scholarly journals Perubahan Sensitivitas Kaki pada Diabetes Melitus Tipe 2 Setelah Dilakukan Senam Kaki

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 51-60
Author(s):  
Laras Sri Ningrum ◽  
Tini Wartini ◽  
Isnayati Isnayati

This study aimed to determine the effectiveness of diabetic foot exercises on the sensitivity of the feet of Type 2 Diabetes Mellitus patients. The method used in this study was a descriptive research method with a case study approach. The results showed when measuring the feet' sensitivity after doing leg exercises 2x / day for three days, and there was a change. The change in sensitivity value increases 1-2 points from the maximum point 3. Conclusions The implementation of foot exercises can increase the sensitivity of the foot in type 2 diabetes mellitus patients.   Keywords: Diabetes Mellitus Type 2, Foot Gymnastics, Foot Sensitivity

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1727-1731
Author(s):  
Muhammad Adam ◽  
I Isytiaroh

AbstractDiabetes mellitus is a chronic disease characterized by an increase in blood sugar exceeding 140 mg/dL. The purpose of this case study is to describe a foot care intervention with type 2 diabetes mellitus to improve blood circulation. The design of this scientific paper uses a case study method with the subject of two clients who have type 2 diabetes mellitus with blood sugar above 140 mg/dL in Sidorejo Comal Village. The intervention provided was daily foot care, and it was carried out for four days. Evaluation of this intervention has been proven to reduce blood sugar and increase blood circulation which can be measured by glucometer and Ankle Brachial Index (ABI). The results of this study showed a decrease in blood sugar and an increase in ABI in both clients, client 1 experienced a decrease in blood sugar from 256 mg/dL to 197 mg/dL, the ABI value from 0.81 increased to 0.90 and the second client experienced a decrease in blood sugar. from 318 mg/dL to 195 mg/dL, the ABI value from 0.77 increased to 0.92. The conclusion of this case study shows that foot care can reduce blood sugar and increase ABI in patients with type 2 diabetes mellitus. Suggestions for health workers are expected to provide foot care interventions to reduce blood sugar and increase ABI, in the form of foot care interventions in people with diabetes mellitus. type 2.Keywords: Ankle brachial index, Blood circulation, Diabetes mellitus, Foot care AbstrakDiabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kenaikan gula darah melebihi 140 mg/dL. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan tindakan perawatan kaki dengan diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan sirkulasi darah. Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan subyek dua klien yang mengalami diabetes melitus tipe 2 dengan gula darah diatas 140 mg/dL di Desa Sidorejo Comal. Intervensi yang dilakukan adalahmelakukan perawatan kaki setiap hari dan dilakukan selama empat hari Evaluasi dari tindakan tersebut terbukti dapat menurunkan gula darah dan meningkatkan sirkulasi darah yang dapat diukur dengan glukometer dan Ankle Brachial Index (ABI). Hasil studi ini menunjukan adanya penurunan gula darah dan peningkatkan ABI pada kedua klien,klien 1 mengalami penurunan gula darah dari 256 mg/dL menjadi 197 mg/dL, nilai ABI dari 0,81 meningkat menjadi 0,90 dan klien kedua mengalami penurunan gula darah dari 318 mg/dL menjadi 195 mg/dL, nilai ABI dari 0,77 meningkat menjadi 0,92. Simpulan studi kasus ini menunjukan bahwa perawatan kaki mampu menurunkan gula darah dan meningkatkan ABI pada penderita diabetes melitus tipe 2. Saran bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan tindakan untuk menurunkan gula darah dan meningkatkan ABI berupa tindakan perawatan kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2.Kata kunci: Ankle brachial index, diabetes melitus,perawatan kaki, sirkulasi darah


2015 ◽  
Vol 6 (10) ◽  
Author(s):  
Dharini Krishnan Raj Gururajan ◽  
Abdul Hafez-Baig Srinivas Kondalasamy

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Hafizha Firdaus Al-Fuady ◽  
Bambang Purwanto ◽  
Soebagijo Adi Soelistijo

