scholarly journals HIV-AIDS

2019 ◽  
Author(s):  
diefvania shelly athala safilla

HIV-AIDS adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus. HIV dapat ditularkan melalui seks, transfusi darah, berbagi jarum suntik dan penularan ibu-ke-bayi (perinatal). Faktor risiko heteroseksual adalah yang tertinggi, yaitu 82,8%, diikuti oleh homoseksual sebesar 7,4% dan perinatal sebesar 4,0%. Di Kabupaten Gresik pada tahun 2016, ditemukan bahwa jumlah penderita HIV telah meningkat sebesar 29% dari 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara HIV Stadium dan Infeksi Oportunistik pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Ibnu Sina Gresik. Penelitian non-reaktif ini menggunakan desain analitik cross-sectional. Sampel diambil menggunakan teknik total sampling. Data sekunder diambil sejak 2013 - Maret 2018 menggunakan lembar pengumpulan data dan analisis menggunakan uji chi-Square (alpha: 0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada 29 ibu hamil dengan HIV-AIDS, 96,6% pasien berasal dari Kabupaten Gresik, dan 3,4% dari luar, sebagian besar kelompok usia> 25-30 tahun (34,5%), 96,6% responden telah menikah. , pendidikan sebagian besar sekolah menengah (58,6%), sebagian besar responden (75,9%) tidak memiliki infeksi oportunistik, stadium HIV pada tingkat asimtomatik mencapai 51,7% dan tingkat stadion simtomatik mencapai 48,3%. Ada korelasi antara stadium HIV dan infeksi oportunistik dengan p-value 0,011. Sehingga perlu perhatian yang optimal terutama pemberian terapi ART dan pengobatan infeksi oportunistik pada ibu hamil Hak Cipta(Fleeson et al., 2017). Dengan menggunakan uji Koefisien Kontinjensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelengkapan catatan rekam medis adalah 161 (84,3%) dan 30 (15,7%) rekam medis tidak lengkap, tingkat klaim diklaim 161 (84,3%) dan 30 (15,7%). ) file memiliki klaim yang tertunda. Berdasarkan hasil uji statistik koefisien kontigensi terdapat pengaruh berkas berkas terhadap penyelesaian klaim = 0,000 <α (0,05)), kemudian ditolak H0. Perlu ada kebijakan dari dokter yang bertanggung jawab atas setiap instalasi, perlu untuk mensosialisasikan kepada dokter DPJP untuk lebih memahami pentingnya penggunaan rekam medis dan meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara perawat dan dokter DPJP(Oktoriani, Sutrisno, Mayasari, & Sodik, 2018).

2019 ◽  
Author(s):  
Muhammad Rizqi Fahriza

HIV-AIDS adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus. HIV dapat ditularkan melalui seks, transfusi darah, berbagi jarum suntik dan penularan ibu-ke-bayi (perinatal). Faktor risiko heteroseksual adalah yang tertinggi, yaitu 82,8%, diikuti oleh homoseksual sebesar 7,4% dan perinatal sebesar 4,0%. Di Kabupaten Gresik pada tahun 2016, ditemukan bahwa jumlah penderita HIV telah meningkat sebesar 29% dari 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara HIV Stadium dan Infeksi Oportunistik pada Wanita Hamil di Rumah Sakit Umum Ibnu Sina Gresik. Penelitian non-reaktif ini menggunakan desain analitik cross-sectional. Sampel diambil menggunakan teknik total sampling. Data sekunder diambil sejak 2013- Maret 2018 menggunakan lembar pengumpulan data dan analisis menggunakan uji chi-Square (alpha: 0,05). Hasil penelitian menunjukkan ada 29 ibu hamil dengan HIV-AIDS, 96,6% pasien berasal dari Kabupaten Gresik, dan 3,4% dari luar, sebagian besar kelompok usia> 25-30tahun (34,5%), 96,6% responden telah menikah. , pendidikan sebagian besar sekolah menengah (58,6%), sebagian besar responden (75,9%) tidak memiliki infeksi oportunistik, stadium HIV pada tingkat asimtomatik mencapai 51,7% dan tingkat stadion simtomatik mencapai 48,3%. Ada korelasi antara stadium HIV dan infeksi oportunistik dengan p-value 0,011.Sehingga perluperhatian yang optimal terutama pemberian terapi ART dan pengobatan infeksi oportunistikpada ibu hamil. hak cipta(Dwi dan Tri, 2018)


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 55-63
Author(s):  
Machria Rachman

