scholarly journals Relationship Between Nutritional Status, Years Of Service, And Work Attitudes With Musculoskeletal Disorders In Tailors At West Java

Author(s):  
Gurdani Yogisutanti ◽  
Nuryanti Irawati ◽  
Neti Sitorus

Latar Belakang: Gangguan muskuloskeletal banyak dikeluhkan oleh penjahit yang bekerja di perusahaan dengan lama bekerja yang berkisar antara 6-8 jam per hari dan posisi statis. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan status gizi, masa kerja, dan sikap kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada penjahit yang bekerja di suatu perusahaan di Kota Bandung. Metode: Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, melibatkan 30 orang penjahit sebagai responden yang diambil secara total sampling. Pengukuran status gizi dengan bantuan timbangan berat badan dan microtoise, untuk sikap kerja diukur menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan gangguan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengeluhkan gangguan muskuloskeletal, sikap kerja yang berisiko dan status gizi dalam kategori gemuk. Responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa keluhan  muskuloskeletal berhubungan dengan status gizi (p=0,001), masa kerja (p=0,000), dan sikap kerja (p=0,000). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar penjahit mengalami gangguan muskuloskeletal dan sikap kerja yang  berisiko, oleh karena itu perlu dilakukan peregangan setiap 4 jam sekali pada saat bekerja dan perlu melakukan senam punggung setiap hari sebelum tidur.

PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (5) ◽  
pp. 412
Author(s):  
Nanda Anisa Fahmiawati ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Rahma Listyandini

<p>Gangguan keluhan <em>musculoskeletal </em>(MSDs) merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kecacatan bagi pekerja. Dalam program <em>The prevention Of Accupation disease </em>menyatakan <em>musculoskeletal disorder </em>termasuk <em>carpal tunnel syndrom </em>mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2009 di Eropa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keluhan <em>musculoskeletal </em>(MSDs) pada petani padi Desa Neglasari Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi <em>Cross Sectional. </em>Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik <em>Non-probabiliti Sampling </em>dengan <em>Purposive Sampling. </em>Populasi pada penelitian ini berjumlah 2.410 responden dan sampel yang terpilih 110 responden. Insterumen ini menggunakan lembar <em>Nordic Body Map</em>, lembar <em>Rapid Entire Body Assessment</em>, kamera, busur, timbangan berat badan dan <em>microtois</em>. Analisis data penelitian menggunakan uji <em>chi-square </em>dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Faktor Pekerjaan Ergonomi (<em>p=0,524)</em>, usia (<em>p=0,515</em>), <em>indeks </em>masa tubuh (<em>p=1,000)</em>, dan jenis kelamin (<em>p=1,000) </em>dengan keluhan <em>musculoskeletal disorders </em>(MSDs). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara variable terikat dan variable bebas yang diteliti pada petani padi Desa Neglasari. Disarankan kepada para petani agar selalu melakukan pemanasan sebelum bekerja, melakukan pemeriksaan apabila nyeri otot, menanamkan pola hiddup sehat, dan mengetahui cara bekerja yang baik dan benar.</p>


2018 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 168
Author(s):  
Ade P. Tubagus ◽  
Diana V. D. Doda ◽  
Herlina I. S. Wungouw

Abstract: According to WHO, musculoskeletal disorders are categorized as the second rank of work-related disease. Various factors such as work, individual, and social factors can cause MSDs. These disorders play an important role in morbidity of workers such as healthcare workers. This study was aimed to analyze the correlation between the risk level of MSDs evaluated by using REBA and MSDs complaints among surgery residents. This was an analytical observational study with a cross-sectional design. The instruments used in this study were the Rapid Entire Body Assessment (REBA) worksheet and the Nordic Body Map (NBM) questionnaire. Data were analyzed with the Spearman correlation test. There were 42 surgery residents of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University, Manado participated in this study. The majority of them were males (81%) and young adults (88%). The prevalence of MSDs complaints were as follows: 60% of respondents had mild complaints, 33% had moderate complaints, and 7% had severe complaints. The bivariate analysis showed that the risk level of MSDs evaluated by REBA had a strong positive correlation with MSDs complaints (P=0.000; r=0.603). Conclusion: There was a significant correlation between risk level of MSDs evaluated by using REBA and the MSDs complaints. Based on the results, ergonomics interventions are recommended to surgery residents in order to prevent the occurence of MSDs.Keywords: musculoskeletal disorders (MSDs), REBA, surgery residentsAbstrak: Musculoskeletal disorders (MSDs) menurut WHO berada di urutan kedua terbanyak penyakit akibat kerja. Berbagai faktor seperti pekerjaan serta faktor individu dan sosial dapat menyebabkan terjadinya MSDs. Gangguan ini berperan dalam morbiditas di banyak bidang pekerjaan salah satunya di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat risiko MSDs menggunakan REBA dengan keluhan MSDs pada residen ilmu bedah. Jenis penelitan ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Alat ukur yang digunakan ialah lembar kerja Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 42 residen ilmu bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado menjadi responden penelitian. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (81%) dan berada dalam kategori dewasa muda (88%). Prevalensi keluhan MSDs ialah 60% keluhan MSDs ringan, 33% keluhan sedang, dan 7% keluhan berat. Hasil uji korelasi Spearman mendapatkan tingkat risiko MSDs menggunakan REBA memiliki hubungan positif kuat dengan keluhan MSDs (P=0,000, r=0,603). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat risiko MSDs menggunakan REBA dengan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan intervensi ergonomi pada residen bedah untuk mencegah terjadinya keluhan MSDs.Kata kunci: musculoskeletal disorders (MSDs), REBA, residen bedah