AbstrakLatar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 menjadi penyebab kematian nomer 3 di Indonesia. Kelebihan berat badan atau lingkar pinggang diatas normal dan kadar HDL-c rendah merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Faktor risiko tersebut dapat diatasi salah satunya dengan olahraga. Senam PERSADIA 1 dirancang khusus untuk pencegahan diabetes. Namun, efek dari senam ini dalam menurunkan lingkar pinggang dan meningkatkan rasio HDL-c LDL-c belum pernah diteliti.Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimen lapangan. Pengaruh Senam PERSADIA 1 terhadap lingkar pinggang dan rasio HDL-c LDL-c dianalisis dengan uji statistik deskriptif, uji normalitas saphiro wilk-test, uji beda berpasangan paired t-test / Wilcoxon-test.Hasil: Penelitian ini melibatkan 12 ibu-ibu PKK Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. Dari hasil analisis, terdapat penurunan rerata lingkar pinggang dan bermakna namun sedikit (p= 0,032), tidak ada peningkatan kadar HDL-c yang bermakna (p= 0,301), terdapat penurunan rerata LDL-c namun belum bermakna (p= 0,755), terdapat peningkatan rerata rasio HDL-c LDL-c namun belum bermakna (p= 0,303).Kesimpulan: Senam PERSADIA 1 dapat menurunkan lingkar pinggang namun sedikit dan belum dapat meningkatkan rasio HDL-c/LDL-c pada wanita secara bermakna menurut statistika. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menambah waktu pelaksaan senam dan mengontrol energy intake subjek penelitian. Kata Kunci:. Diabetes melitus, Senam PERSADIA 1, lingkar pinggang, rasio HDL-c LDL-c, wanita AbstractBackground: Type 2 diabetes mellitus is the third causes of death in Indonesia. Overweight or waist circumference above normal and low HDL-c levels are risk factors for type 2 diabetes mellitus. One of the risk factors can be resolve with exercise. First series PERSADIA exercise is specifically designed for the prevention of diabetes. Howefer, the effect of this exercise in reducing waist circumference and increase ratio HDL-c LDL-c had never been proven.Method: The design of this study was a field experiment. The effect of first series PERSADIA exercise on waist circumference and HDL-c LDL-c ratio was analyzed by descriptive statistical test, saphiro wilk-test for normality test, paired t-test / Wilcoxon-test for different paired test.Result: This study involved 12 Women lived in Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. From the analysis, there was a decrease in mean waist circumference and significant but slightly (p = 0.032), there was no significant increase in HDL-c levels (p = 0.301), there was a decrease in LDL-c mean but it was not significant (p = 0.755), there was an increase in the mean HDL-c LDL-c ratio but it was not significant (p = 0.303).Conclusion: First series PERSADIA exercise has been able to reduce waist circumference but slightly and not able to increase HDL-c / LDL-c ratio significantly in women according to statistics. Further research is needed by increasing the exercise time and controlling the energy intake of subjects. Keywords: diabetes mellitus, first series PERSADIA exercise, waist circumference, HDL-c LDL-c ratio, women 


