kognitif, dan alat rekam. Subjek penelitian terdiri dari 3 orang mahasiswa Pendidikan Matematika Semester 3 di salah satu Perguruan Tinggi di Kota Malang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah individu FI memiliki proses metakognitif yang lebih baik saat mengerjakan soal HOTS dibandingkan individu FD dan FN. FI melakukan metacognitive evaluation untuk memerika jawaban meski tidak menemui kendala atau kesalahan sedangkan individu FD dan FN baru melakukan metacognitive evaluation dalam memeriksa kembali jawaban ketika sadar bahwa ada kesalahan yang dilakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa individu FI memiliki proses metakognitif yang lebih baik saat mengerjakan soal HOTS dibandingkan individu FD dan FN.


Variabel ◽  
2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Falwi Uji Flamboyant ◽  
Eka Murdani ◽  
Soeharto Soeharto

<em>Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan Higher Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik setelah diterapkannya model Problem Based Learning (PBL), (2) mengetahui persentase HOTS peserta didik sebelum dan setelah diterapkannya model PBL, dan (3) mengetahui pengaruh PBL terhadap HOTS peserta didik pada materi hukum Archimedes. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian pre-experimental dan jenis desain one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 23 orang. Instrumen yang digunakan berupa tes HOTS yang sebelumnya telah diujicobakan dengan reliabilitas sebesar 0,65. Deskripsi HOTS peserta didik dianalisis menggunakan Rasch Model diperoleh bahwa kemampuan menganalisis merupakan kemampuan yang paling banyak dikuasai oleh peserta didik, diikuti oleh kemampuan mencipta, dan terakhir kemampuan mengevaluasi. Persentase HOTS peserta didik dianalisis menggunakan aplikasi Microsoft Excel diperoleh bahwa kemampuan menganalisis dan mencipta mengalami peningkatan sebesar 2,72%, dan kemampuan mengevaluasi mengalami peningkatan sebesar 6,16%. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap HOTS dianalisis menggunakan effect size, diperoleh bahwa PBL memiliki pengaruh terhadap HOTS peserta didik sebesar 0.53 dengan kategori sedang.</em>


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 10-20
Author(s):  
K.O. Litna ◽  
N.M.S. Mertasari ◽  
G. Sudirtha

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrument tes high order thinking skills (HOTS) matematika SMA kelas X. Penelitian ini merupakan penelitian pengembanganan instrumen dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang dikemukakan oleh Mardapi, yang terdiri dari dua tahap yakni tahap perancangan (menyusun spesifikasi tes, menulis soal, dan menelaah soal) dan tahap uji coba (melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal, dan merakit tes). Subjek ujicoba diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan dari 25 butir tes yang diujicobakan terdapat 20 butir tes yang memenuhi standar kualitas tes HOTS. Semua butir tes yang diujicobakan dinyatakan valid. Reliabilitas tes sebesar 0,803 dengan kategori sangat tinggi. Tingkat kesukaran dengan kategori sedang sebanyak 14 butir tes dan 9 butir tes dengan kategori sukar. Berdasarkan analisis menggunakan item respon butir diperoleh siswa dengan kemampuan rendah mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak 19,19%, siswa dengan kemampuan sedang mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS dengan benar sebanyak 63,51%. Sedangkan siswa dengan kemampuan tinggi mampu menjawab tes matematika berbasis HOTS sebanyak 92,75%. Hasil penelitian menunjukan bahwa instrumen tes yang dikembangkan telah memenuhi kategori instrumen tes HOTS yang berkualitas, sehingga instrumen tes yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan HOTS matematika siswa. Instrumen tes yang dihasilkan dapat dijadikan contoh bagi guru dalam membuat soal berbasis HOTS.


