scholarly journals Hubungan Asupan Kalsium dan Zink dengan Kejadian Stunting Pada Siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Andri Rahmad Sudiarmanto ◽  
Sri Sumarmi

Latar Belakang: Remaja merupakan salah satu kelompok rawan terhadap stunting karena remaja beresiko mengalami defisiensi asupan makanan baik makronutrien maupun mikronutrien. Defisiensi asupan kalsium dan zink yang merupakan mikronutrien penting bagi pertumbuhan adalah faktor resiko stunting. Stunting pada masa remaja ini akan menurunkan kapasitas dan produktivitas kerja serta dapat meningkatkan resiko kematian ibu pada saat melahirkan.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan kalsium dan asupan zink dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Dengan besar sampel 68 orang yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakanare teknik analisis deskriptif dan uji korelasi Kendall’s-Tau serta uji ANCOVA.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami stunting sebesar 22,1% dan 77,9% normal, rata-rata nilai Z-score 1,13 ± 0,94. Tingkat konsumsi asupan kalsium cukup sebesar 7.4% dan 92.6% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 336,7 ± 326,2 mg/hari. Tingkat konsumsi asupan zink cukup sebesar 5.9% dan 94.1% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 5,7 ± 3,0 mg/hari. Tidak ada hubungan antara asupan kalsium (r=0.072;p=0.385), asupan zink (r=0.124;p=0.138), asupan kalsium dan zink (p=0,478) dengan kejadian stunting.Kesimpulan: Asupan kalsium dan zink tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya. Agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai, siswi dapat melakukan pemantauan status gizinya secara rutin serta berperilaku hidup bersih dan sehat.ABSTRACTBackground: Adolescence is a vulnerable stunting group because adolescents are at risk of macronutrient or micronutrients intake deficiency. Calcium and zinc intake deficiency are vital micronutrients for the growth factor and the risk of stunting. Stunting in adolescence will reduce the work capacity and productivity and increase the risk of maternal death in childbirth.Objectives: This study was aimed to analyze the correlation between calcium, zinc intake and stunting prevalence on SMP Unggulan Bina Insani Surabaya schoolgirls.Methods: The research was a cross sectional study with quantitative approach. The sample size was 68 schoolgirls, were taken by simple random sampling. The data were collected by measuring height, food recall 2x24 hours. Analysis of data used in descriptive, Kendall’s-Tau and ANCOVA Test.Results: The results showed the proportion of respondents who experienced stunting 22% and normal 78%, with Zscore average at 1,13 ± 0,94. The consumption rate of calcium intake was sufficient at 7,4% and insufficient at 92,6%, with an average at 336,7 ± 326,2 mg/day. The consumption rate of zinc intake was sufficient at 5,9% and insufficient at 94,1%, with an average at 5,7 ± 3,0 mg/day. There is no relationship between the calcium intake (r=0.072;p=0.385), zinc intake (r=0.124;p=0.138), calcium and zinc intake (p=0,478) with the stunting prevalence.Conclusions: The intake of calcium and zinc doesn’t related to the stunting prevalence of the schoolgirls. The scoolgirls should to regularly monitor their nutritional status and behave in clean and healthy life, in order to achieve appropriate growth and development

2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Silvia Alfinnia ◽  
Lailatul Muniroh ◽  
Dominikus Raditya Atmaka

ABSTRAK Latar Belakang: Anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang. Di usia ini, anak-anak bisa memilih makanan maupun media bermain sesuai keinginan mereka. Aktivitas menggunakan layar yang berlebih serta perilaku makan yang buruk dapat memicu terjadinya obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Screen Based Activity (SBA) dan perilaku makan dengan status gizi anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SDI Darush Sholihin Kabupaten Nganjuk. Besar sampel sebanyak 48 siswa yang dipilih secara proportional random sampling. Pengumpulan data meliputi berat badan, tinggi badan, kuesioner SBA, Food Frequency Questionnaire (FFQ), serta food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s tau dengan nilai signifikansi 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan SBA (p=0,151), perilaku makan makanan pokok (p=0,101), perilaku makan lauk hewani (p=0,212), perilaku makan lauk nabati (p=0,829), perilaku makan sayuran (p=0,751) dan perilaku makan jajanan (p=0,109) dengan status gizi. Namun, terdapat hubungan perilaku makan buah (p=0,040) dengan status gizi.Kesimpulan: Konsumsi buah-buahan yang sering tanpa memperhatikan kandungan gula dan cara penyajian dapat memberikan risiko obesitas pada anak. Diperlukan pendidikan gizi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai pembatasan SBA dan perilaku makan sehat terutama buah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas.


