scholarly journals UJI EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETIL ASETAT DAN KLOROFORM MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 6538 DAN Escherichia coli ATCC 11229 SECARA in vitro

Biomedika ◽  
2012 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Dwiariawan Tauchid Rahman ◽  
EM Sutrisna ◽  
Anika Candrasari

Meniran is one of traditional plants that contains several compounds such as terpenoid, flavonoid, and alkaloid that role as antibactrial agent. The aims of the research are to determine the antibacteria effect of extract aethyl acetat and chloroform of meniran. This research was conducted as a laboratory experimental by using post test control group design only. The concentration of extract aethyl acetat and chloroform meniran are 5%, 10%, 20%, 40%, and 80%. The result indicate that extract aethyl acetat of meniran have not effect to Escherichia coli. Meanwhile, to Staphyloccus aureus have an effect (p=0,003). The concentration of the extract chloroform meniran are effective to inhibite the growth of Escherichia coli (p=0,029) and Staphylococcus aureus (p=0,004). The extract aethyl acetat of meniran have an antibacteria effect to Staphylococcus aureus but not to Escherichia coli. Whereas, the extract chloroform of meniran have an antibacteria effect to Staphylococcus aureus and Escherichia coli.Keyword : The aethyl acetat and chloroform extract of Meniran (Phyllanthus niruri L.), antibacteria effect, Staphylococcus aureus and Escherichia coli

2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Resa Putra Adiputra ◽  
Irma Suswati ◽  
Fathiyah S

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 29-37
Author(s):  
Safira Azahra ◽  
Nita Parisa ◽  
Fatmawati Fatmawati ◽  
Ella Amalia ◽  
Venny Larasati

Abstract Background Aloe vera is a plant that has been used as an alternative drug. This plant contains various compounds, like anthraquinone, saponin, flavonoid, alkaloid, and tannin that has an antibacterial effect against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Both of it were responsible for the infection incident. This study aims to determine the efficacy of Aloe vera sap as an antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Methods An experimental study, in vitro using post-test only control group design, has been done at laboratory of Medical Faculty of Sriwijaya University, by examining the antibacterial activity of Aloe vera sap in five different concentration (5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%) using well diffusion and solid dillusion method to determine the minimum bactericidal concentration (MBC). And then continued with the phytocemical screening to determine the compound inside the Aloe vera sap. Results Aloe vera sap were able to kill Staphylococcus aureus at 5% and Eshcerichia coli at 80%. Compatibility test showed that Aloe vera sap with concentration of 10%, 20%, 40%, and 80% are compatible with amoxicillin, therefore 80% is compatible with cefotaxime. This ability due to the compound that it contains, which is alkaloid, flavonoid, tannin, quinone, and saponin. Conclusion Aloe vera sap is effective as an antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli.   Keyword: Aloe vera sap, antibacterial, efficacy, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.  


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 11-19
Author(s):  
Alifia Ayu Delima ◽  
Utami Murti Pratiwi ◽  
Asriani

Madu dan habbatussauda memiliki aktivitas antibakteri. Komponen yang terdapat di dalam madu antara lain keasaman, tekanan osmotik, dan hidrogen peroksida, asam aromatik serta omponen fenol juga berperan dalam aktivitas antibakteri. Sedangkan habbatussauda sendiri tannin, tymoquinon, thymol, a-pinene, p-cymene dengan cara menghambat pembentukan asam nukleat (RNA) dan sintesis protein yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan pada proses infeksi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi antibakteri madu dan Habbatussauda terhadap bakteri Escherichia coli. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode Post Test Only Control Group Design yang dilakukan secara in vitro. Hasil dari penelitian in vitro menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian perlakuan madu, habbatussaudah dan kombinasi terhadap daya hambat pertumbuhan e-coli (<0.05).


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 16-19
Author(s):  
Nadia Dwi Rahmawati ◽  
Tri Nur Kristina ◽  
Endang Sri Lestari ◽  
Hardian Hardian

Background: Diarrhea that could be caused by Staphylococcus aureus and Escherichia coli can be prevented by increasing hand hygiene using alcohol-based hand rub, but frequent use might cause skin irritation. Replacing alcohol with herbs could avoid this side effect. Cloves have been proved to have antibacterial properties. However, most researches used complex extraction methods that might not be applicable on a household scale.Objective: To prove that clove extracts have ability to inhibit and to kill S. aureus and E. coli.Methods: This is an experimental study by using post-test only control group design. Clove extract was obtained with simple aqueous maceration. Samples were Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Escherichia coli ATCC 25922 allocated into six groups: clove extracts at concentrations of 12.5%, 25%, 50%, 100% respectively; 70% alcohol as a positive control; and aquadest as a negative control. Each group was given 5 repetitions of intervention. MIC was measured with dilution method, while MBC with streak method. Negative controls were only used to monitor the quality of this work.Results: MIC of S. aureus was started at 50% concentration of clove extract, while MBC of S. aureus was started at 25 % concentration of the same extract. MIC and MBC of E. coli was both started at 25% concentration of clove extract. MIC and MBC of 100% concentration of clove extract were equal with 70% alcohol.Conclusion: Concentration of 100% clove extracts have similar ability with 70% alcohol to inhibit and to kill S. aureus and E. coli. Keywords: Clove Extracts, Escherichia coli, MBC, MIC, Staphylococcus aureus