2019 ◽  
pp. 24-32
Author(s):  
Siti Musyarofah ◽  
Ayu Setiorini ◽  
Mushidah Mushidah ◽  
Baju Widjasena

Sentra Indutri Tas Kendal merupakan salah satu paguyuban di daerah Kendal yang memproduksi tas, dimana setiap aktivitas kerjanya, pekerja berisiko untuk menderita terjadinya Musculoskeletal Disorder’s (MSDs) terkait dengan masalah ergonomi. Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, pergelangan tangan, dan kaki pekerja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran postur kerja dan gambaran keluhan subjektif MSDs pada pekerja bagian pola dan gudang. Desain penelitian adalah Cross Sectional Deskriptif. Penelitian postur kerja menggunakan metode REBA dan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan skor REBA akhir yaitu 10 pada aktifitas pembuatan pola 1 pekerja (25%), dan skor 10 pada aktifitas gudang 1 pekerja (33%). Keluhan subjektif MSDs terbanyak dirasakan pekerja pada bagian pinggang 6 dari 7 pekerja (86%). Gambaran keluhan MSDs berdasarkan masa kerja pada kategori 5 tahun di bagian pinggang sebesar 100% dan kategori masa kerja 5-10 tahun keluhan pada leher bagian atas sebesar 80%. Sehingga, diperlukan tindakan segera dalam melakukan proses kerja, perubahan alat kerja dan desain area kerja untuk mengurangi risiko ergonomi dan keluhan subjektif MSDs.


2019 ◽  
Vol 49 (1) ◽  
pp. 18-23
Author(s):  
Muhammad Audy Ramadhan ◽  
Tan Malaka ◽  
Agita Diora Fitri

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara manusia dengan lingkungan kerja dalam suatu sistem pekerjaan. Risiko ergonomi dapat dipengaruhi oleh postur kerja, durasi kerja, gerakan berulang, dan berat beban. Pekerja yang terpapar faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pada bagian produksi di PT. Xylo Indah Pratama terdapat aktivitas dengan postur kerja tidak ergonomis yang dapat mengakibatkan peningkatan keluhan MSDs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan risiko ergonomi dengan keluhan MSDs pada pekerja buruh di PT. Xylo Indah Pratama. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pekerja pada bagian produksi. Sampel penelitian ini adalah 102 pekerja pabrik di PT. Xylo Indah Pratama yang memenuhi kriteria inklusi. Risiko Ergonomi dinilai dengan menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) Worksheet dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dinilai dengan menggunakan Nordic Body Map Questionnaire. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.REBA Worksheet dan Nordic Body Map Questionnaire menunjukkan hasil sejalan. Terdapat 2 workstation dengan tingkat risiko ergonomi sangat tinggi, 4 workstation dengan tingkat risiko ergonomi tinggi dan 3 workstation dengan tingkat risiko ergonomi sedang. Terdapat hubungan risiko ergonomi dengan keluhan Musculoskeletal Disorders pada leher, badan dan tungkai karena didapatkan nilai (p<0.005).


