scholarly journals ANALISA BREAK EVEN POINT DAN NET PRESENT VALUE BERDASARKAN INPUT TARIF YANG BERLAKU DI KLINIK KESEHATAN AL - JADID SURABAYA

Jurnal IPTEK ◽  
2016 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Kalam Mollah

Yayasan Nur Fadila yang beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Surabaya, Malang, Kediri dan Semarang selama ini berfokus pada pengembangan pondok pesantren dengan berbasis pada pembelajaran ilmu agama islam dan pengetahuan umum. Namun untuk saat ini Hidayatullah mengembangkan klinik kesehatan bagi masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebagai salah satu gedung yang baru beroperasi di lingkungan pondok, maka klinik perlu melakukan analisis ulang tentang tarif yang berlaku pada saat ini. Adapun metode yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah metode Break Even Point dan Net Present Value dengan suku bunga sebesar 12%. Dalam penyelesaiannya dengan metode BEP maka akan dimasukkan tarif yang berlaku saat ini. Dari analisa ini diperoleh tarif pada kondisi BEP sebesar Rp 36.919. Dengan cara trial and error pada cash flow melalui pendekatan Net Present Value yaitu dengan menjumlahkan tarif kelas pada kondisi Break even Point dengan asumsi kenaikan x% dari tarif normal pada kondisi BEP sehingga diperoleh Net Present Value yang lebih besar dari nol. Sehingga diperoleh hasil tarif kelas yang dicari pada kondisi NPV adalah sebesar Rp 92.298,-.

JURNAL TEKNIK ◽  
2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 120-127
Author(s):  
Hari Yanto ◽  
Zainuri ◽  
Winayati

Pemilihan perumahan Nuansa Beringin di jln. Paying Sekaki ini sebagai objek penelitian karena pengembang belum melakukan analisis investasi ekonomi teknik pada pembangunan perumahan tersebut, sedangkan usaha pembangunan perumahan merupakan suatu proyek yang memerlukan biaya awal besar (arus kas keluar) dan waktu yang lama, sedangkan penghasilan baru diperoleh pada tahap penjualan (arus kas masuk) yang terjadi pada periode yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang dapat memberi gambaran terhadap biaya dan manfaat pada konsep aliran dana, yang timbul akibat kondisi ketidakpastian yang dimaksud terutama ditinjau pada aspek ekonomi yang timbul pada masa yang akan datang. Hasil analisis ini tentunya bisa dipakai untuk mendapatkan keputusan yang layak dalam berinvestasi dengan mengurangi kerugian dimasa yang akan datang, baik itu kreditor atau debitor.Mengacu pada latar belakang maka penulisan tugas akhir ini membahas tentang studi kelayakan ekonomi teknik pembangunan perumahan Nuansa Beringin II sebanyak 150 unit dengan harga jual Rp 130.000.000 per unit menggunkan metode discounted cash flow (DCF) dengan indicator Net Present Value (NPV), Benefit cost Ratio (BCR), Internal Rate of Retrun (IRR) dan Break Even Point (BEP).Dari hasil analisis ekonomi teknik bahwa investasi yang dilakukan pada perumahan ini maka didapat hasil Net Present Value (NPV) bernilai positif. Untuk perhitungan Benefit cost Ratio (BCR) pada bulan ke-15 didapat nilai >1, sedangkan hasil Break Even Point (BEP) didapat pada bulan ke- 14-15 dan dari hasil perhitungan Internal Rate of Retrun (IRR) didapat 32,5221% tingkat suku bunga aman. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan landasan teori perumahan ini layak telah memenuhi indikator diatas dan layak melakukan investasi.


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Rossy Khairinisa ◽  
I Nyoman Dita Pahang Putra ◽  
Anna Rumintang

Pada perencanaan pembangunan sebuah proyek diperlukan suatu analisis finansial yang menandakan proses investasi proyek tersebut layak dilakukan. Salah satu aspek yang paling penting dalam proses investasi adalah komposisi pembiayaan. Pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu dari pinjaman (loan) dan modal sendiri (equity). Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan Perumahan Taman Karangbahagia di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas dari tiga komposisi pembiayaan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow untuk menghitung project valuationnya. Kemudian kelayakan investasi diukur berdasarkan indikator NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Return), BEP (Break Even Point) dan ROI (Return on Investment). Tiga komposisi pembiayaan yang akan diteliti sesitivitasnya adalah 70% loan : 30% equity. 30% loan : 70% equity dan 50% loan : 50% equity. Hasil analisis sensitivitas komposisi menunjukan bahwa pada komposisi 30% loan : 70% equity NPV mencapai angka positif sebesar Rp.17,485,230,641.00 dan IRR 38%. Sementara pada komposisi 70% loan : 30% equity NPV negatif dan IRR mencapai nilaisebesar Rp.9,126,201,503.00 dan 2%. Pada komposisi 50% loan : 50% equity yaitu NPV mencapai nilai negatif yaitu sebesar Rp.4,179,514,569.00 dan IRR 21%. BEP terjadi setelah satu tahun sepuluh bulan dan Return on Investment menghasilkan angka 16.71% dari komposisi 30% loan : 70% loan.    


