scholarly journals HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL ANEMIA DALAM MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMPAKE KOTA SAMARINDA

2021 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 78
Author(s):  
Rahmat Bakhtiar ◽  
Yusuf Muladi ◽  
Annisa Tamaya ◽  
Aisyah Utari ◽  
Rita Yuliana ◽  
...  

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah utama kesehatan ibu dan menjadi program prioritas di Indonesia. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) adalah intervensi cost effective yang secara signifikan menurunkan prevalensi anemia pada ibu hamil. Ketidakpatuhan dan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya mengkonsumsi TTD secara teratur menjadi hambatan dalam program ibu hamil bebas anemia. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu hamil anemia mengenai informasi penting suplemen Fe dan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD sesuai dosis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross sectional. Sebanyak 48 ibu hamil anemia yang melakukan antenatal care yang  teregister pada kohor ibu  dari bulan Januari–Mei 2019 dijadikan sebagai sampel. Variabel penelitian adalah pengetahuan tentang pesan penting TTD dan kepatuhan menelan TTD yang diukur dengan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Sebagian besar ibu hamil anemia berusia 20-30 tahun, pendidikan SMA dan PT, bekerja, berpenghasilan baik. Pengetahuan tentang pesan pesan penting cukup baik dan lebih dari separuh ibu hamil anemia mengkonsumsi TTD secara rutin setiap hari selama tiga bulan. Pengetahuan ibu hamil anemia tentang informasi penting tentang TTD meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi TTD. Monitoring kepatuhan dan penggunaan TTD sesuai dosis sangat diperlukan agar ibu hamil dan bayinya bebas dari dampak buruk anemia.

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Riris Nur Rizqiya

TB Paru adalah penyebab utama penyakit di antara 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia. Pengobatan TB minimal memerlukan waktu 6 bulan sehingga memerlukan dukungan sosial yang baik kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah 67 pasien TB Paru dengan teknik pengambilan datanya menggunakan teknik simple random sampling didapatkan 45 sampel. Instrumen stigma masyarakat menggunakan kuesioner Internalized Stigma of Mental Illness (ISMI) dengan r tabel 0,62 dan reliabilitas 0,964 didapatkan 28 item yang valid. Instrumen kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) dengan r tabel 0.8 dan reliabilitas 0,7 didapatkan 8 item yang valid. Uji etika penelitian dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Jember dengan nomor: No.3561/UN25.1.14/SP/2020. Analisis data yang digunakan adalah uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara stigma masyarakat dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru (p-value = 0,404;CI=95%).Data demografi pasien didapatkan usia responden TB Paru dengan nilai median 48.00 (Q1, Q3;35.00,61.00) dengan min-max 15-70 dan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu 30 responden (66.7%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara sitgma masyarakat dengan kepatuhan minum obat. Puskesmas telah meningkatkan program edukasi tentang penyakit TB Paru dan pencegahannya dimungkinkan menjadi salah satu menurunnya stigma pada pasien TB Paru. Dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien ditandai dengan adanya pendampingan ketika berobat ke Puskesmas. Puskesmas memiliki peran penting dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TB Paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata kunci: tuberkulosis paru, stigma masyarakat, kepatuhan minum obat.HUBUNGAN STIGMA MASYARAKAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI PUSKESMAS PUHJARAK KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI


2016 ◽  
Vol 4 ◽  
pp. 205031211667485 ◽  
Author(s):  
Arsène Zongo ◽  
Line Guénette ◽  
Jocelyne Moisan ◽  
Laurence Guillaumie ◽  
Sophie Lauzier ◽  
...  

Objective: To assess the internal consistency and factorial validity of the adapted French 8-item Morisky Medication Adherence Scale in assessing adherence to noninsulin antidiabetic drug treatment. Study Design and Setting: In a cross-sectional web survey of individuals with type 2 diabetes of the Canadian province of Quebec, self-reported adherence to the antidiabetes drug treatment was measured using the Morisky Medication Adherence Scale-8. We assessed the internal consistency of the Morisky Medication Adherence Scale-8 with Cronbach’s alpha, and factorial validity was assessed by identifying the underlying factors using exploratory factor analyses. Results: A total of 901 individuals completed the survey. Cronbach’s alpha was 0.60. Two factors were identified. One factor comprised five items: stopping medication when diabetes is under control, stopping when feeling worse, feeling hassled about sticking to the prescription, reasons other than forgetting and a cross-loading item (i.e. taking drugs the day before). The second factor comprised three other items that were all related to forgetfulness in addition to the cross-loading item. Conclusion: Cronbach’s alpha of the adapted French Morisky Medication Adherence Scale-8 was below the acceptable value of 0.70. This observed low internal consistency of the scale is probably related to the causal nature of the items of the scale but not necessarily a lack of reliability. The results suggest that the adapted French Morisky Medication Adherence Scale-8 is a two-factor scale assessing intentional (first factor) and unintentional (second factor) non-adherence to the noninsulin antidiabetes drug treatment. The scale could be used to separately identify these outcomes using scores obtained on each of the sub-scales.