HIV (Human Immunodeficiency Virus)  dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat secara global. Prevalensi HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi juga cukup tinggi yakni 4.557 kasus. Cara penularan HIV terbesar adalah melalui hubungan seksual (71 %). Sejumlah 18,23% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah wanita pekerja seks (WPS). Meskipun lokalisasi di Banyuwangi telah resmi ditutup pada tahun 2013, namun praktik prostitusi masih terselubung dijalankan. Hubungan seksual tanpa kondom menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi pengetahuan dan sikap WPS dengan persuasi penggunaan kondom di eks lokalisasi Gempol Porong Kabupaten Banyuwangi. Desain penelitian adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian yaitu WPS di Eks Lokalisasi Gempol Porong berjumlah 32 orang yang diambil dengan teknik Total sampling. Pengambilan data dengan metode angket dan dianalisis statistik menggunakan SPSS 20.0 version. Hasil penelitian menunjukkan bahwa WPS yang memiliki pengetahuan rendah dalam penanggulangan HIV/AIDS sebanyak 56,2 %, sikap negatif sebesar 53,1% dan sebanyak 59,4% tidak melakukan persuasi penggunaan kondom. Analisis uji chi-Square menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan WPS dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom (ρ = 0,002α), serta ada hubungan antara sikap WPS dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom (nilai ρ = 0,000α). Variabel yang berpengaruh terhadap penanggulangan HIV/AIDS dengan persuasi penggunaan kondom adalah sikap, dengan  probabilitas sikap negatif WPS sebesar 78%. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pihak terkait guna peningkatan 100% penggunaan kondom sehingga dapat menekan angka pertumbuhan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 98-108
Author(s):  
Erna Febriyanti

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia salah satunya. Mahasiswa merupakan kelompok remaja usia produktif dimana pada usia ini rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Usia remaja merupakan  usia mayoritas mahasiswa yang dianggap rentan tertular dikarenakan pengetahuan yang kurang akan bahaya HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa keperawatan. Metode dalam penelitian ini adalah  kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan yang diambil  dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel 100 responden, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan, persepsi hambatan yang dirasakan, persepsi isyarat untuk bertindak, keyakinan diri (self efficacy) memiliki hubungan yang signifikan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Hasil penelitian ini berguna untuk mahasiswa yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS serta penyakit menular seksual lainnya. Kata kunci: Faktor- Faktor, Perilaku, Pencegahan, HIV / AIDS.  


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Dina Mungki Febriani ◽  
Stefanus Lukas ◽  
Farida Murtiani

Latar belakang: Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia bahkan di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Obat Antiretriviral (ARV) merupakan pengobatan untuk kasus HIV yang dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA walau tidak dapat menyembuhkan. Pemeriksaan CD4 merupakan salah satu indikatorpemantauan pasien untuk melihat keberhasilan penggunaan ARV. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi pengobatan sebelum dan sesudah penggunaan ARV berdasarkan indikator CD4 pada pasien RS Prof. Dr. Sulianti Saroso di Jakarta Utara. Metode: desain penelitian cross sectional. Pengumpulan data dilakukan secara non probability sampling dengan teknik quota sampling sehingga diperoleh 42 pasien HIV yang berasal dari data rekam medis pasien. Hasil: analisa sosiodemografi sebagian besar usia 26–45 tahun 73,8%, jenis kelamin laki-laki 92,9%, pendidikan sarjana 69%, sudah bekerja 88,1%  serta sudah menikah 76,2%. Berdasarkan kepatuhan dalam pengobatan diperoleh 78,6% patuh. Kombinasi obat yang paling banyak digunakan adalah TDF(300)+3TC(300)+EFV(600) dalam bentuk FDC (fixed-dose combination). Hasil Uji Wilcoxon menunjukan adanya perbedaan bermakna antara CD4 awal dengan CD4 akhir dengan p value 0,000 (p<0,05). Uji statistik dengan chi square didapatkan status pernikahan, kepatuhan, status pekerjaan dan status pendidikan menunjukan ada hubungan yang signifikan dengan perubahan CD4 (Pvalue <0,05) sedangkan usia, jenis kelamin, dan kombinasi obat tidak signifikan (Pvalue >0,05). Kesimpulan: ARV efektif menaikkan CD4 pada pasien HIV.


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 130-135
Author(s):  
Rakesh Basavareddy ◽  
Asha Basavareddy ◽  
Shimoga Laxman Ravi ◽  
Bilagumba Ramu Kiran ◽  
Gadwalkar R. Srikant

