scholarly journals Hubungan Antara Konsumsi Makan, Status Gizi, dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Pre Menstrual Syndrome

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan   


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Finda Khoirun Nisa ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Lastri Daniati

Latar Belakang: Kesehatan seluruh kelompok usia termasuk usia remaja dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik dari seseorang. Individu yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi biasanya memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal. Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan IMT pada siswa SMP Negeri 1 Padang. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional pada siswa SMP (50 laki-laki dan 102 perempuan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2020. Berat badan dan tinggi badan diukur, IMT dihitung dan dibagi menjadi IMT normal/ kurang dan lebih. Tingkat aktivitas fisik diwawancarai menggunakan kuesioner indeks Baecke dan dibagi menjadi tingkat aktivitas fisik rendah dan sedang. Data dianalisis menggunakan uji Chi square dan hasil bermakna signifikan bila p-value <0,05. Hasil: Sebagian besar siswa memiliki IMT normal/ kurang (64,5%) dan memiliki tingkat aktivitas fisik ringan (59,9%). Terdapat hubungan signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan IMT (p = 0,03). Simpulan: Tingkat aktivitas fisik dan IMT adalah berhubungan pada siswa di SMP Negeri 1 Padang.  Kata kunci: remaja, indeks massa tubuh, aktivitas fisik   Background: The health of people including adolescents is influenced by the level of physical activity of a person. An individual with high physical activity level usually has a normal body mass index (BMI). Objectives:To determine the association of physical activity level and BMI in students of SMP Negeri 1 Padang. Methods: This research was a cross-sectional study in 152 junior high school students (50 males and 102 females). The survey was conducted on March 2020. Body weight and height were measured, BMI was calculated and classified into normal/ low and high BMI. The level of physical activity was evaluated by using the Baecke index questionnaire and classified into low and moderate activity level. Data were analyzed by using the Chi-square test and result was considered significant at p-value <0.05.  Result: Most students had normal or low BMI (64.5%) and had low physical activity level (59.9%). There was a significant correlation between physical activity level and BMI (P = 0.03). Conclusion: It can be concluded that the physical activity level and BMI  is associated in students of SMP Negeri 1 Padang. Keyword: adolescent; body mass index; physical activity  


2010 ◽  
Vol 20 (5) ◽  
pp. 401-408 ◽  
Author(s):  
Sophie Antoine-Jonville ◽  
Stéphane Sinnapah ◽  
Bruno Laviolle ◽  
François Paillard ◽  
Olivier Hue

Objective:The aim was to examine the relationship between physical activity pattern and dietary profile. Although some clustering of the variables related to these major determinants of cardiovascular risk has been demonstrated, they have not been extensively studied together.Participants, Design, and Setting:Two hundred two female university students from the main Guadeloupe (French West Indies) campus participated. They self-administered a validated Food Frequency Questionnaire and the 1-yr recall Modifiable Activity Questionnaire. Principal-component analysis was performed on the scores and the variables related to the physical activity pattern and dietary profile.Results:A model including 10 variables explained 84.9% of the total variance. The physical activity pattern was not associated with the dietary profile, apart from fruit intake. The physical activity level was homogeneously low (median 1.58, first and last quartile cutoffs 1.54 and 1.66, respectively). There was no correlation between the physical activity level and the Food Frequency Questionnaire score (r = –.005).Conclusions:The absence of a strong relationship between the food and physical activity profiles is interpreted as a possible reflection of a dysregulation of the quality of food intake in this population with a sedentary lifestyle.


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 114
Author(s):  
Suryana Suryana ◽  
Yulia Fitri

Beberapa faktor penentu peningkatan berat badan pada anak-anak dan remaja selain kebiasaan konsumsi makanan yang cenderung tinggi lemak dan kurang serat serta kurangnya aktivitas fisik. Penelitian observasional dengan desain  cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi D-III Jurusan Gizi. Jenis data yang dikumpulkan yaitu komposisi lemak tubuh diperoleh dengan memperhitungkan lemak visceral dan subkutan diukur dengan menggunakan calliper skinfolds dengan menggunakan metode Womersley. Aktivitas fisik dikumpulkan dari hasil recall aktivitas selama 1x24 jam yang dilakukan selama dua hari yaitu hari kuliah dan hari libur kuliah (weekend). Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level). Konsumsi buah dan sayur diperoleh dengan wawancara menggunakan  metode Food Recall 1x24 Jam. Hasil penelitian lebih dari separuh sampel (55.4%) memiliki status gizi normal, selanjutnya diikuti status gizi obese dan Underweight yaitu masing-masing (13.8%) dan status gizi Overweight yaitu sebesar (9.2%). sebagian besar sampel memiliki komposisi lemak tubuh pada kategori normal (73.3%) dan sampel memiliki komposisi lemak tubuh pada kategori gemuk (26.7%). Sebagian besar sampel memiliki aktivitas fisik pada kategori ringan, baik untuk aktivitas di hari kuliah (93.3%), di hari libur (83.3%) maupun di hari (kuliah dan libur) (81.7%). Berdasarkan uji korelasi Spearman tidak menunjukkan hubungan yang signifikan anatara aktivitas fisik dengan IMT dan komposisi lemak tubuh. Kesimpulan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan IMT dan komposisi lemak tubuh. Namun terdapat kecenderungan pada sampel yang memiliki aktivitas ringan memiliki IMT dan komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi atau obese. Kata kunci: Aktivitas fisik, IMT, komposisi lemak tubuh