2016 ◽  
Vol 19 (17) ◽  
pp. 3106-3113 ◽  
Author(s):  
Natalie Rangelov ◽  
L Suzanne Suggs ◽  
Pedro Marques-Vidal

AbstractObjectiveTo assess the level of agreement between children and their parents when reporting a child’s food consumption.DesignCross-sectional study in which children and parents independently completed 7 d food diaries describing the foods and drinks the child consumed at every meal and snack. The association between child and parent reporting was assessed for nineteen food groups using Kendall’s tau-b non-parametric correlations, Spearman’s rank correlations, kappa coefficients and Lin’s concordance measure of agreement. Results were also stratified by gender of the child and his/her grade at school.SettingHouseholds in Ticino, Switzerland, April–June 2014.SubjectsTwo hundred and ninety-nine children aged 6–12 years and one of their parents participated, with 264 providing complete data (35 % completion rate).ResultsResults showed a high level of agreement between child and parent reporting. Spearman correlations ranged from 0·55 (sauces) and 0·57 (fatty meat) to 0·80 (fruit), 0·83 (starchy foods) and 0·84 (pastries). All nineteen Spearman correlations were significant at the 0·001 level. Kendall’s tau-b correlations ranged from 0·44 (fat meat) to 0·81 (puff pastry). Kappa values showed low to high levels of agreement, ranging from 0·15 (sweets) to 0·77 (puff pastry). Lin’s concordance correlation coefficients ranged from 0·39 (whole grains) to 0·86 (puff pastry).ConclusionsWhen assessing the eating behaviour of children using a 7 d food diary, children’s reports might be as reliable as their parents’.


2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Veyna Reysa Talumewo

Abstract: Stress is the physical and psychological disorders caused by the changes and demands of life which influenced either by environmental and individual performance within that environment. Excess of stress can affect the health and learning ability of students. Stress in medical students is a phenomenon encountered throughout the world. This study aims to confirm the effect of stress on learning durability of students of class 2013 Sam Ratulangi University Faculty of Medicine. Methods: This research is an observational analytic using a cross-sectional study method and samples of 100 students. Result: Result found as many as 48,4% students who experience stress. Existing data is tested using Kendall's Tau correlation test, p-value is 0.136, indicating that the result of this study shows no effect of stress on durability of learning in1st semester students of class 2013 Sam Ratulangi University Faculty of Medicine. Key Words: Stress, learning durability.    Abstrak: Stres adalah gangguan pada fisik dan psikis yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut. Stres yang berlebihan ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kemampuan belajar dari mahasiswa. Stres pada mahasiswa kedokteran merupakan fenomena yang ditemui di seluruh dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara stres terhadap daya tahan belajar mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Metode: Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional study dan sampel berjumlah 100 mahasiswa. Hasil: Didapati, sebanyak 48,4%  mahasiswa yang mengalami stres Data yang ada diuji menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau, nilai p yang didapatkan adalah 0,136,  menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak mempunyai pengaruh antara stres dengan daya tahan belajar pada mahasiswa semester 1 angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Stres, daya tahan belajar.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Hesty Dwi Septiawahyuni ◽  
Dewi Retno Suminar