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 10-17
Author(s):  
Syahrida Dian Ardhany

Penelitian ini merupakan cross sectional study data diambil selama 1 bulan (November 2015) di poli Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Pasien hipertensi yang dapat berpartisipasi adalah pasien dengan usia = 18 tahun � 65 tahun. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara menggunakan instrument kuisioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Pada penelitian ini subyek yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 86 pasien. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya adalah tingkat kepatuhan sedang dengan score MMAS= 6,05 � 1,94, selain itu baik usia maupun tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan minum obat, yang dibuktikan dengan hasil uji SPSS menggunakan Kruskal Wallis Test P= 0,806 untuk usia dan P= 0,178 untuk tingkat pendidikan (P < 0,05). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi di poli penyakit dalam RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya periode November 2015 adalah tingkat kepatuhan sedang.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 186-191
Author(s):  
Abrar Wahab ◽  
Md Mahabub Ul Islam ◽  
Mehbuba Mehnoor Laboni ◽  
Anisa Fatema ◽  
Abeda Saleha Renesa ◽  
...  

Rheumatic heart disease (RHD) is a significant public health problem and Non-adherence to treatment is an important and often unrecognized risk factor for cardiovascular mortality. The study aimed to assess self-reported medication adherence by 8-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) among rheumatic heart disease patients and determine the associated factors. A cross-sectional study was carried out by applying a structured interview to Rheumatic heart disease patients aged 18 or higher in a tertiary hospital in Bangladesh. Among Rheumatic heart disease patients, 63.5% showed medium adherence, 36.5% showed low adherence to medication. Walking habit (P= 0.000), exercise habit (P=0.000), smoking habit (P=0.000), and duration of RHD (P=0.005) found significantly associated with medication adherence. Multiple logistic regression analysis also revealed, don't have walking habit more than 10 minutes at a time (AOR=2.416, 95% CI: 1.212-4.816), don't having exercise habit (AOR=2.420, 95% CI: 1.206 – 4.859), don't having habit of smoking (AOR=0.392, 95% CI: 0.183 – 0.841), duration of RHD for less than 15 (AOR=4.190, 95% CI: 0.851 – 20.631) are independent predictors of adherence. Our study demonstrated medium to low medication adherence in the Morisky Medication Adherence Scale among rheumatic heart disease patients. Asian J. Med. Biol. Res. June 2019, 5(3): 186-191


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Mala Kurniati ◽  
Dwi Robbiardy Eksa ◽  
Chintia Risnawati

Thalasemia adalah sindrom kelainan bawaan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin karena adanya mutasi pada gen globin. Pasien beta thalasemia mayor yang menerima transfusi darah berulang menyebabkan akumulasi besi yang dapat ditentukan dengan pengukuran serum feritin. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar feritin adalah kepatuhan terapi kelasi, yang dapat dinilai menggunakan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Tujuan penelitian ini yaitu menentukan tingkat kepatuhan terapi chelation dan kadar feritin pada pasien thalassemia mayor di Rumah Sakit Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 40 orang yang menerima transfusi darah dan terapi kelasi. Pengumpulan data diambil dari rekam medik dan nilai kepatuhan terapi dinilai oleh MMAS. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman. Sebagian besar pasien berjenis kelamin waktu sebanyak 25 orang (62,5%). Rentang usia terbanyak 5-11 tahun (45,0%). Kadar hemoglobin sebelum transfusi berkisar antara 6 hingga 7,9 mg / l (52,5%). Pasien dengan talasemia mayor paling banyak memiliki berat badan kurang (82,5%). Rata-rata skor MMAS 3,3 ± 1,9, kadar rata-rata 4499,0 ± 3308,5 ng / ml. Ada korelasi yang signifikan antara kepatuhan terapi kelasi dengan kadar feritin sebesar 0,768 yang menunjukkan korelasi positif dan kuat pada pasien thalasemia mayor di Rumah Sakit H. Abdul Moeloek Lampung.


2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Benny Arief Sulistyanto ◽  
Mukti Lestari Madyoratri