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Igede Sudarmanto

Abstract : Plants bilimbi (Averrhoa bilimbi Linn) has been utilized by the public as a traditional medicinal plants to cure various diseases. The content of natural chemicals from bilimbi fruits are known to have an antibacterial effect, namely, flavonoids and phenols. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a gram-positive bacteria resistant to antibiotics semisintesis. This research aims to identify the differences in the number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria at some concentrations of bilimbi fruit filtrate in vitro. The design of the research is a post test only control group design. Measurement of the activity of bacteria using a colony counter with dilution method. The average number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria that grow at a concentration of bilimbi fruit filtrate 10% as much as 59.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 20% as much as 1.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 30%, 40% and 50% contained no bacterial colonies growing. At a concentration of 10 % is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria, while at a concentration of 30 % has been able to kill the bacteria Staphylococcus aureus. There is a difference in the number of bacterial colonies of Staphylococcus aureus in some bilimbi fruit filtrate concentration (Averrhoa bilimbi Linn) in vitro (p = 0.000


Biomedika ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 29-35
Author(s):  
Yusianti Silviani ◽  
Ardy Prian Nirwana

Diarrhea is a health problem that commonly occurs in developing countries. Bacteria that cause diarrhea are among others Escherichia coli, Salmonella typhosa and Staphylococcus aureus. This research aimed to investigate the diameters of inhibition zones of breadfruit leaf (A. altilis) ethyl acetate extract in different concentrations against the growth of Escherichia coli, Salmonella typhosa and Staphylococcus aureus. The research applied an experimental laboratory by using a post-test control group design. This research was performed at the Bacteriology Laboratory of STIKES Nasional by using the diffusion disk method. The research showed the radical zone diameters against Escherichia coli with the concentrations of  20%, 40%, 60%, 80%, and 100%,  were 6.16 mm, 6.41 mm, 6.74 mm, 7.49 mm, and 7.79 mm, respectively.  The inhibition zones against Staphylococcus aureus were 8.15, mm 9.43 mm, 10.29, 10.38 mm and 11.42 mm, while against Salmonella typhosa were 7.94 mm, 8.87 mm, 10.15 mm, 10.26 mm, and 11.23 mm, respectively. The results of the ANOVA test showed the p-value=0.00 and the results of the LSD test revealed the differences in the inhibition effects of A. altilis leaf extract against the growth of E. coli, S. typhosa and S. aureus. This study concludes that concentration variations of Artocarpus altilis leaf ethyl acetate extract can inhibit the growth of  Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Salmonella typhosa.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Rina Ning Septia ◽  
Awaluddin Susanto

Mencuci tangan dengan sabun merupakan tindakan efektif mencegah penyakit diare penyebab kematian anak-anak. Jombang tahun 2012 diperkirakan jumlah penderita akibat diare sebanyak 50.042 orang. Tingkat keefektifan mencuci tanga dengan sabun dalam menurunkan angka kematian akibat diare dalam persen memcuci tangan dengan sabun 44%, menggunakan air 25%, sumber air olahan 11%. Salah satu langkah mengurangi infeksi diare dengan adanya inovasi pemanfaatan bahan alami yang mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas ekstrak kombinasi biji dan daun selasih sebagai antiseptik alami terhadap bakteri pada tangan. Desain penelitian menggunakan true experient dengan rancangan penelitian post test only control group design. Populasi dan sampel penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan variasi kelompok perlakuan 5%, 10%, 20%, 40% dan kelompok kontrol negatif serta positif dengan 3x pengulangan. Data diolah dengan menggunakan coding, tabulating dan dianalisa menggunakan uji statisika Kruskal Walis. Hasil penelitian perhitungan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus kontrol negatif: 1012, konsentrasi 5%: 121, konsentrasi 10%: 48, konsentrasi 20% dan 40%: 0, kontrol positif:0. Escherichia coli kontrol negatif: 943, konsentrasi 5%: 810, konsentrasi 10%: 372, konsentrasi 20% dan 40%: 0, kontrol positif:0. Uji Kruskal Walis H1 diterima. Kesimpulan ada pengaruh ekstrak kombinasi biji dan daun selasih terhadap pertumbuhan bakteri dan nilai KHM pada konsentrasi 10% dan KBM konsentrasi 20%. Kata Kunci: Efektifitas kombinasi ekstrak biji dan daun selasih, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Ratih Dewi Dwiyanti ◽  
Hana Nailah ◽  
Ahmad Muhlisin ◽  
Leka Lutpiatina

       Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat digunakan untuk obat batuk, peluruh dahak, influenza, dan obat jerawat. Jeruk nipis mengandung senyawa kimia yang bermanfaat salah satunya minyak atsiri dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dan berperan sangat penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%  terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro. Penelitian ini bersifat  eksperimen dengan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian adalah air perasan jeruk nipis. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Parameter daya antibakteri ditentukan dengan mengukur zona hambat  (mm) yang terbentuk di sekitar pertumbuhan bakteri uji pada media Muller Hinton Agar. Hasil Penelitian menunjukkan zona hambat air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli pada konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% masing- masing berdiameter 7,25mm, 13,25mm, 14,25mm, 16mm, 17mm, 18,25mm, dan 20,75mm. Berdasarkan uji regresi linear didapat nilai signifikan 0,000 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro.  Disarankan pada penelitian lebih lanjut untuk menguji daya hambat air perasan jeruk nipis dengan menggunakan metode lain atau terhadap bakteri spesies lain.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document