Background: One Indicator of successful health development are toddlers free from stunting. The cause of stunting is a lack of macro and micro nutrients and chronic infectious diseases. Micronutrients such as zinc have  a role in growth which affects the  hormones that play a role in bone growth. The role of zinc in motoric development indirectly is in arranging  and releasing neurotransmitters that can affect nerve stimulation in the brain. This neurotransmitters will deliver nerve stimulation so that motor motion occurs. Motor development is a motion that involves muscles, brain and nerve that are controlled by the central part of the motor that is brain. Objectives: The purpose of this study was to analyze the relationship between adequacy of zinc intake and motoric development in stunted and non-stunted toddlers.Methods: This type of research is an observational study with cross sectional design. The sample size was 50 toddlers, consisted of 25 stunting toodlers and 25 non-stunting toddlers and lived  in Puskesmas Wilangan, Nganjuk District, chosen by simple random sampling technique. Adequacy of zinc intake data was assessed using the Food Recall Form 3x 24 hours. Measurement of motoric development using the Pre-Screening Development Questionnaire (KPSP). Descriptive and inferential data analysis using Chi Square Test. Results: The result showed that there was a correlation between the level of zinc adequacy and motor development in the stunting toddler group (p=0.04) and non-stunting toddlers group (p=0.031).Conclusions: The level of adequacy of zinc has enough motor development better than the level of zinc sufficiency is less in the group of non-stunting toddlers.ABSTRAKLatar Belakang: Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah balita  terbebas dari stunting. Penyebab stunting yaitu kekurangan zat gizi makro maupun mikro dan penyakit infeksi kronis. Zat gizi mikro seperti zinc mempunyai peran pada pertumbuhan yaitu mempengaruhi hormon-hormon yang berperan dalam pertumbuhan tulang. Selain itu, peran zinc pada perkembangan motorik secara tidak langsung yaitu dalam menyusun dan melepas neurotransmitter yang dapat mempengaruhi rangsangan syaraf di dalam otak. Neurotransmitter ini akan menghantarkan rangsangan syaraf sehingga gerak motorik terjadi. Perkembangan motorik merupakan gerak yang melibatkan otot, otak dan syaraf yang dikontrol pada bagian pusat motorik yaitu otak.Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan kecukupan asupan zinc dengan perkembangan motorik pada balita stunting dan non-stunting.  Metode: Jenis penelitian tergolong penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 50 balita, terdiri dari 25 balita stunting dan 25 balita non-stunting yang bertempat tinggal  di wilayah kerja Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk, dipilih dengan teknik simple random sampling. Data kecukupan asupan zinc dinilai menggunakan formulir Food Recall yang dilakukan 3x24 jam. Pengukuran perkembangan motorik menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data secara deskriptif dan Inferensial menggunakan uji Chi Square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecukupan zinc dengan perkembangan motorik pada kelompok balita stunting (p=0,04) dan kelompok balita non-stunting (p=0,031).  Kesimpulan: Tingkat kecukupan zinc cukup mempunyai perkembangan motorik yang lebih baik daripada tingkat kecukupan zinc kurang pada kelompok balita non-stunting.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 220
Author(s):  
Syahid Kinayung Widyaji ◽  
Trias Mahmudiono

Background: Anemia is one of the nutritional problem in society with low socioeconomic status. Low socioeconomic associated with lower nutritional intake do to limited access to a variety of foods.Objective: the aim of this study was to analyze the relationship netween household expenditure and intake protein with hemoglobin level among sand miner.Method: this was a cross sectional study with 51 sample sand miner was selected by simple random sampling. The data were collected through interview using questionnaire, 2x24 hours food recall, and hemoglobin level measured by Easy Touch GCHb. Data were analyzed using Pearson correlation.Result: The result showed that there were associations between household expenditure (p = 0.016) and intake protein (p = 0.037) to hemoglobin level. Conversely, there was no association between intakes of iron to hemoglobin level.Conclusion: Household expenditure and intake protein related to the hemoglobin level among sand miner.Conclusion : Patient satisfaction of food by outsourcing system was no difference from the patient satisfaction of food by self operated system.ABSTRAK Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah gizi pada masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah. Pada sosial ekonomi yang rendah cenderung asupan zat gizinya rendah karena terbatasnya akses ke pangan yang beragam.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara pengeluaran rumah tangga, asupan protein, dan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pekerja tambang pasir tradisional.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel 58 pekerja tambang pasir tradisional yang dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, 2x24 hours food recall, dan kadar hemoglobin diukur dengan alat Easy Touch GCHb. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi pearson.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pengeluaran rumah tangga (p = 0,016) dan asupan protein (p = 0,037) dengan kadar hemoglobin. Sebaliknya tidak terdapat hubungan  asupan zat besi (p = 0,258) dengan kadar hemoglobin.Kesimpulan: Pengeluaran rumah tangga dan asupan protein berhubungan dengan kadar hemoglobin pada pekerja tambang pasir tradisional.


Author(s):  
Ni Made Yuliana ◽  
Jeineke E Ratuela

Kesehatan gigi dan mulutsangatpentinguntukselaludijaga, salah satu cara mencegah terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan menyikat gigi. Frekuensidan waktumenyikatgigi yang baikyaitu 3 kali seharipagisetelahmakanpagi, siang setelah makan siang dan malam sebelum tidur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap debris indeks pada siswakelas V di SD Kartika XXI-4 Kecamatan Paal Dua Kota Manado.  Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional study dengan menggunakan metode total sampling. Frekuensi menyikat gigi diukur menggunakan lembar check-list untuk mengetahui berapa kali responden menyikat gigi dalam sehari, dan debris indeks dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan format pemeriksaan debris indeks. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah menggunakan analisis uji correlations kendall’s tau. Hasil  analisis menggunakan uji correlations kendall’s tau didapatkan nilai sebesar -0,798 dengan kekuatan korelasi kuat dengan nilai psebesar 0,000 lebih kecil dari nilai ? = 0,05 sehingga terdapat nilai korelasi yang bermakna antara variabel frekuensi menyikat gigi dengan variabel debris indeks dengan arah  korelasi negatif (-) yang berarti semakin besar nilai frekuensi menyikat gigi maka semakin kecil nilai debris indeks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap debris indeks.


