scholarly journals Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro

2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 05 ◽  
Author(s):  
Abdul Razak ◽  
Aziz Djamal ◽  
Gusti Revilla

AbstrakJeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang banyak terdapat ditengah masyarkat dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional. Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya, dengan salah satu manfaat dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar tidak terjadi abses. Jerawat dan abses pada luka merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. Penelitian dilakukan dengan metoda eksperimental laboratorium dengan desain postest only control group design yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Hasil penelitian menunjukan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri dimana bakteri tidak tumbuh seteleh kontak 5 menit pertama dan diikuti menit-menit berikutnya dengan air perasan buah jeruk nipis konsentrasi 100%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan semakin lama kontak dengan bakteri Staphylococcus aureus maka daya hambatnya semakin baik.Kata kunci: Uji Daya Hambat, Air Perasan Buah Jeruk Nipis, Staphylococcus aureus.Abstract Lime (Citrus aurantifolia S.) is kind of family’s herbal medicine, most using in the community is widely used as a traditional herb. The most common used part is the lime fruit squeeze with one of the function is used for removing acne and wound healing to prevent the form of abscess. Pimples and abscesses of the wound is one of the infections caused by the bacterium Staphylococcus aureus.The purpose of this study was to determine the inhibition of lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze towards the growth of the bacteria Staphylococcus aureus in vitro condition. The study was conducted with laboratory experimental methods to the design of control group design postest only performed at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine, University of Andalas.The results showed that the lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze has the ability to inhibite the bacterial growth of Staphylococcus aureus with various concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% and there is the effect of contact time on the growth of bacteria which the bacteria do not grow after contact the first 5 minutes and the next minute followed by lime fruit squeeze with 100% concentration lime fruit squeeze. Thus, the higher the concentration of lime fruit squeeze and the longer the contact with the bacteria Staphylococcus aureus is the better towards.Keywords:Inhibition test, The Lime Fruit Squeeze, Staphylococcus Aureus.

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2018 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Ma'ruf ◽  
Gina Alia Mawaddah ◽  
Nisa Nur Agistni Eriana ◽  
Farah Indah Swari ◽  
Syaidatul Aslamiyah ◽  
...  

Infection caused by Staphylococcus aureus bacteria becomes a very serious problem because of the increased resistance of these bacteria to various types of antibiotics. Honey has antibacterial activity because it contains water, acidity and inhibitor compounds namely flavonoids. Honey can be produced Trigona spp. This study aims to Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) and effectiveness of honey bee kelulut (Trigona spp.) Against Staphylococcus aureus resistant cephalosporin bacteria in vitro. This research is true experiment with postest only control group design. The results of the study were measured by MIC showed no clarity at concentrations of 60 mg / ml, 70 mg / ml, 80 mg / ml, 90 mg / ml and and clarity at concentrations of 100 mg / ml, and MBC at concentrations of 60 mg / ml of 151 colonies, 70 mg / ml of 105 colonies, 80 mg / ml of 55 colonies, 90 mg / ml of 16 colonies and 100 mg / ml of 0 colonies. The effective concentration in killing Staphylococcus aureus resistant cephalosporin is 100 mg / ml


2016 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 42 ◽  
Author(s):  
Amalia Amalia ◽  
Ratih Dewi Dwiyanti ◽  
Haitami Haitami

<p style="text-align: justify;">Staphylococcus aureus is a pathogenic bacterial that causes infectious disease and human poisoning through enterotoxin produced by the bacteria. Salt or sodium chloride is used by human for food preservation process because it can inhibit the growth of bacteria, especially Staphylococcus aureus. The purposes of the study were to determine the effect of NaCl in media on the growth of Staphylococcus aureus and determine the effective concentration of NaCl. The type of research used in this study was true experiment posttest only control group design. Samples were prepared in 5 NaCl concentrations, they were 10%, 15%, 20%, 25% dan 30%. The study conclusion was there were effects of NaCl addition to the media on the growth of Staphylococcus aureus with a significance value of 0.000 (<0.05). The effective NaCl concentration that inhibited the growth of Staphylococcus aureus is 15%. The advice for next study is to conduct similar studies with NaCl concentration of 10% - 15%.