Author(s):  
Renita Prera Winsen

பேராக் மாநிலத்தில் தைப்பிங் மாவட்டத்தில் அமைந்துள்ள ஓர் இடைநிலைப்பள்ளியில் திருக்குறள் கற்றலின் வழி படிவம் 2 மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்தும் முயற்சியில் ஆய்வு மேற்கொள்ளப்பட்டது. தேர்ந்தெடுக்கப்பட்ட 10 மாணவர்கள் இந்த ஆய்வில் உட்படுத்தப்பட்டனர். திருக்குறளில் மாணவர்களின் ஆளுமையைக் கண்டறிய அந்த இடைநிலைப்பள்ளியின் தமிழாசிரியரிடம் நேர்காணல் நடத்தப்பட்டது. மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்த படிவம் 1 மற்றும் படிவம் 2-இல் வரையறுக்கப்பட்ட ஆறு திருக்குறள்கள் தேர்தெடுக்கப்பட்டன. தேர்ந்தெடுக்கப்பட்ட திருக்குறள்கள் யாவும் சீரமைக்கப்பட்ட புளூமின் அறிவுசார் முறைப்பாட்டியலின் துணைக்கொண்டு பலதரப்பட கேள்விகள் தயாரிக்கப்பட்டது. ஆறு வாரத் திருக்குறள் வகுப்பிற்குப் பின் இக்கேள்விகள் யாவும் மாணவர்களுக்கு வழங்கப்பட்டன. கேள்விக்கான பதில்களிலிருந்து மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனில் ஏற்பட்ட மாற்றங்கள் கண்டறியப்பட்டது. ஆய்வின் முடிவாக, முறையான திருக்குறள் கற்றலின் வழி மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்த முடியும் என்பது உறுதிச் செய்யப்பட்டது. (This study has been conducted with the purpose of improving the level of HOTS (Higher order thinking skills) of Form 2 students through learning Thirukkural. For this study, the Thirukkural, a well-known literary work of Tamil Language was taken. Thus, this research was carried out in a secondary school which is located at Taiping, Perak. The research was carried out under the design of action research. The sample of this study consisted of ten Form 2 students. Besides that, a teacher also interviewed in order to know the students' personality in learning Thirukkural. In this research, the learning process of Thirukkural approach was implemented for 6 weeks. There are 6 couplets of Thirukkural selected according to the syllabus of Form 1 and Form 2. This six couplets of Thirukkural used to test the level of HOTS. The questions were created based on Thirukkural, according to Revised Bloom's Taxonomy. The data of the study was collected through pre-test, the questions asked in Thirukkural classes and post-test via qualitative and quantitative data collection tools. The findings obtained through qualitative and quantitative data collections showed that the level of HOTS through learning Thirukkural among Form 2 students has improved.)


2019 ◽  
Author(s):  
Adib Rifqi Setiawan

Karya ini menunjukkan rancangan soal HOTS (higher-order thinking skills, keterampilan berpikir tingkat tinggi) untuk mata pelajaran Akidah-Akhlak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah. Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asmā’ al-ḥusnā, serta perekaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī melalui unjuk kerja dan cara mengamalkannya dalam keseharian. Hasil (outcomes) pembelajaran Akidah-Akhlak diharapkan memiliki peran dalam memberi motivasi kepada murid untuk mempraktikkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī dalam keseharian sebagai wujud īmān kepada Allōh, para malāikat-Nya, seluruh kitab- Nya, semua rosūl dan nabī-Nya, hari akhir, serta qodō’ dan qodar dari-Nya. Ruang lingkup soal yang dirancang mencakup pembelajaran kelas 4 yang terbatas untuk Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan 1.1; 1.2; dan 1.3; serta Keterampilan 2.1; 2.2; dan 2.3.


2019 ◽  
Author(s):  
Adib Rifqi Setiawan

Karya ini menunjukkan rancangan soal HOTS (higher-order thinking skills, keterampilan berpikir tingkat tinggi) untuk mata pelajaran Akidah-Akhlak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah. Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asmā’ al-ḥusnā, serta perekaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī melalui unjuk kerja dan cara mengamalkannya dalam keseharian. Hasil (outcomes) pembelajaran Akidah-Akhlak diharapkan memiliki peran dalam memberi motivasi kepada murid untuk mempraktikkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī dalam keseharian sebagai wujud īmān kepada Allōh, para malāikat-Nya, seluruh kitab- Nya, semua rosūl dan nabī-Nya, hari akhir, serta qodō’ dan qodar dari-Nya. Ruang lingkup soal yang dirancang mencakup pembelajaran kelas 4 yang terbatas untuk Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan 1.1; 1.2; dan 1.3; serta Keterampilan 2.1; 2.2; dan 2.3.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document