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
SAVIRA RAHMADIAN ◽  
FITRI FITRI ◽  
YULIANA ARSIL

Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Farahiyah Yusni Adani ◽  
Triska Susila Nindya

 Background: Stunting is a nutritional problem caused by inadequate nutrition intake for  a long time and/or recurrent infectious diseases. The impacts of stunting are increase mortality,  morbidity,  health costs, decrease cognitive development, motor, and language development.There are nutrients that important to linear growth as energy, protein, and zinc. Objectives: The purpose of this study was to analyze the differences of intake of the energy, protein, Zinc, development in stunting and non-stunting toddler. Methods: The research was a cross sectional study with quantitative approach. The sample size was 64 toddler in Manyar Sabrangan Sub-district, Surabaya, 32 toddler each stunting and non-stunting were taken by simple random sampling. The data were collected by measuring height, structure questionnaire, food recall 2x24 hours, questionnaire for screening development (KPSP). The data were analyzed using Chi Square Test. Results: Non-stunting toddlers have an adequate intake of energy, protein, zinc respectively 71,9%, 93,7%, 71,9%, meanwhile appropriate development was 75%. Stunting toddlers have an inadequate intake of energy, zinc respectively 68,7%, 65,6% and adequate intake of protein was 68,7%, meanwhile deviance development was 62,5%. The results of this study showed that the comparison of differences between stunting and non-stunting toddler were significant (≤0,05) in energy, protein, Zinc, and development. Conclusion: Non-stunting toddler have a higher intake of the energy, protein, Zinc, and development rather than stunting toddler. Mother of toddler should to increase intake of energy, protein, Zinc to prevent stunting and achieve appropriate development.ABSTRAK Latar belakang: Stunting adalah permasalahan gizi yang disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dalam waktu lama dan/atau penyakit infeksi yang berulang. Terdapat beberapa zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan linier. Salah satu zat gizi tersebut adalah energi, protein, dan zink. Dampak stunting dapat meningkatkan mortalitas, morbiditas, biaya kesehatan, menurunkan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan asupan energi, protein, Zink, dan perkembangan pada balita stunting dan non stunting.Metode: Penelian ini menggunakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 64 balita yang di Kelurahan Manyar Sabrangan Surabaya, balita stunting dan non-stunting masing-masing berjumlah 32. Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam, kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) ,dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan chi square Tets.Hasil: Balita non-stunting mempunyai asupan energi, protein, zink adekuat yaitu 71,9%, 93,7%, dan 71,9% serta perkembangan sesuai yaitu 75%. Balita stunting mempunyai asupan energi, zink inadekuat yaitu 68,7%, 65,6% dan protein adekuat yaitu 68,7% serta perkembangan menyimpang yaitu 62,5%. Hasil dari penelitian menunjukkan perbandingan balita stunting dan non stunting adalah ada perbedaan signifikan (p≤0,05) pada energi, protein, Zink, dan perkembangan.Kesimpulan: Balita non-stunting mempunyai asupan energi, protein, Fe, Zink yang tinggi dan stimulasi psikososial serta perkembangan yang baik daripada balita stunting. Ibu balita harus meningkatkan asupan energi, protein, Zink agar dapat mencegah terjadinya stunting dan dapat mencapai perkembangan yang sesuai.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 220
Author(s):  
Syahid Kinayung Widyaji ◽  
Trias Mahmudiono