Abstract Background and Objectives: Tuberculosis (TB) and the human immunodeficiency virus (HIV) infection have reached epidemic proportions in our country. This study was undertaken to know the seroprevalence of HIV infection among TB patients and to evaluate the various clinical features of TB in seropositive and seronegative patients. This study was undertaken in Vijayanagara Institute of Medical Sciences, Bellary. It was cross-sectional comparative observational study conducted from December 2010 to May 2012. Materials and Methods: A total of 100 consecutive patients diagnosed with TB satisfying inclusion criteria were selected for the study. All patients went through a detailed evaluation along with testing for HIV seroprevalence. Chi-square and Student’s t-tests used to find the significance between two groups. Results: The overall HIV seroprevalence among TB patients was 8%. Seroprevalence was highest in the age group between 31 and 40 years at 29.41% (odds ratio [OR] = 11.11, P = 0.003). It was found that seropositive TB patients were more likely to present with significant weight loss (OR = 19.25, P= 0.000), and have lymphadenopathy OR = 13.24, P = 0.002) and oral candidiasis (OR = 49.44, P = 0.000) on examination. Bilateral chest radiographic involvement (OR = 57.40, P = 0.000) and the disseminated variety of the disease (OR = 29.67, P = 0.001) are also more probable. Conclusions: Human immunodeficiency virus seroprevalence is quite high among TB patients in Bellary. During the evaluation of TB patients, the possibility of HIV co-infection should be kept in mind, and thus adequate knowledge of the likely clinical features is absolutely necessary.


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Rahmah Fitrianingsih ◽  
Yulia Irvani Dewi ◽  
Rismadefi Woferst

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang mudah menular dan mematikan juga merusak sistem kekebalan tubuh.Kelompok yang rentan adalah IRT. Hal ini disebabkan perilaku pencegahan yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk  menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 100 orang responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan teknik cluster sampling.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi Square untuk variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian analisis univariat menunjukkan mayoritas IRT berada dalam rentang usia 26-35 tahun (37%), beragama Islam (94%), pekerjaan wiraswasta (46%), istri yang tidak melakukan pemeriksaan HIV/AIDS (88%), dan suami yang tidak melakukan pemeriksaan HIV/AIDS (95%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p value 0.023) dan pendidikan ( p value 0.004) terhadap perilaku pencegahan. Variabel yang tidak berhubungan adalah sikap (p value 0.199), ekonomi (p value 0.641) dan lama menikah (p value 0.275) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan IRT lebih peduli terhadap kesehatannya dengan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 207-217
Author(s):  
Rosita Rosita

Bacterial vaginosis (BV) merupakan kondisi ketidak seimbangan dari ekosistem vagina, yaitu menurunnya jumlah Lactobacillus. BV biasanya tidak bergejala, namun ketika menimbulkan gejala biasanya disertai dengan keputihan yang berbau. BV yang sudah lama diketahui dapat memberikan komplikasi yang serius, BV juga memberikan dampak pada wanita yang tidak hamil yaitu peningkatan risiko terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) maupun infeksi penyakit kelamin lainnya. Persalinan preterm meningkatkan kematian perinatal sebesar 65-75%. Bayi preterm yang bertahan hidup akan mengalami morbiditas serius jangka pendek maupun jangka panjang. Diperkirakan 50% dari kelahiran preterm spontan terkait dengan infeksi saluran genital. Infeksi pada vagina merupakan faktor risiko persalinan preterm yang paling kuat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan Analisis Data Sekunder. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien atau WUS yang terdata atau tercatat dalam laporan di wilayah Kabupaten Bandung sebanyak 83 orang. Dari 291 ibu yang bersalin preterm, yang mengalami positif BV sebanyak 94 orang, sebanyak 109 orang mengeluh keputihan berwarna abnormal, 86 orang dengan konsistensi kental, mengeluh berbau sebanyak 72 orang dan adanya gatal sebanyak 24 orang.  Sedangkan untuk hasil pemeriksaan DUH tubuh, dari 291 ibu preterm sebanyak 76 orang warna pengeluaran cairan vagina berwarna, sebanyak 82 orang konsistensinya lebih kental, sebanyak 101 bau KOH lebih dari 10% dan sebanyak 32 orang Ph vagina lebih dari 4. Hasil analisis bivariat menunjukan ibu yang lahir preterm sebanyak 59,6% hasil pemeriksaan positif BV. Berdasarkan uji Chi-square menunjukan P Value 0,014 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh antara bacterial vaginosis dengan persalinan preterm. sebanyak 16% ibu dengan pengeluaran flor albus berwarna putih menyebabkan kelahiran preterm, konsistensi flor albus yang kental sebanyak 124 ibu dapat mengalami kelahiran preterm. Berdasarkan uji Chi-square menunjukan p Value 0,010 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh aktivitas seksual terhadap bacterial vaginosis. sebanyak 123 orang ibu yang lahir preterm disebabkan oleh bau KOH lebih dari 10%, berdasarkan uji Chi-square menunjukan p Value 0,010 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh DUH tubuh vagina terhadap kehjadian kelahiran preterm. Diharapkan ibu hamil dapat mengetahui tanda gejala BV secara dini dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperberat kejadian BV. Diharapkan kepada pada setiap petugas dapat mendeteksi kejadian BV agar menghindari kejadian persalinan / kelahiran preterm.