Teras Jurnal ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Anik Ratnaningsih ◽  
Willy Kriswardhana ◽  
Hurrin Ufiantara

<p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p> </p><p class="11daftarpustaka">Kawasan perumahan merupakan solusi untuk menciptakan pemukiman yang lebih tertata di wilayah kota dan sekitarnya, namun memiliki tantangan berupa penggunaan energi dan air yang besar, pengelolaan kawasan, dan penyediaan fasilitas untuk penghuninya. Kawasan hijau dapat menjadi solusi untuk menjadikan kawasan perumahan berkelanjutan yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan energi, dan memberi kemudahan bagi penghuninya. Penilaian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penilaian kawasan hijau yang didasarkan pada perangkat penilaian <em>Greenship Neighborhood V.1.0</em> oleh GBCI. Perencanaan pekerjaan peningkatan kawasan hijau dan penyusunan <em>cash flow</em> dilakukan setelah melakukan penilaian kawasan. <em>Cash flow</em> digunakan untuk melakukan analisis investasi yang menggunakan metode <em>Net Present Value</em> (NPV), <em>Internal Rate of Return</em> (IRR), <em>Break Even Point</em> (BEP), <em>Payback Period</em> (PBP), dan <em>Profit Ability Index</em> (PI). Hasil dari penelitian menunjukkan <em>Net Present Value </em>sebesar Rp12.917.114.905,- <em>Internal Rate of Return</em> sebesar 28,34%, dan <em>Profit Ability Index</em> menunjukkan angka 1,592. Pengembalian modal yang dibutuhkan untuk mencapai <em>Break Even Point</em> adalah sebesar Rp73.184.818.841,-  dengan penjualan minimum 68 unit rumah tipe 43/72, 74 unit rumah tipe 45/72, 19 unit rumah tipe 90/120, dan 5 unit ruko sedangkan <em>Payback Period </em>menunjukkan pengembalian dalam waktu 2 tahun.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Kata kunci: <em>kawasan hijau, analisis investasi, perumahan</em><em></em></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">A residential area is a solution for creating organized settlements in the city, but have problems of large amounts of energy and water usage, area management, and facilities provided for its inhabitants. Green areas can be a solution to make sustainable residential areas that are environmentally friendly, energy-efficient, and provide convenience for their inhabitants. The assessment used in this study is the Greenship Neighborhood V.1.0 assessment tool by GBCI.  Green area improvement and cash flow are created after conducting the green area assessment. Cash flow is used to conduct investment analysis using methods of the Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Break-Even Point (BEP), Payback Period (PBP), and Profit Ability Index (PI). The results of the study showed that the Net Present Value of Rp12,917,114,905, - the Internal Rate of Return of 28.34%, and the Profit Ability Index showed an index number of 1.592. The return on the capital needed to achieve the Break-Even Point is Rp73,184,818,841, with a minimum sales of 68 housing units of type 43/72, 74 housing units of type 45/72, 19 housing units of type 90/120, and 5 units of shophouses while Payback Period shows returns within 2 years.</p><p class="11daftarpustaka"> </p><p class="11daftarpustaka">Keywords: <em>green area, investmen analysis, housing</em><em></em></p>


2020 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 263
Author(s):  
Richard Antony Suatan ◽  
Ida Ayu Dwi Giriantari ◽  
I Wayan Sukerayasa

Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) di Banjar Dinas Mekar Sari, telah dibangun oleh kelompok masyarakat secara swadaya pada tahun 1980. Dengan penggunaan teknologi yang tradisional mengakibatkan efisiensi PLTMH rendah, sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang bagi PLTMH Banjar Dinas Mekar Sari agar dapat beroperasi lebih optimal. Salah satu faktor yang sangat penting dalam perencanaan yaitu faktor finansial/ekonomi. Faktor ini akan digunakan untuk menilai suatu perencanaan apakah layak dibangun atau tidak. Parameter yang digunakan dalam menentukan faktor ekonomi yaitu Net Present Value (NPV, Internal Rate of Return (IRR), Benefit to Cost Ratio (BCR), Life Cycle Cost (LCC), dan Break Even Point (BEP). Telah dilakukan analisis kelayakan ekonomi untuk perencanaan PLTMH Banjar Dinas Mekar Sari diperoleh, BCR sebesar 1,05 dan 0.79 serta nilai NPV sebesar Rp3.320.076.318 dan Rp2.520.526.334 bernilai positif, dan besarnya nilai IRR 13% dan 11% melebihi tingkat Expected Annual Rate of Return Indonesia yang sebesar 11,4%. Serta besarnya BEP unit yang harus dijual untuk mencapai titik cash flow bernilai Rp.0 sebesar 3.783.633.30 kWh, dan besarnya payback period pada proyek ini yaitu 5 tahun 3 bulan. Jadi dilihat dari parameter ekonomi yang ada maka perancangan PLTMH di Banjar Dinas Mekar Sari layak dari segi parameter ekonomi.


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 160
Author(s):  
Halkadri Fitra ◽  
Salma Taqwa ◽  
Charoline Cheisviyanny ◽  
Abel Tasman ◽  
Nurzi Sebrina

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan aspek keuangan usaha grosir sembako Badan Usaha Milik Desa (Nagari) Kamang Hilia Sejahtera di Kenagarian Kamang Hilia Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat yang dilakukan pada tahun 2018. Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode cash flow analysis, payback period, net present value, profitability index, internal rate of return, dan average rate of return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai net cash flow Badan Usaha Milik Desa (Nagari) Kamang Hilia Sejahtera adalah positif yaitu Rp.21.774.000, nilai payback period adalah 1,15 tahun, nilai net present value positif sebesar Rp.10.680.034,47, nilai profitability index adalah positif 1,37, sedangkan nilai internal rate of return adalah 46,7% dan nilai average rate of return adalah 57,23%. Berdasarkan standar penilaian maka semua metode yang digunakan memberikan kesimpulan bahwa usaha grosir sembako milik Badan Usaha Milik Desa (Nagari) Kamang Hilia Sejahtera dalam kategori layak untuk dilaksanakan.


1982 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 103-110 ◽  
Author(s):  
Thomas W. Jones ◽  
David Smith

Net present value and equivalent annual cost are two discounted cash flow criteria for comparing investment proposals. Why have accountants taken to net present value? Why do engineers readily use equivalent annual cost? This paper investigates the historical development of these principles to provide an explanation of why this is so.


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
Author(s):  
Syaiful Anwar ◽  
Narmiana Narmiana

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dan analisis yang digunakan dalam pengembangan usaha amplang ikan di Kota Tarakan. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha amplang yang ada di kota Tarakan baik terdaftar di dinas yang terkait maupun tidak. Adapun populasi penelitian ini berjmlah 14 orang dengan pengambilan sampel menggunakan teknik sampel  jenuh atau teknik sampel sensus dimana semua populasi dijadikan sampel, dan data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.  Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kelayakan finansial dilihat dari BCR (Benefit Cost of Ratio) sebesar 1.03, NPV (Net Present Value) sebesar 172.927.700,60, FRR (Financial Rate of Return) sebesar 98,51%, PBP (Pay Back Period) sebesar 1,02 dan BEP (Break Even Point) dasar harga unit sebanyk 15,000 bungkus dan dasar harga penjualan sebesar Rp18.000.000. Berdasarkan kriteria kelayakan yang telah ditentukan dapat dikatakan bahwa UKM amplang ikan di Kota Tarakan layak untuk di operasionalkan. Sedangkan tahapan analisis yang dilakukan yaitu dengan melihat kondisi internal dan eksternal perusahaan dengan cara analisis situasi dengan kata lain yaitu analisis SWOT, dengan melalui tahapan IFE (Internal Faktor Evaluation), EFE (Eksternal Faktor Evaluation), diagram SWOT dan Matriks SWOT. Hasil analisis data menunjukkan bahwa strategi yang digunakan yaitu strategi Agresif atau strategi SO (strength-Opportunity).