Abstrak. Kepatuhan pengobatan hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demogafik. Perbedaan fasilitas penunjuang kesehatan pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi mengakibatkan tidak meratanya informasi dan pengobatan terkait hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan letak geografis dengan tingkat kepatuhan pengobatan hipertensi di Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini merupakan studi deskirptif dengan pendekatan cross-sectional. Kuesioner The 8-item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) versi Bahasa Indonesia digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan hipertensi pada 65 responden di daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Hasil penelitian ini menemukan bahwa letak geografis mempunyai korelasi terhadap kepatuhan pengobatan hipertensi (p-value < 0,01). Petugas kesehatan hendaknya menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan khususnya yang berlokasi di dataran rendah. Namun demikian, peningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di dataran tinggi tidak boleh diabaikan Kata kunci: kepatuhan pengobatan, hipertensi, MMAS-8, letak geografis Relationship between Geographical Location and Medication Adherence in Hypertensive Patients in Pekalongan DistrictAbstract. Medication adherence among hypertensive patients can be influenced by socio-demographic factors. The differences in health care facilities in the lowlands and highlands create a gap of information and treatment related to hypertension treatments. The purpose of this study is to identify the relationship between geographical location and medication adherence in Pekalongan Regency. A descriptive study with a cross-sectional approach was used. The Indonesian version of the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) questionnaire was used to measure the adherence of medication treatment among 65 respondents in the highlands and lowlands. The results of this study revealed that geographical location was highly correlated with medication adherence (p-value <0.01). Health workers should use various methods to improve medication adherence, especially those located in the lowlands. Although, improving the quality and quantity of health facilities in the highlands should not be ignored Keywords: medication adherence, hypertension, MMAS-8, geographical location


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 208
Author(s):  
Nora Wulandari ◽  
Tuti Wiyati ◽  
Virza Astami

Gagal ginjal kronis merupakan suatu penyakit dengan pengobatan dalam jangka waktu lama yang secara tidak langsung akan memberikan perubahan hidup pasien serta berisiko terjadinya depresi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kejadian depresi, tingkat kepatuhan minum obat dan mengetahui hubungan antara depresi dengan kepatuhan minum obat pada pasien gagal ginjal kronis di RS Islam Jakarta Pondok Kopi. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional. Kuesioner Morisky Medication Adherence Scale(MMAS-8) digunakan untuk menilai kepatuhan minum obat, sedangkan Clinically Useful Depression Outcome Scale(CUDOS) untuk menilai tingkat depresi. Penelitian ini melibatkan 138 responden yang menggunakan obat minum. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak31,2% responden dengan depresi minimal, dan 45,7% responden dengan kepatuhan minum obat yang tinggi. Faktor lamannya pengobatan signifikan dengan depresi (p=0,006) sedangkan faktor status pendidikan signifikan dengan kepatuhan minum obat (p=0,011). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dan kepatuhan minum obat (p=0,957).


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 26-30
Author(s):  
Hutari Gustiana ◽  
Tito Gunantara ◽  
Hilmi Sulaiman Rathomi

Kadar serum feritin yang tinggi pada pasien talasemia menimbulkan berbagai komplikasi yang menurunkan kualitas hidup pasien. Kadar tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat kelasi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan konsumsi obat kelasi besi dan kadar serum feritin pada penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung serta hubungan antara keduanya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan melibatkan 50 pasien talasemia di RSUD Al-Ihsan Bandung yang dipilih secara consecutive. Data tingkat kepatuhan diukur dengan kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) yang diisi dengan dipandu oleh peneliti, sedangkan data kadar feritin didapatkan dari rekam medis pasien. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli-September 2019, data dianalisis menggunakan uji Chi square dengan bantuan piranti lunak STATA versi 13. Hasil penelitian menunjukan mayoritas penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung (60%, IK 45.4% - 72.9%) memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam konsumsi obat kelasi besi dan sebagian besar memiliki kadar serum feritin >2500 ng/ml (58%, IK 43.5% - 71.2%). Terdapat hubungan bermakna secara statistik antara tingkat kepatuhan konsumsi obat kelasi besi dengan kadar serum feritin pada penderita talasemia beta-mayor di RSUD Al-Ihsan Bandung p=0.00( p<0.05).


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 137-141
Author(s):  
Harnavi Harun

Introduction : Hypertension is a disease that is commonly found and one of the causes of death allover the world. Riset Kesehatan Dasar in 2013 shows that the prevalence of hypertension in Indonesiais 26.5%. The lack of medication adherence of hypertensive patients is a major cause of hypertensiontherapy failure. Non-adherence to antihypertensive drugs is a potential factor that can cause variouscomplications such as heart failure, stroke, kidney failure and blindness. The purpose of this study wasto determine the level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil HospitalPadang.Method: This is a descriptive research with cross sectional design. The study population was patientswith hypertension with sampling based on counsecutive sampling. Inclusion criteria were essentialhypertension patients and willing to join the study. Exclusion criteria were hypertension emergency,hypertension urgency, and hypertension with complications. Data obtained directly from respondentsthrough the Morisky Medication Adherence Scale-8 questionnaire and direct blood pressuremeasurement.Results: Based on the characteristics of hypertensive patients, found that male 62% and female 38%,ages 20-39 (19%) and ≤ 40 (81%), duration of hypertension < 5 years (62%) and ≥ 5 years (38 %),anti-hypertensive drugs > 1 (60%) and 1 (40%), uncontrolled blood pressure (65%) and controlled(35%). Low compliance rates (60%), moderate (31%) and high (9%).Conclusion: The level of medication adherence for hypertensive patients in M. Djamil HospitalPadang is low (60%), while moderate compliance (31%) and high compliance (9%).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document