2012 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
pp. 536-542 ◽  
Author(s):  
Helisamara Mota Guedes ◽  
Luciana Oliveira Costa Cabral ◽  
Maria Verônica de Barros Costa ◽  
Alex Ferreira dos Reis ◽  
Simone Gomes Pereira ◽  
...  

This study aimed to verify risk behavior for infection with the Human Immunodeficiency Virus in people who attended motels. This is a cross-sectional study conducted in two motels in two municipalities in the state of Minas Gerais, Brazil, with a sample of 308 randomly selected individuals, aged between 18 and 60 years. Bivariate (chi-square and t test for independent samples) and multivariate (logistic regression) statistical tests were performed. A total of 45.8% of the participants reported not having used a condom during the last vaginal sexual intercourse, 48.4% did not use a condom during the last oral sex, while 26.3% reported not having used a condom in the last anal intercourse. Having a steady partner was the strongest predictor of not using condoms. Probable beliefs regarding loyalty involved in a stable relationship may be contributing to the failure to use condoms during intercourse, increasing the risk of HIV infection.


2017 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Arrum Firda Ayu Maqfiroch ◽  
Zahroh Shaluhiyah

ABSTRAKPenanggulangan HIV AIDS membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang terlibat adalah OHIDHA. OHIDHA merupakan anggota keluarga yang hidup bersama ODHA dan memberikan dukungan kepada ODHA. Stigma di Kabupaten Sukoharjo dan Grobogan masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menentukan respons OHIDHA dalam upaya penanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Sukoharjo dan Grobogan.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan data kuantitatif melalui wawancara dengan kuesioner. Penelitian ini didukung dengan penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan data FGD. Jumlah responden adalah 92 OHIDHA, proporsi 50% dan selang kepercayaan 95%. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat menggunakan Chi-Square dan multivariat menggunakan regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan respons OHIDHA adalah hubungan dengan ODHA (p-value=0,001), lama hidup dengan ODHA (p-value=0,030), lama mengetahui status ODHA (p-value=0,001) dan sikap (p-value=0,005). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa sikap (p-value=0,006) merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling signifikan dibanding variabel lainnya.Kata Kunci : OHIDHA, respons, Grobogan, Sukoharjo Respons of People Living With HIV AIDS to Control HIV and AIDS in Sukoharjo and Grobogan District; Controlling HIV and AIDS requird the involvement of various sector. One of the sector involved is People Living With HIV AIDS (PLWHA).  PLWHA is a family member who lives with people living with HIV and provide support to people living with HIV. Stigma in Sukoharjo and Grobogan still high. This study aims to determine the factors that determine whether the PLWHA response in control to HIV and AIDS in Sukoharjo Grobogan. This research was a quantitative study with cross sectional approach. Quantitative data collection techniques through interviews with questionnaires . This research was supported by qualitative research with FGD. The number of respondents was 92 PLWHA, the proportion of 50% and 95% confidence interval . Analysis of the data using univariate analysis with frequency distribution, bivariate using Chi-Square and multivariate using logistic regression. The results showed that the variables related to the PLWHA response is a relationship with people living with HIV ( p = 0,001 ) , long life with people living with HIV ( p = 0.030 ) , longer know the status of PLWHA ( 0.001 ) and attitude ( p = 0.005 ). Multivariate analysis showed that the attitude (p value = 0,006) was a variable that has the most significant effect compared to other variables .Keywords : AIDS , response , Grobogan , Sukoharjo


Author(s):  
María Adelaida Álvarez-Serrano ◽  
Encarnación Martínez-García ◽  
Adelina Martín-Salvador ◽  
María Gázquez-López ◽  
María Dolores Pozo-Cano ◽  
...  

Human immunodeficiency virus (HIV) infection is still a public health issue. Human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) creates, in society, stigmatizing attitudes, fear, and discrimination against infected people; even health professionals do not feel trained enough to adequately take care of these patients, which affects the quality of care provided to such patients. The purpose of this study was to explore nursing students’ attitudes and other related factors toward people with HIV/AIDS, as well as their evolution in subsequent academic years. A cross-sectional study was performed with students in four academic years from four Spanish health sciences institutions (n = 384). Data were collected voluntarily and on an anonymous basis, utilizing the “Nursing students’ attitudes toward AIDS” (EASE) validated scale. The students’ attitudes toward people with HIV/AIDS were relatively positive, with a total mean EASE value of 85.25 ± 9.80. Statistically significant differences were observed according to the academic year (p = 0.041), in 4 out of 21 items of the scale and among students with no religious beliefs. By adjusting every variable, only the weak association with religion was maintained (p = 0.045).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document