scholarly journals PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, LEMAK, SERAT DAN AKTIVITAS FISIK PADA ANAK OBESITAS DAN NON-OBESITAS USIA 3 – 5 TAHUN

2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 150-157
Author(s):  
Pramita Ariawati Putri ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Obesitas adalah masalah gizi yang dapat membahayakan kesehatan dan harus ditangani sejak dini. Obesitas pada anak usia 3 – 5 tahun dikaitkan dengan semakin cepat terjadinya adiposity rebound, yang memungkinkan anak menjadi obesitas saat dewasa. Obesitas dapat dipengaruhi oleh asupan energi, lemak, serat dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan energi, lemak, serat dan aktivitas fisik pada anak usia 3 – 5 tahun.Metode : Desain penelitian case control study dengan matching usia dan jenis kelamin pada KB-TK Islam Al – Azhar 14 Semarang. Subjek terdiri dari 30 kelompok kasus (overweight dan obesitas) dan 30 kelompok kontrol (normal). Kriteria normal, overweight  dan obesitas menggunakan indikator z-score IMT/U. Normal jika z-score -2 ≥ 1SD, overweight (1 ≥ 2SD), dan obesitas (> 2SD). Asupan energi, lemak dan serat dihitung menggunakan food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner recall aktivitas fisik. Analisis data menggunakan uji independent T test dan Mann-Whitney.Hasil : Asupan energi dan lemak pada kelompok kasus lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan asupan energi (p=0,000) dan lemak (p=0,000) pada kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan asupan serat (p=0,311) dan aktivitas fisik (p=1,112) pada kedua kelompok. Kesimpulan : Terdapat perbedaan asupan energi dan lemak pada anak obesitas dan tidak obesitas.

1992 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 143-156 ◽  
Author(s):  
H. B. Bueno de Mesquita ◽  
F. W. M. Smeets ◽  
S. Runia ◽  
K. F. A. M. Hulshof

Author(s):  
Juan Flich-Carbonell ◽  
Antoni Alegre-Martinez ◽  
José Alfonso-Sánchez ◽  
Maria Torres-Sanchez ◽  
Salvador Gomez-Abril ◽  
...  

Background The high incidence of diverticulitis and hemorrhoidal proctitis episodes in the population imposes an important healthcare and economic burden. Aim To determine the association between intake of certain plant foods and diverticulitis and hemorrhoidal proctitis episodes. Methods Case-control study with quantitative food frequency questionnaire focusing on selected plant foods and derived products. These were grouped by main chemical components into: ethanol, caffeine/theine/theobromine, capsaicin, alliin, acids, eugenol, and miscellaneous foods like curcumin. We quantified intake according to 24-h recall, either on a 1-4 scale (no intake, low, moderate, high intake) or as the number of units consumed (e.g. cups of tea/coffee, n of oranges or lemons); this value was multiplied by the number of reported intake days per week (1-7). Overall intake was expressed as a continuous variable obtained by successively multiplying the score for each food category, and the result was transformed into a common logarithm (range 0.3 to 27.7). Cases and controls were compared using the chi-squared test, student’s t test, odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI), and predictive analysis (multiple logistic regression). Results The sample included 410 cases and 401 controls, who were similar in mean age and gender distribution. The mean score for overall intake of included plant foods was 6.3 points (standard deviation [SD] 4.5), and this was significantly higher in cases (8.5 points, SD 5.3) than in controls (4.1 points, SD 1.2; p < 0.001). Overall intake was similar in cases presenting diverticulitis or hemorrhoidal proctitis. Cases had 13 times the odds of being in the upper quartile for overall intake (> 7 points) compared to controls (OR 13.2, 95% CI 8.3 to 20.8, p < 0.001). Predictive logistic regression models showed that the chemical food group most closely associated with diverticulitis and hemorrhoidal proctitis was capsaicin, followed by ethanol, eugenol, caffeine/theine/theobromine, and acids. The OR for age was near the null value. Neither alliin nor miscellaneous food groups showed any association. Conclusions High, frequent consumption of some plant foods and derived products increases the risk of presenting symptoms of diverticulitis and hemorrhoidal proctitis.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Ermawati Ermawati ◽  
Hafni Bachtiar