Author(s):  
Mufidha Khoirul Umami

Introduction: Musculoskeletal disorders occur due to various factors: main factors, such as extortion of the muscles, repetitive activities, non-ergonomic working postures; secondary factors (pressure, vibrant, microclimate), and individual factors (age, years of service, sex, nutritional status, physical endurance, smoking habits, physical strength and anthropometry). The workers in the Injection Department at PT. ARPS mostly work with non-ergonomic working postures. The aim of this study is to analyze the correlation between age, nutritional status, and working postures and the complaints on musculoskeletal disorders among the workers in the Injection department at PT. ARPS. Metods: This study applies analytic observational method with a cross-sectional design. The sample is chosen by implementing simple random sampling with a total of 52 respondents. The data collection to measure the ratio risk level of the working postures of the injection workers is completed by using Rapid Upper Limb Assessment (RULA) measurement method, while Nordic Body Map (NBM) questionnaire form is used to measure risk level of the disorder, and anthropometry measurement is applied to evaluate the nutritional status of the workers, such as their height and weight. The data are analyzed using Spearman Rho’s Correlation (significance level α = 5%). Results: The percentage of injection workers are <35 years old (76.9%), have normal nutritional status (59.6%), 27 workers (51.9%) have low musculoskeletal disorders and 19 others (36.5%) have low-risk postures. Concluded: That there is a correlation between age (ρ-value = 0.005), nutritional status (ρ-value = 0.003) and working postures (ρ-value = 0.036) and musculoskeletal disorders on the injection workers at PT. ARPS. Keywords: injection worker, musculoskeletal disorders, Nordic Body Map, Rapid Upper Limb Assessement, working postures


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 605-611
Author(s):  
Caesar Zainur Barik ◽  
Liena Sofiana

Musculoskeletal problems are problematic in Indonesia because manual work activities such as lifting, transporting, pulling and pushing are still being done. Pottery-making workers in the Kasongan are still doing those moves traditionally such as lifting, transporting, pulling and pushing manually. The purpose of this study was to analyze the risk of MSDs in the pottery making workers in Kasongan. This research was cross sectional design. The sample amounted to 78 workers selected using accidental sampling techniques. The instruments used Nordic Body Map questionnaire and Rapid Entire Body Assessment. Data analysis was using the chi fisher test. The results showed that the variables associated were age (sig= 0.000) and variables that had no relationship were gender (sig= 0.341) and work posture (sig= 0.352). The risk factor associated with complaints of MSDs is age, so to reduce the risk of the occurrence of MSDs, they can do physical activity or stretch muscles.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 184-191
Author(s):  
Ranti Haryani ◽  
Azmi Azmi ◽  
Sirlyana Sirlyana

Penjahit Nur Tailor merupakan salah satu jasa penjahit yang ada di kota Dumai. Pekerjaan dengan posisi yang salah dan berulang-ulang dapat menyebabkan para penjahit sangat rentan untuk terkena gangguan MSDs, karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan cara kerja yang baik dan benar. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko cidera pada 2 orang penjahit pada saat menjahit atasan baju melayu laki-laki SMP 4 Dumai yang dilakukan oleh penjahit 1 dan menjahit atasan baju kotak-kotak laki-laki SMP 7 Purnama yang dilakukan oleh penjahit 2 dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui cedera Musculoskeletal Disorders yang dialami pekerja, sedangkan untuk mengetahui tingkat risiko cedera pekerja menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil NBM yang paling berisiko cidera pada pekerja yaitu sakit pada leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, batang tubuh, lengan atas kanan dan kiri, pinggang, bawah pinggang, pantat, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, paha kanan, lutut kanan, betis kanan, dan sakit pada kaki kanan. Tingkat resiko yang dialami penjahit  Nur Tailor dengan menggunakan metode REBA pada saat menjahit baju melayu adalah sedang dengan level resiko 4-5 dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat. Untuk  tingkat resiko postur kerja pada saat menjahit kantong baju kotak-kotak adalah rendah dengan level risiko 3 dan dibutuhkan perbaikan postur kerja. Sedangkan tingkat risiko untuk postur melapisi kerah, menjahit badan, menjahit tangan dan menjahit kerah baju kotak-kotak adalah sedang dengan level risiko 4-5 dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 154-158
Author(s):  
Putra Apriadi Siregar ◽  
Muchliza Rizwany ◽  
Nurhayati Nurhayati