2015 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Ikhwanudin Sidiq ◽  
Yusuf Mauluddin

Penelitian ini tentang penentuan skala usaha yang ekonomis terhadap penggunaan mesin Roaster Coffee TJ 068. Skala usaha yang dimaksud yaitu ditinjau dari modal dan omzet pendapatan perusahaan apabila dalam proses produksinya menggunakan mesin tersebut. Mesin sangrai ini merupakan mesin sangrai kopi yang dibuat oleh perusahaan North dari Cina bertenaga listrik dengan kapaistas produksi 500 gram/batch dan harga mesin tersebut sangat mahal. Dengan permasalahan tersebut maka dilakukan peninjauan dari aspek finansial terhadap beberapa perusahaan yang berada di Garut sebagai pembandingnya. Metodologi yang digunakan dalam melakukan analisa finansial dan penilaian kelayakan ini adalah model harga pokok produksi, proyeksi rugi laba, proyeksi arus kas, Break Even Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, Payback Priod dan Analisa Sensitifitas. Berdasarkan dari hasil perhitungan analisa sensitifitas diperoleh bahwa skala usaha yang sesuai terhadap penggunaan mesin Roaster Coffee TJ 068 dalam proses produksinya dengan omzet pendapatan minimum sebesar Rp. 78.943.200 pertahun dengan modal awal sebesar Rp. 41.660.000.


2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Tri Anggraeni Kusumastuti

<p>The objective of this study was to analyze the feasibility business for goat based on keeping system, keept, the livestock breed and elevation. The study was carried out in four districts of Yogyakarta. Purposive random techniques were used. The samples were selected based on the village group system, breeds (Kacang, Bligon and Etawa Crossbreed Goat and elevation (low, medium and high). The socio-economic were the Break Even Point, B/C ratio, and Net Present Value (NPV) of the farmers. The results showed that Etawa Crossbreed Goat have a highest income to increase the productivity of goats. Moreover, the goat breeding business was profitable when there were minimally 2-3 doe on the assumption that the livestock breeding was intensively managed. In general, the B/C ratio value was bigger than 1 and the NPV was positive, indicated that the goat was feasible because it could provide the breeders with the profit that surpassed the social opportunity cost, which was the used capital production factor. It is recommended that Kacang goats may be developed due to the pure breed and good export opportunity.</p><p>Key words : feasibility study, the keeping system, livestock breed, elevation</p>


Author(s):  
Ulrike La¨uferts ◽  
Charlotte Halbe ◽  
Aliki van Heek

To measure the value of a technology investment under uncertainty with standard techniques like net present value (NPV) or return on investment (ROI) will often uncover the difficulty to present convincing business case. Projected cash flows are inefficient or the discount rate chosen to compensate for the risk is so high, that it is disagreeable to the investor’s requirements. Decision making and feasibility studies have to look beyond traditional analysis to reveal the strategic value of a technology investment. Here, a Real Option Analysis (ROA) offers a powerful alternative to standard discounted cash-flow (DCF) methodology by risk-adjusting the cash flow along the decision path rather than risk adjusting the discount rate. Within the GEN IV initiative attention is brought not only towards better sustainability, but also to broader industrial application and improved financing. Especially the HTR design is full of strategic optionalities: The high temperature output facilitates penetration into other non-electricity energy markets like industrial process heat applications and the hydrogen market. The flexibility to switch output in markets with multi-source uncertainties reduces downside risk and creates an additional value of over 50% with regard to the Net Present Value without flexibility. The supplement value of deploying a modular (V)HTR design adds over 100% to the project value using real option evaluation tools. Focus of this paper was to quantify the strategic value that comes along a) with the modular design; a design that offers managerial flexibility adapting a step-by-step investment strategy to the actual market demand and b) with the option to switch between two modes of operation, namely electricity and hydrogen production. We will demonstrate that the effect of uncertain electricity prices can be dampened down with a modular HTR design. By using a real option approach, we view the project as a series of compound options — each option depending on the exercise of those that preceded it. At each end of the design phase, the viability will be reviewed conditional on the operating spread at each time step. We quantify the value of being able to wait with the investment into a next block until market conditions are favourable and to be able to abandon one block if market conditions are disapproving. To derive the intrinsic value of this multi block HTR design, it will be compared with a reference investment of a full commitment light water reactor without any managerial flexibility. In another case, we raise the question to what extent product output diversification is a suitable strategy to cope with long term market uncertainty in electricity price. What is the value of a multi-potent technology that is able to produce output for energy markets others than the electricity market? To investigate this, we concentrate on The Netherlands, a country with an intense industrial demand in electricity and hydrogen.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document