Background: Anemia is one of the nutritional problem in society with low socioeconomic status. Low socioeconomic associated with lower nutritional intake do to limited access to a variety of foods.Objective: the aim of this study was to analyze the relationship netween household expenditure and intake protein with hemoglobin level among sand miner.Method: this was a cross sectional study with 51 sample sand miner was selected by simple random sampling. The data were collected through interview using questionnaire, 2x24 hours food recall, and hemoglobin level measured by Easy Touch GCHb. Data were analyzed using Pearson correlation.Result: The result showed that there were associations between household expenditure (p = 0.016) and intake protein (p = 0.037) to hemoglobin level. Conversely, there was no association between intakes of iron to hemoglobin level.Conclusion: Household expenditure and intake protein related to the hemoglobin level among sand miner.Conclusion : Patient satisfaction of food by outsourcing system was no difference from the patient satisfaction of food by self operated system.ABSTRAK Latar Belakang: Anemia merupakan salah satu masalah gizi pada masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah. Pada sosial ekonomi yang rendah cenderung asupan zat gizinya rendah karena terbatasnya akses ke pangan yang beragam.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara pengeluaran rumah tangga, asupan protein, dan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pekerja tambang pasir tradisional.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan besar sampel 58 pekerja tambang pasir tradisional yang dipilih menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, 2x24 hours food recall, dan kadar hemoglobin diukur dengan alat Easy Touch GCHb. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi pearson.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pengeluaran rumah tangga (p = 0,016) dan asupan protein (p = 0,037) dengan kadar hemoglobin. Sebaliknya tidak terdapat hubungan  asupan zat besi (p = 0,258) dengan kadar hemoglobin.Kesimpulan: Pengeluaran rumah tangga dan asupan protein berhubungan dengan kadar hemoglobin pada pekerja tambang pasir tradisional.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Farahiyah Yusni Adani ◽  
Triska Susila Nindya

 Background: Stunting is a nutritional problem caused by inadequate nutrition intake for  a long time and/or recurrent infectious diseases. The impacts of stunting are increase mortality,  morbidity,  health costs, decrease cognitive development, motor, and language development.There are nutrients that important to linear growth as energy, protein, and zinc. Objectives: The purpose of this study was to analyze the differences of intake of the energy, protein, Zinc, development in stunting and non-stunting toddler. Methods: The research was a cross sectional study with quantitative approach. The sample size was 64 toddler in Manyar Sabrangan Sub-district, Surabaya, 32 toddler each stunting and non-stunting were taken by simple random sampling. The data were collected by measuring height, structure questionnaire, food recall 2x24 hours, questionnaire for screening development (KPSP). The data were analyzed using Chi Square Test. Results: Non-stunting toddlers have an adequate intake of energy, protein, zinc respectively 71,9%, 93,7%, 71,9%, meanwhile appropriate development was 75%. Stunting toddlers have an inadequate intake of energy, zinc respectively 68,7%, 65,6% and adequate intake of protein was 68,7%, meanwhile deviance development was 62,5%. The results of this study showed that the comparison of differences between stunting and non-stunting toddler were significant (≤0,05) in energy, protein, Zinc, and development. Conclusion: Non-stunting toddler have a higher intake of the energy, protein, Zinc, and development rather than stunting toddler. Mother of toddler should to increase intake of energy, protein, Zinc to prevent stunting and achieve appropriate development.ABSTRAK Latar belakang: Stunting adalah permasalahan gizi yang disebabkan oleh asupan zat gizi yang kurang dalam waktu lama dan/atau penyakit infeksi yang berulang. Terdapat beberapa zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan linier. Salah satu zat gizi tersebut adalah energi, protein, dan zink. Dampak stunting dapat meningkatkan mortalitas, morbiditas, biaya kesehatan, menurunkan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan asupan energi, protein, Zink, dan perkembangan pada balita stunting dan non stunting.Metode: Penelian ini menggunakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 64 balita yang di Kelurahan Manyar Sabrangan Surabaya, balita stunting dan non-stunting masing-masing berjumlah 32. Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam, kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) ,dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan chi square Tets.Hasil: Balita non-stunting mempunyai asupan energi, protein, zink adekuat yaitu 71,9%, 93,7%, dan 71,9% serta perkembangan sesuai yaitu 75%. Balita stunting mempunyai asupan energi, zink inadekuat yaitu 68,7%, 65,6% dan protein adekuat yaitu 68,7% serta perkembangan menyimpang yaitu 62,5%. Hasil dari penelitian menunjukkan perbandingan balita stunting dan non stunting adalah ada perbedaan signifikan (p≤0,05) pada energi, protein, Zink, dan perkembangan.Kesimpulan: Balita non-stunting mempunyai asupan energi, protein, Fe, Zink yang tinggi dan stimulasi psikososial serta perkembangan yang baik daripada balita stunting. Ibu balita harus meningkatkan asupan energi, protein, Zink agar dapat mencegah terjadinya stunting dan dapat mencapai perkembangan yang sesuai.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document