Heterogeneity of Dietary Profiles in Highly Sedentary Young Guadeloupean Women

2010 ◽  
Vol 20 (5) ◽  
pp. 401-408 ◽  
Author(s):  
Sophie Antoine-Jonville ◽  
Stéphane Sinnapah ◽  
Bruno Laviolle ◽  
François Paillard ◽  
Olivier Hue

Objective:The aim was to examine the relationship between physical activity pattern and dietary profile. Although some clustering of the variables related to these major determinants of cardiovascular risk has been demonstrated, they have not been extensively studied together.Participants, Design, and Setting:Two hundred two female university students from the main Guadeloupe (French West Indies) campus participated. They self-administered a validated Food Frequency Questionnaire and the 1-yr recall Modifiable Activity Questionnaire. Principal-component analysis was performed on the scores and the variables related to the physical activity pattern and dietary profile.Results:A model including 10 variables explained 84.9% of the total variance. The physical activity pattern was not associated with the dietary profile, apart from fruit intake. The physical activity level was homogeneously low (median 1.58, first and last quartile cutoffs 1.54 and 1.66, respectively). There was no correlation between the physical activity level and the Food Frequency Questionnaire score (r = –.005).Conclusions:The absence of a strong relationship between the food and physical activity profiles is interpreted as a possible reflection of a dysregulation of the quality of food intake in this population with a sedentary lifestyle.

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Finda Khoirun Nisa ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan   


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Yulia Wahyuni ◽  
Dhea Sabha Fasya ◽  
Anugrah Novianti

Latar Belakang: Dismenorea adalah nyeri yang terjadi terutama di perut bagian bawah yang dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Faktor yang memengaruhi dismenorea antara lain defisiensi asupan zat gizi dan aktivitas fisik. Asupan zat gizi yang berpengaruh pada dismenorea diantaranya adalah asupan kalsium, magnesium dan zink. Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan asupan kalsium, magnesium, zink, dan aktivitas fisik berdasarkan kejadian dismenorea di SMA Negeri Ragunan (Khusus Olahragawan). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan observasional analitik dengan desain case control. Responden dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dismenorea dan tidak dismenore, dengan masing-masing kelompok berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik responden, data asupat zat gizi mikro yang dikumpulkan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. Data aktivitas fisik dikumpulkan menggunakan kuesioner Physical Activity Level, data kram perut saat menstruasi dikumpulkan menggunakan Numerical Rating Scale. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Independent t-Test dan Mann Whitney. Hasil: Ada perbedaan yang signifikan pada variabel asupan kalsium, asupan magnesium, dan aktivitas fisik (p<0,05). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada variabel asupan zink (p>0,05). Kesimpulan: Ada perbedaan asupan kalsium, asupan magnesium, dan aktivitas fisik pada remaja putri atlet yang mengalami dismenorea dan tidak mengalami dismenorea. Tidak ada perbedaan asupan zink pada remaja putri yang mengalami dismenorea dan tidak mengalami dismenorea.


2020 ◽  
Vol 30 (Supplement_5) ◽  
Author(s):  
J-K Schoenbach ◽  
G Bolte ◽  
G Czwikla ◽  
K Manz ◽  
M Mensing ◽  
...  

Abstract Background Behavioural interventions may increase social inequalities in health. This study aimed to project the equity impact of physical activity interventions that have differential effectiveness across education groups on the long-term health inequalities among older adults in Germany. Methods We created six hypothetical intervention scenarios targeting adults aged 55 years and above: Scenarios #1 to #4 applied realistic intervention effects that varied by education. Under scenario #5, the lower and medium educated group adapted the physical activity pattern of the higher educated. Under scenario #6, all persons increased their physical activity level to the recommended 300 minutes weekly. The number of incident ischemic heart disease, stroke and diabetes cases as well as deaths from all causes was simulated under each of these six intervention scenarios for males and females over a 10-year projection period using the DYNAMO-HIA tool, and compared against a reference scenario with unchanged physical activity pattern. Results For males, the highest reduction of disease cases and deaths would be achieved under scenario #4 (most effective in higher educated persons), while increasing inequalities between education groups. For females, the highest reduction would be achieved under scenario #3 (most effective in lower educated persons), while decreasing inequalities between education groups. Scenarios #1 to #4 would prevent only a fraction of the disease cases and deaths that would be avoided under scenario #5 or scenario #6. Conclusions This modelling study shows how the overall population health impact varies, depending on how intervention-induced physical activity changes differ across education groups. For decision-makers, both the assessment of health impacts overall as well as within a population is relevant, as interventions with the greatest population health gain might be accompanied by an unintended increase in health inequalities. Key messages Health impact assessments with a focus on equity are essential for decision-makers. In order to correctly project population health effects, and choose between options of intervention types from a public health perspective, data on subgroup-specific intervention effects are needed.


1997 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 195-205 ◽  
Author(s):  
Marit Sorensen

Adherence to lifestyle changes - beginning to exercise, for example - is assumed to be mediated by self-referent thoughts. This paper describes a pilot study and three studies conducted to develop and validate a questionnaire for adults to determine their self-perceptions related to health-oriented exercise. The pilot study identified items pertinent to the domains considered important in this context, and began the process of selecting items. Study 2 examined the factor structure, reduced the number of items, determined the internal consistency of the factors, and explored the discriminative validity of the questionnaire as to physical activity level and gender. Four factors with a total of 24 items were accepted, measuring mastery of exercise, body perception, social comfort/discomfort in the exercise setting, and perception of fitness. All subscales had acceptable internal consistencies. Preliminary validity was demonstrated by confirming hypothesized differences in scores as to gender, age, and physical activity level. The third study examined and demonstrated convergent validity with similar existing subscales. The fourth study examined an English-language version of the questionnaire, confirming the existence of the factors and providing preliminary psychometric evidence of the viability of the questionnaire.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document