scholarly journals Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.

2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Resa Putra Adiputra ◽  
Irma Suswati ◽  
Fathiyah S

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Igede Sudarmanto

Abstract : Plants bilimbi (Averrhoa bilimbi Linn) has been utilized by the public as a traditional medicinal plants to cure various diseases. The content of natural chemicals from bilimbi fruits are known to have an antibacterial effect, namely, flavonoids and phenols. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a gram-positive bacteria resistant to antibiotics semisintesis. This research aims to identify the differences in the number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria at some concentrations of bilimbi fruit filtrate in vitro. The design of the research is a post test only control group design. Measurement of the activity of bacteria using a colony counter with dilution method. The average number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria that grow at a concentration of bilimbi fruit filtrate 10% as much as 59.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 20% as much as 1.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 30%, 40% and 50% contained no bacterial colonies growing. At a concentration of 10 % is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria, while at a concentration of 30 % has been able to kill the bacteria Staphylococcus aureus. There is a difference in the number of bacterial colonies of Staphylococcus aureus in some bilimbi fruit filtrate concentration (Averrhoa bilimbi Linn) in vitro (p = 0.000


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 29-37
Author(s):  
Safira Azahra ◽  
Nita Parisa ◽  
Fatmawati Fatmawati ◽  
Ella Amalia ◽  
Venny Larasati

Abstract Background Aloe vera is a plant that has been used as an alternative drug. This plant contains various compounds, like anthraquinone, saponin, flavonoid, alkaloid, and tannin that has an antibacterial effect against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Both of it were responsible for the infection incident. This study aims to determine the efficacy of Aloe vera sap as an antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Methods An experimental study, in vitro using post-test only control group design, has been done at laboratory of Medical Faculty of Sriwijaya University, by examining the antibacterial activity of Aloe vera sap in five different concentration (5%, 10%, 20%, 40%, dan 80%) using well diffusion and solid dillusion method to determine the minimum bactericidal concentration (MBC). And then continued with the phytocemical screening to determine the compound inside the Aloe vera sap. Results Aloe vera sap were able to kill Staphylococcus aureus at 5% and Eshcerichia coli at 80%. Compatibility test showed that Aloe vera sap with concentration of 10%, 20%, 40%, and 80% are compatible with amoxicillin, therefore 80% is compatible with cefotaxime. This ability due to the compound that it contains, which is alkaloid, flavonoid, tannin, quinone, and saponin. Conclusion Aloe vera sap is effective as an antibacterial against Staphylococcus aureus and Escherichia coli.   Keyword: Aloe vera sap, antibacterial, efficacy, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.  


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.


2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 05 ◽  
Author(s):  
Abdul Razak ◽  
Aziz Djamal ◽  
Gusti Revilla

AbstrakJeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang banyak terdapat ditengah masyarkat dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional. Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya, dengan salah satu manfaat dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar tidak terjadi abses. Jerawat dan abses pada luka merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. Penelitian dilakukan dengan metoda eksperimental laboratorium dengan desain postest only control group design yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Hasil penelitian menunjukan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri dimana bakteri tidak tumbuh seteleh kontak 5 menit pertama dan diikuti menit-menit berikutnya dengan air perasan buah jeruk nipis konsentrasi 100%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan semakin lama kontak dengan bakteri Staphylococcus aureus maka daya hambatnya semakin baik.Kata kunci: Uji Daya Hambat, Air Perasan Buah Jeruk Nipis, Staphylococcus aureus.Abstract Lime (Citrus aurantifolia S.) is kind of family’s herbal medicine, most using in the community is widely used as a traditional herb. The most common used part is the lime fruit squeeze with one of the function is used for removing acne and wound healing to prevent the form of abscess. Pimples and abscesses of the wound is one of the infections caused by the bacterium Staphylococcus aureus.The purpose of this study was to determine the inhibition of lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze towards the growth of the bacteria Staphylococcus aureus in vitro condition. The study was conducted with laboratory experimental methods to the design of control group design postest only performed at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine, University of Andalas.The results showed that the lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze has the ability to inhibite the bacterial growth of Staphylococcus aureus with various concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% and there is the effect of contact time on the growth of bacteria which the bacteria do not grow after contact the first 5 minutes and the next minute followed by lime fruit squeeze with 100% concentration lime fruit squeeze. Thus, the higher the concentration of lime fruit squeeze and the longer the contact with the bacteria Staphylococcus aureus is the better towards.Keywords:Inhibition test, The Lime Fruit Squeeze, Staphylococcus Aureus.