2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Resa Putra Adiputra ◽  
Irma Suswati ◽  
Fathiyah S

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Igede Sudarmanto

Abstract : Plants bilimbi (Averrhoa bilimbi Linn) has been utilized by the public as a traditional medicinal plants to cure various diseases. The content of natural chemicals from bilimbi fruits are known to have an antibacterial effect, namely, flavonoids and phenols. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a gram-positive bacteria resistant to antibiotics semisintesis. This research aims to identify the differences in the number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria at some concentrations of bilimbi fruit filtrate in vitro. The design of the research is a post test only control group design. Measurement of the activity of bacteria using a colony counter with dilution method. The average number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria that grow at a concentration of bilimbi fruit filtrate 10% as much as 59.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 20% as much as 1.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 30%, 40% and 50% contained no bacterial colonies growing. At a concentration of 10 % is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria, while at a concentration of 30 % has been able to kill the bacteria Staphylococcus aureus. There is a difference in the number of bacterial colonies of Staphylococcus aureus in some bilimbi fruit filtrate concentration (Averrhoa bilimbi Linn) in vitro (p = 0.000


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Ratih Dewi Dwiyanti ◽  
Hana Nailah ◽  
Ahmad Muhlisin ◽  
Leka Lutpiatina

       Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat digunakan untuk obat batuk, peluruh dahak, influenza, dan obat jerawat. Jeruk nipis mengandung senyawa kimia yang bermanfaat salah satunya minyak atsiri dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dan berperan sangat penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%  terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro. Penelitian ini bersifat  eksperimen dengan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian adalah air perasan jeruk nipis. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Parameter daya antibakteri ditentukan dengan mengukur zona hambat  (mm) yang terbentuk di sekitar pertumbuhan bakteri uji pada media Muller Hinton Agar. Hasil Penelitian menunjukkan zona hambat air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli pada konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% masing- masing berdiameter 7,25mm, 13,25mm, 14,25mm, 16mm, 17mm, 18,25mm, dan 20,75mm. Berdasarkan uji regresi linear didapat nilai signifikan 0,000 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro.  Disarankan pada penelitian lebih lanjut untuk menguji daya hambat air perasan jeruk nipis dengan menggunakan metode lain atau terhadap bakteri spesies lain.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Leka Lutpiatina ◽  
Nur Rizqi Amaliah ◽  
Ratih Dewi Dwiyanti

Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk dikonsumsi maupun pengobatan tradisional. Daun kenikir memiliki kandungan fenol, flavonoid, saponin dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal ekstrak daun kenikir terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat true eksperiment dengan rancangan postest only control group design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).  Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) menunjukkan kekeruhan pada konsentrasi 160 mg/ml, 320 mg/ml dan adanya kejernihan pada konsentrasi 340 mg/ml, 380 mg/ml dan 400 mg/ml. Hasil penelitian Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) diperoleh jumlah koloni pada konsentrasi 160 mg/ml sebanyak 60 CFU/ml, 320 mg/ml sebanyak 12 CFU/ml, 340 mg/ml sebanyak 3 CFU/ml, 380 mg/ml sebanyak 0 CFU/ml dan 400 mg/ml sebanyak 0 CFU/ml. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa KHM ekstrak daun kenikir adalah 340 mg/ml dan KBM ekstrak daun kenikir adalah 380 mg/ml. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun kenikir terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah dengan menggunakan pelarut lain.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 44-48
Author(s):  
Siti Mahmudah ◽  
Akhmad Muntaha ◽  
Ahmad Muhlisin

Dayak onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) is hereditary used by the Indonesian Kalimantan Dayak community as a medicinal plant with antimicrobial activity. The active ingredient of Dayak onions can inhibit the growth of bacteria such as Escherichia coli. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Dayak extract (Eleutherine palmifollia (L) Merr) in inhibiting the growth of Escherichia coli in vitro. This research method is experimental. Posttest Only Control Group Design research design. Research Results Show that Dayak onion extract can inhibit Escherichia coli with concentrations of 10% (6 mm), 20% (8 mm), and 30% (11 mm), 40% (13 mm), 50% (16 mm), 60 % (18 mm) and 70% (20 mm), 80% (20 mm), 90% (24 mm) and 100% (30 mm). The conclusion of the study of Dayak extract has a different effect on the growth of Escherichia coli with a significance value of 0,000


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Duddy Satrianugraha ◽  
Irwan Lubis ◽  
Nur Fitriani Amardina

Infeksi Candida albicans dapat berupa infeksi superfisial hingga sistemik. Ekstrak rumput laut dan minyak atsiri ekstrak jeruk nipis terbukti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Belum adanya penelitian mengenai penggunaan jeruk nipis dan rumput laut secara bersamaan sebagai anti jamur, menarik peneliti untuk meneliti masalah ini. Membandingkan efektivitas daya hambat campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis terhadap Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Postest Only Control Group Design. Dibuat 7 perlakuan, 2 perlakuan kontrol dan 5 kelompok perlakuan yang diberi campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, dan 0:4. Hasil rerata daya hambat campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, dan 0:4 (3,62 mm, 25,5 mm, 31 mm, 42,5 mm dan 42,5 mm dengan P < 0,05). Hasil uji multifariat menunjukan nilai signifikansi P<0,05, maka dapat dikatakan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata antar dua kelompok perlakuan. Hasil uji post hoc menunjukan 9 pasang perlakuan memiliki nilai P < 0,05 dan 6 pasang perlakuan memiliki nilai P > 0,05. Campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4 memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document