Author(s):  
Wahyu Sukma Samudera ◽  
Novita Fajriyah ◽  
Ida Trisnawati

Background: Type 2 diabetes mellitus was one of non-communicable diseases that increased of prevalence in word wide, included in Indonesia. Utilization of technology as an effort of increase of diabetes treatment is important for achieving of optimum glycemic control and to prevent of complication of diabetes mellitus. However, intervention for self management in patients with diabetes mellitus at this time still not using technology based mobile health intervention. Purpose: This study aims to verify of effectiveness of mobile health intervention on self management and glycemic control in patient with type 2 diabetes mellitus. Method: Design of this studies was used systematic review of randomized controlled trial with PRISMA approach. Article search was carried out through databases: Scopus, Science Direct, and ProQuest with randomized controlled trial design within last 10 years. Results: The finding showed 407 articles have been obtained. Articles selection process were through few steps: topic selection, full text selection, design of studies and obtained 10 articles have been as appropriate of inclusion criteria. Based on results of finding of 10 articles were showed that mobile health intervention was effective in improving of glycemic control by decreasing hbA1c, fasting blood glucose, 2 hours post pandrial. Furthermore, mobile health intervention was effective in increasing of self management in patient with type 2 diabetes mellitus and increased adherence of diabetes medication. Moreover, mobile health intervention can also improve of insulin level and lipid profile in patient with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Mobile health intervention was effective in improving of glycemic control and self management, and giving of facilitate communication between patient and health providers Keywords: mobile health application; self management; glycemic control; diabetes mellitus ABSTRAK Latar belakang: diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan angka kejadian di dunia, termasuk di Indonesia. Penggunaan teknologi sebagai upaya meningkatkan manajemen diabetes melitus sangatlah penting untuk dilakukan guna mencapai kontrol glikemik optimal dan mencegah komplikasi dari Diabetes Melitus. Namun, manajemen diri pada sebagian besar pasien Diabetes Melitus saat ini masih belum menggunakan bantuan teknologi berbasis mobile health. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi efektivitas dari penggunaan mobile health intervention terhadap manajemen diri dan kontrol glikemik pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Metode: desain dalam penelitian ini adalah systematic review dengan menggunakan pendekatan PRISMA. Pencarian artikel dilakukan pada beberapa database yang meliputi: Scopus, Science Direct dan ProQuest dengan desain Randomized controlled trial dalam 10 tahun terakhir. Hasil: hasil temuan didapatkan sejumlah 407 artikel penelitian. Proses seleksi artikel dilakukan beberapa tahap meliputi: seleksi topik, fullteks, desain artikel penelitian dan didapatkan 10 artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil temuan dari 10 artikel penelitian yang digunakan, menunjukkan bahwa mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik pasien diabetes melalui penurunan kadar hbA1c, gula darah puasa, 2 jam post pandrial. Selanjutnya, mobile health intervention efektif dalam meningkatkan manajemen diri pasien diabetes dan meningkatkan kepatuhan pengobatan. Selain itu, mobile health intervention juga dapat memperbaiki level insulin dan profil lipid pasien diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik dan meningkatkan manajemen diri pasien diabetes melitus serta memudahkan komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan Kata kunci: mobile health application; manajemen diri; kontrol glikemik; diabetes melitus


Author(s):  
Indranila KS

Diabetes Melitus (DM) memerlukan pengendalian glikemia yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan hemoglobinterglikasi (HbA1c). Semakin tinggi kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c), semakin tidak terkendali kadar gula darah pasien DM tipe2. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya proses hiperkoagulasi dan gangguan mikrovaskular maupun makrovaskular. PemeriksaanProtrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) diharapkan dapat mendeteksi secara dini adanya gangguankoagulasi di pasien DM tipe 2. Penelitian potong lintang terhadap 72 orang pasien DM tipe 2 yang berusia diatas 18 tahun diperiksakadar HbA1c dan dikaji koagulasi (PT dan APTT). Pasien dengan penyakit penyerta seperti anemia dan kelainan hemoglobin, keganasanatau kelainan hematologis, pasca bedah, hipertiroid, perempuan hamil, riwayat penyakit hati dan pasien yang mengkonsumsi obatobatanyang mengganggu fungsi koagulasi dikeluarkan dari penelitian ini. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnovdan analisis hubungan menggunakan uji Pearson. Analisis kenasaban terdapat hubungan antara kadar hemoglobin terglikasi denganProthrombin Time negatif lemah (r= -0,179; p=0,132) dan dengan Activated Partial Thromboplastin Time positif sangat lemah (r=0,016;p=0,892). Berdasarkan telitian ini terdapat hubungan negatif lemah yang bermakna antara kadar hemoglobin terglikasi dengan PTdan hubungan positif sangat lemah yang tidak bermakna dengan Activated Partial Thomboplastin Time.


Author(s):  
Dafina Balqis ◽  
Yudhi Adrianto ◽  
Jongky Hendro Prayitno

Strok saat ini menjadi salah satu penyebab utama kematian global. Hubungan antara kejadian strok dengan diabetes telahlama diketahui. Kontrol gula darah, yang dipantau melalui kadar HbA1c, telah menunjukkan hubungan dengan strok dan penyakitkardiovaskular lain. Kajian ini untuk menentukan perbedaan kadar HbA1c antara pasien diabetes melitus tipe 2 dengan dan tanpakejadian strok infark trombotik. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis retrospektif menggunakan rekam medis pasienselama 3,5 tahun. Penelitian ini mengumpulkan data kadar HbA1c dari 443 pasien diabetes melitus tipe 2 kemudian membandingkanrerata kadar HbA1c antara pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian strok trombotik (n=74) dan tanpa kejadian strok trombotik(n=369). Perbandingan tingkat HbA1c juga dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini menemukan reratakadar HbA1c yang tinggi di kedua kelompok sampel (10,49%±2,53% untuk kelompok dengan kejadian strok infark trombotik dan10,44%±2,8% untuk kelompok tanpa kejadian strok infark trombotik) dengan perbandingan sarana p>0,05. Perbandingan yangdilakukan secara terpisah di laki-laki dan perempuan juga menunjukkan hasil yang sama dengan p>0,05. Sebagai simpulan, kadarHbA1c di kedua kelompok penelitian sama-sama tinggi dan tidak ada perbedaan bermakna kadar HbA1c yang ditemukan di pasiendengan diabetes tipe 2 dengan dan tanpa kejadian strok trombotik.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 17-25
Author(s):  
Rima Novia Putri ◽  
Agung Waluyo