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Agnes Felisitas G. Ritan ◽  
Wahyu Rochdiat Murdhiono ◽  
Endang Nurul Syafitri

Latar Belakang: Body image seseorang dapat berubah karena beberapa hal, misalnya perubahan fisik seperti bertambahnya berat badan. Body image yang negatif akan berdampak pada pola makan dan aktivitas fisik sehingga seseorang akan melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, didapatkan hasil 12 orang mengalami obesitas. Enam orang mahasiswa mengatakan membatasi jumlah makan dan dua orang mahasiswa mengatakan melakukan aktivitas yang tinggi untuk mengurangi berat badan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel, yaitu purposive sampling dengan jumlah responden 45 orang. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Body Self Relation Questionaire Appearance Scale, Food Frequency Questionnaire, International Physical Activity Questionnaire. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square dengan CI 95%.  Hasil: Tidak ada hubungan antara body image dengan pola makan pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,137, dan tidak ada hubungan antara body image dengan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,999.  Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Septi Lidya Sari ◽  
Diah Mulyawati Utari ◽  
Trini Sudiarti

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.


Author(s):  
Alfi Tri ◽  
Untung S. Widodo ◽  
Toto Sudargo

ABSTRACT<br /><br />Background: Iodine Defi ciency Disorder (IDD) is a health problem that affects quality of human resources. IDD happens not only due to iodine defi ciency but also other disorders such as goitrogenic substance (thiocyanate), pollutants of heavy metals (Pb) and micronutrient defi ciency (Fe) that inhibit thyroid hormone biosynthesis which cause the sweling of goitre glands.<br /><br />Objective: To identify the association between consumption of iodine, thiocyanate, Fe consumption, status of anemia and Pb and status of IDD in pregnant mothers at Subdistrict of Tabunganen, District of Barito Kuala, Province of Kalimantan Selatan.<br /><br />Method: The study was observational using case control design and quantitative method. Data were obtained through the palpation of goitre glands, measurement of thyroid stimulating hormone (TSH) level using ELISA method, iodine and thiocyanate consumption using food recall 2x24 hours and food frequency questionnaire (FFQ), Fe consumption using FFQ, Hb level using photometric method and Pb level using AAS method. Data were analysed by using chi-square and logistic regression.<br /><br />Result: There was signifi cant association (p&lt;0.05) between consumption of iodine (fi sh) based on FFQ and IDD status (goitre) with OR=3.44 and IDD status (TSH) with OR=8.00. There was no association between consumption of thiocyanate and Fe measured with food recall, FFQ and IDD status (goitre and TSH). There was signifi cant association (p&lt;0.05) between Pb status and IDD status (TSH) with OR=9.35.<br /><br />Conclusion: There was association between iodine consumption based on FFQ (fi sh) and IDD status (goitre) after the control of iodine consumption status (food recall). There was association between iodine consumption status (FFQ) in fi sh together with anemia status and the prevalence of IDD disorder (TSH) after the control of Pb status. <br /><br />KEYWORDS: iodine defi ciency disorder, pregnant mothers, iodine, thiocyanate, Fe, anemia, Pb<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Latar Belakang: Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. GAKY tidak hanya disebabkan oleh kekurangan yodium, tetapi juga dipengaruhi oleh zat goitrogen(tiosianat), logam berat Pb, dan kekurangan Fe yang menghambat biosintesis hormon dan berakibat pada pembesaran kelenjar gondok.<br /><br />Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi yodium, goitrogen (golongan tiosianat), Fe, serta status anemia dan status Pb dalam darah dengan status GAKY pada ibu hamil di  Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.<br /><br />Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Data pembesaran kelenjar tiroid diperiksa denganpalpasi di daerah kelenjar tiroid, kadar TSH dengan metode ELISA, tingkat konsumsi yodium dan tingkat konsumsi tiosianat dengan metode food recall 2 x 24 jam dan food frequency questionnaire  (FFQ), tingkat konsumsi Fe dengan FFQ, kadar Hb dalam darah dengan metode fotometrik, kadar Pb darah dengan metode AAS.Data dianalisis menggunakan chi-square dan logistic regression.<br /><br />Hasil: Ada hubungan signifi kan (p&lt;0,05) antara tingkat konsumsi yodium (ikan laut) berdasarkan FFQ dan status terhadap status GAKY (gondok) dengan OR=3,44 dan status GAKY (TSH) dengan OR=8,00.Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tiosianat dan Fe yang diukur dengan food recall, FFQ, dan status GAKY (gondok dan TSH). Antara status Pb dan status GAKY (TSH) juga tidak ditemukan adanya hubungan dengan OR=9,35.<br /><br />Kesimpulan: Ada hubungan antara konsumsi yodium berdasarkan FFQ (ikan laut) dan status GAKY (gondok) dan antara konsumsi yodium (FFQ) dengan status anemia dan prevalensi GAKY (TSH).<br /><br />KATA KUNCI: gangguan akibat kekurangan yodium, wanita hamil, yodium, tiosianat, Fe, anemia, Pb


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document