Prolap organ panggul merupakan kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup wanita. Prolaps organ panggul ini dapat disebabkan oleh perlukaan sewaktu proses persalinan, proses penuaan, komposisi jaringan pada seorang wanita, batuk- batuk kronis, atau sering melakukan pekerjaan berat. Pengenalan dini prolaps terkait dengan prognosis pemulihan anatomik dan fungsional organ panggul. Hingga kini, penerapannya dalam dunia klinis belum banyak sehingga pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut tentang pelvic organ prolapse quantification (POPQ) jelas diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode case control study di polikilinik Obgin RSUP. Dr. M. Djamil Padang mulai bulan September 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 98 orang. Dengan 49 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok kasus .Analisis dilakukan untuk menilai hubungan usia, paritas, pekerjaan dan indek massa tubuh dengan kejadian prolap organ panggul berdasarkan skor POPQ. Data disajikan dalam bentuk tabel. Data diuji dengan t test dan chi square test. Jika p<0,05 menunjukan hasil yang bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 27,871.terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 52,970.Dari analisa statistik pekerjaan tidak bisa di uji secara statistik.indek massa tubuh tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian prolap organ panggul.(p>0,05)


2021 ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Jie Zhu ◽  
Yu-Hong Liu ◽  
Xiang-Long He ◽  
Martin Kohlmeier ◽  
Li-Li Zhou ◽  
...  

<b><i>Introduction and Aims:</i></b> Choline-metabolizing genetic variation may interact with choline intake on fetal programming and pregnancy outcome. This case-control study aims to explore the association of maternal choline consumption and phosphatidylethanolamine N-methyltransferase (PEMT) gene polymorphism rs7946 with preterm birth risk. <b><i>Methods:</i></b> 145 Han Chinese women with preterm delivery and 157 Han Chinese women with term delivery were recruited in Shanghai. Dietary choline intake during pregnancy was assessed using a validated food frequency questionnaire. Additionally, DNA samples were genotyped for PEMT rs7946 (G5465A) with plasma homocysteine (Hcy) levels measured. <b><i>Results:</i></b> Compared with the lowest quartile of choline intake, women within the highest consumption quartile had adjusted odds ratio (aOR) for preterm birth of 0.48 (95% confidence interval, CI [0.24, 0.95]). There was a significant interaction between maternal choline intake and PEMT rs7946 (<i>p</i> for interaction = 0.04), where the AA genotype carriers who consumed the energy-adjusted choline &#x3c;255.01 mg/day had aOR for preterm birth of 3.75 (95% CI [1.24, 11.35]), compared to those with GG genotype and choline intake &#x3e;255.01 mg/day during pregnancy. Additionally, the greatest elevated plasma Hcy was found in the cases with AA genotype and choline consumption &#x3c;255.01 mg/day (<i>p</i> &#x3c; 0.001). <b><i>Conclusion:</i></b> The AA genotype of PEMT rs7946 may be associated with increased preterm birth in these Han Chinese women with low choline intake during pregnancy.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Estillyta Chairunnisa ◽  
Aryu Candra Kusumastuti ◽  
Binar Panunggal

 Latar Belakang : Stunting merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak di negara berkembang seperti di Indonesia. Stunting yaitu gangguan pertumbuhan disebabkan kekurangan gizi kronis berdasarkan nilai z-score panjang badan menurut umur kurang dari -2 SD. Kecukupan asupan zat gizi mikro yang tidak adekuat menjadi salah satu faktor penyebab terjadi stunting pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan vitamin D, kalsium dan fosfor pada anak  stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain case-control. Subjek adalah anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Rowosari dan Meteseh, Semarang. Total subjek pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol sejumlah 40 orang. Pengambilan subjek menggunakan metode simple random sampling. Data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Analisis zat gizi menggunakan software NutriSurvey. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi Square, Fisher’s exact dan regresi logistik ganda.Hasil : Rerata asupan kalsium dan fosfor pada kelompok kasus sebesar 303,3±2,8 mg dan 440,1±1,9 mg sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 606±3 mg dan 662±2,5 mg. Rerata asupan vitamin D pada kelompok kasus sebesar 2,2±3,3 mcg dan pada kelompok kontrol sebesar 4,8±4,1 mcg. Terdapat perbedaan antara asupan kalsium (p=0,003; OR=4,5) dan fosfor (p=0,001; OR=13,5) pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Tidak terdapat perbedaan asupan vitamin D antara anak stunting dan tidak stunting (p=0,615; OR=3,162).Simpulan: Terdapat perbedaan antara asupan kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document