Type 2 diabetes mellitus is one of the chronic diseases that has increased globally and is a cause of various organ dysfunction such as diabetic peripheral neuropathy. Early detection of diabetic peripheral neuropathy and identification of risk factors can reduce the morbidity of diabetic peripheral neuropathy. This literature review was written to present the risk factors of diabetic peripheral neuropathy in type 2 diabetes mellitus patients. Literature search was conducted to obtain appropriate articles through the electronic database Medline, Cinahl, Proquest, and Clinical Key with  keywords:  prevalence of diabetic peripheral neuropathy, risk factors and type 2 diabetes mellitus. The results obtained 16 articles according to the topic and through a review, it is known that risk factors of  diabetic peripheral neuropathy in type 2 diabetes mellitus patients are old age, male sex, duration of diabetes mellitus, poor glycemic control, retinopathy, nephropathy, and risk factors of cardiovascular diseases such as: obesity, overweight, hypertension,and  dyslipidemia.


2019 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
Author(s):  
Irma Yanti Rangkuti ◽  
Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan ◽  
Tri Widyawati ◽  
M. Ichwan

Abstrak. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan penyakit berlebihnya pertumbuhan atau tidak terkendalinya perkembangan sel kanker payudara. Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan kelainan genetik berupa mutasi DNA yang menyebakan hilangnya kontrol pertumbuhan. Gangguan genetik ini menyebabkan terganggunya siklus sel dan apoptosis. Metformin merupakan suatu antihiperglikemik yang digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penurunan risiko kanker terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menggunakan metformin. Uji sitotoksik untuk agen anti kanker merupakan uji skrining awal untuk menilai potensi efek anti kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek sitotoksik metformin hidroklorida terhadap pertumbuhan sel kanker payudara T47D. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental uji invitro terhadap sel kanker payudara T47D yang dipaparkan metformin HCl konsentrasi 5000; 2500; 1250; 312.5 dan 156,25 μM selama 24 jam. Sebagai pembanding digunakan paclitaxel konsentrasi 1000; 500; 250; 31,25 dan 15,625 nM. Uji sitotoksik menggunakan metode MTT untuk menentukan IC50.Data dianalaisis menggunakan analisa probit. Hasil : IC50  metformin HCl adalah 13457.3 ± 1096,5 μM. IC50 paclitaxel adalah 1577.2 ± 115.3 nM. Efek anti kanker metformin lebih kecil dibanding paclitaxel. Kata Kunci: Metformin HCl, T47D, uji sitotoksik, IC50 Abstract. Breast cancer is a disease in which there is excessive growth or uncontrolled development of breast tissue cells. Cancer is a disease caused by genetic disorders caused by DNA mutations that cause loss of growth control. This genetic disorder affects the cell cycle and cell apoptosis and causes the formation of cancer. Metformin is an antihyperglycemic in type 2 diabetes mellitus patient. The decrease in cancer risk occured in patients with type 2 diabetes mellitus who used metformin. Cytotoxic test for agent anti cancer  is screening test to investigate the potency cancer effect of substance. The goal of this study was determining the cytotoxic effect of metformin hydrochloride to T47D breast cancer cell. The method : This sudy was experimental study, invitro test to T47D breast cancer cell using metformin HCl 5000; 2500; 1250; 312.5; and 156.25 μM for 24 hours. Paclitaxel used as postiive control with concentration were 1000; 500; 250; 31,25 and 15,625 nM. Cytotoxic test using MTT method to determine IC50. Data were analyzed using probit analysis using SPSS 22 version. The result of cytotoxic test showed that IC50 metformin HCl was 13457.3 ± 1096,5 μM. While IC50 paclitaxel as control was 1577.2 ± 115.3 nM. The effect of cancer metformin HCl was lower than paclitaxel.Keywords: Metformin HCl, T47D, cytotoxic test, IC50


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document