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Juvensius R. Andries ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Aurelia Supit

Abstrak: Minyak cengkeh berguna sebagai antibakteri alami. Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol dapat membunuh bakteri termasuk bakteri yang resisten terhadap antibiotika, salah satunya adalah bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan mikroorganisme penyebab utama terjadinya karies. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan bahan coba ekstrak cengkeh dengan konsentrasi 40%, 60%, dan 80%, Ciprofloxacin, aquades dengan pengulangan sebanyak lima kali. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan one-way ANOVA dan post-hoc uji LSD ( = 0,05). Berdasarkan hasil uji statistik penelitian uji efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri streptococcus mutans secara in vitro, dapat disimpulkaan bahwa ekstrak cengkeh memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Hasil uji lanjut post-hoc uji LSD menunjukan daya hambat ekstrak cengkeh 40%, 60%, 80%, lebih kecil (p<0,05) dalam menghambat Streptococcus mutans secara in vitro dibandingkan Ciprofloxacin. Kata Kunci: Ekstrak cengkeh, Streptococcus mutans.   Abstract: Clove oil is useful as a natural antibacterial agent, essential oil of clove has anesthetic and antimicrobial effect. Substances contained in clove called eugenol can kill bacteria including antibiotic resistant bacteria, one of which is the bacteria Streptococcus mutans. This bacteria is a major cause for caries. The purpose of this study was to mengetahui clove extrack antibacterial effects againts Streptococcus mutans bacteria in vitro. This study is an experimental study using a post test only control group design. This research try using clove extract with a concentration of 40%, 60%, and 80%, Ciprofloxacin, aquades repetition five times. Data collected and analyzed by one-way ANOVA and post-hoc LSD test (α = 0.05). Based on the results of the statistical test to test the effects of anti-bacterial research clove extracts against Streptococcus mutans bacteria in vitro, can disimpulkaan that clove extracts have antibacterial effects in inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria in vitro.further test result post-hoc LSD test shoved its inhibitory clove extract 40%, 60%, 80% smaller (p<0,05)in hibiting Streptococcus mutans in vitro compared Ciprofloxacin. Keywords: clove extract, Streptococcus mutans


Author(s):  
Sopan Sinamo ◽  
Susi Marlina Silalahi ◽  
Vivie Zahara

GTC keramik-logam adalah gigi tiruan cekat dengan bahan keramik-logam yang secara permanen disemenkan pada gigi geligi, dan sampai saat ini menjadi gold standard di Bidang Prostodontik, akan tetapi sering terjadi permasalahan pada GTC  keramik-logam antara lain fraktur adhesi dan fraktur kohesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan lapisan dentin terhadap kekuatan fleksural pada GTC keramik-logam. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium secara in vitro, dengan rancangan penelitian post  test only control group design. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 27 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari lapisan dentin 0,5mm, 0,6mm, dan 0,7mm. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata kekuatan fleksural pada GTC keramik-logam pada  ketebalan lapisan dentin 0,5 mm  adalah 95,32 MPa, 0,6 mm adalah 101,68 MPa, dan 0,7 mm adalah 104,30 MPa. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tebal lapisan dentin maka dapat menghasilkan kekuatan fleksural yang optimal.


EMBRIO ◽  
2012 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Sumiati Sumiati

Penelitian ini untuk mempelajari pengaruh nikotin terhadap kadar MDA serum dan keberhasilan fertilisasi in vitro pada Rattus novergicus. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental dengan post test only control group design. Subjek penelitian terdiri dari 4 kelompok (36 ekor tikus) yang dipilih secara acak dan homogen. Kelompok penelitian terdiri dari kelompok kontrol (K0), kelompok perlakuan yang diberikan injeksi nikotin subkutan selama 7 hari dengan dosis 70 mg/Kg BB (K1), 52,5 mg/kgBB (K2) dan 35 mg/kgBB (K3). Hasil yang diamati adalah adanya badan polar II/sigot 2 sel. Hasil uji one way Anova adalah terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil uji BNT kadar MDA serum adalah terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara K0 dan K1, kelompok K0 dan K2, K1 dan K2, serta K1 dan K3. Angka keberhasilan fertilisasi tidak dapat dilakukan uji statistik karena seluruh data menunjukkan 100% berhasil. Dengan demikian tidak dapat dilakukan uji hubungan antara kadar MDA serum dengan angka keberhasilan fertilisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah nikotin dapat menyebabkan peningkatan kadar MDA serum tapi belum dapat mempengaruhi fertilisasi sehingga sehingga tidak dapat menghubungkan antara kadar MDA serum dengan angka keberhasilan fertilisasi.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 11-19
Author(s):  
Alifia Ayu Delima ◽  
Utami Murti Pratiwi ◽  
Asriani

Madu dan habbatussauda memiliki aktivitas antibakteri. Komponen yang terdapat di dalam madu antara lain keasaman, tekanan osmotik, dan hidrogen peroksida, asam aromatik serta omponen fenol juga berperan dalam aktivitas antibakteri. Sedangkan habbatussauda sendiri tannin, tymoquinon, thymol, a-pinene, p-cymene dengan cara menghambat pembentukan asam nukleat (RNA) dan sintesis protein yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan pada proses infeksi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi antibakteri madu dan Habbatussauda terhadap bakteri Escherichia coli. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode Post Test Only Control Group Design yang dilakukan secara in vitro. Hasil dari penelitian in vitro menunjukan bahwa terdapat pengaruh pemberian perlakuan madu, habbatussaudah dan kombinasi terhadap daya hambat pertumbuhan e-coli (<0.05).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document