Posture and certain activities towards work equipment have the potential to cause health problems, even disease. One disease that is identical to workers who have problems with posture is musculoskeletal disorders. This research has a purpose of analyzing the relationship between work posture with musculoskeletal disorders of coconut peeler workers. This research has quantitative research with cross-sectional design. The sample of this research was 52 workers with purposive sampling technique. The data obtained by observation and interviews used Rapid Entire Body Assessment (REBA) and Nordic Body Map (NBM) questionnaire. The analysis relationship used Spearman Rho correlation test with a significance level of 95% (α=0,05). Based on the result of the studied show working period of 1 to 5 years as 33 people (63.5%), work postures is more spread over the value 3 (high category) as 34 people (65.4%), musculoskeletal disorders was mostly in the moderate as 31 people (59.6%). A significant relationship between work posture with musculoskeletal disorders (r=0.534). As a suggestion to take a break or stretching muscles, add hand braces or elbows to prevent the risk of complaints, and to modify the seat to reduce the risk of complaints in the lower back area.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 6-12
Author(s):  
Luthfianisa Rayyani ◽  
Yuniarti Yuniarti ◽  
Caecielia Wagiono ◽  
Susan Fitriyana ◽  
Budiman Budiman

Ketidaksesuaian faktor ergonomi akan mengakibatkan kesalahan dalam postur kerja dan umumnya disertai gejala Musculoskeletal Disorder yang merupakan gangguan pada sendi, otot, tendon, kerangka, tulang rawan, ligamen, dan syaraf yang umumnya berupa rasa nyeri. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran postur kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung. Jenis penelitian merupakan observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 orang pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung yang berada di bawah naungan Kopsyakardos dan sudah bekerja lebih dari 1 tahun. Sampel penelitian diambil dengan cara melakukan observasi dengan mengggunakan Employee Rapid Entire Body Assessment (REBA) working sheet untuk menilai postur kerja, kemudian melakukan pengisian kuesioner dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM) untuk menilai keluhan muskuloskeletal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar postur kerja responden berada pada kelompok risiko sedang sebanyak 39 orang (78%), kelompok risiko tinggi sebanyak 6 orang (12%), dan kelompok risiko rendah sebanyak 5 orang (10%). Keluhan muskuloskeletal paling banyak mengeluh sakit pada bahu kanan, bahu kiri, dan pinggang. Kesalahan postur kerja yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi, dilakukan secara berulang-ulang, dan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan keluhan muskuloskeletal.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Agnes Aryani Putri ◽  
Arief Budi Yulianti ◽  
Ismawati Ismawati

Penjahit melakukan kegiatan kerja secara berulang dalam waktu yang cukup lama dengan posisi statis atau posisi tidak sesuai dengan kaidah ergonomi dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal yang umumnya berupa rasa nyeri. Keluhan tersebut juga akan berdampak pada kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Salah satu penyakit akibat kerja (PAK) yang dapat timbul karena tidak terselenggaranya upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara posisi kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penjahit pabrik garmen di Kota Cimahi penelitian dilaksanakan periode Juni–Juli 2019. Instrumen penelitian untuk menilai posisi kerja menggunakan metode rapid entire body assessment (REBA) dan untuk muskuloskeletal menggunakan kuesioner nordic body map (NBM). Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dan didapatkan populasi penelitian 46 orang. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Mayoritas posisi kerja adalah risiko sedang dengan keluhan muskuloskeletal rendah (23 orang), sedang (18 orang), dan tinggi (2 orang) sedang yang bermakna (p=0,734). Simpulan, tidak terdapat hubungan posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada penjahit pabrik garmen di Kota Cimahi. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil seperti IMT, kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolahraga. THE RELATION BETWEEN WORK POSITION AND MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS IN GARMENT FACTORY TAILORS IN CIMAHI CITYTailors do repetitive work in a long time with a static position or not in accordance position with ergonomic rules, thus it could cause musculoskeletal complaints that are generally in the form of pain. The complaint will also have an impact on the health and safety conditions of workers which can affect productivity in the workplace. One of the occupational diseases that could arise due to non-implementation of occupational health and safety is musculoskeletal disorders (MSDs). The purpose of this research was to know the relation between work position and musculoskeletal complaints in garment factory tailors in Cimahi City during June–Juli 2019. The research instruments to assess work position is using Rapid entire body assessment (REBA) method, and to assess musculoskeletal complaints is using the Nordic body map (NBM) questionnaire. This research used an observational analytic with cross sectional approach method. The sampling technique used a simple random sampling method, obtained 46 people research population. The data analyzed statistically by chi-square test. The results of this research showed that there was no relation between work position and musculoskeletal complaints in garment factory tailors in Cimahi City with p value >0.734. There are so many factors could influence the result, such as BMI, smoking and exercise habits.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document