scholarly journals ANALISIS PERILAKU BERISIKO PENULARAN HIV/AIDS DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL PADA TKBM DI PELABUHAN KOTA PADANG

2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 166
Author(s):  
Sri Mindayani

<p>HIV AIDS di Indonesia memiliki risiko tinggi pada populasi Tenaga Kerja Bongkat Muat (TKBM). TKBM merupakan pria potensial pelanggan WPS.  Berdasarkan STBP 2015, kasus HIV/AIDS pada TKBM 2007 (0,8%), 2011 menurun (0,7%) dan 2015 meningkat  (0,82%). Hasil survey awal peningkatan kasus HIV/AID 2014 terdapat 15 kasus, 2015 terdapat 21 kasus dan 2016 terdapat 24 kasus. Tujuan penelitian mengetahui perilaku berisiko penularan HIV/AIDS pada TKBM di Pelabuhan Kota Padang dan faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko penularan HIV/AIDS pada TKBM di Pelabuhan Kota Padang.  Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi 782 orang dan sampel 89 orang. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara umur, pendidikan, suku, tekanan sosial, pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, persepsi dorongan dengan perilaku berisiko penularan HIV/AIDS.</p>

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Muhamad Solikul Hamdani ◽  
Kun Ika Nur Rahayu ◽  
Yeni Lufiana Novita Agnes

Program Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat yang di lakukan untuk menekan penyebaran HIV/AIDS. Tingginya kasus HIV/AIDS di Indonesia salah satunya dikarenakan minta seseorang yang berisiko untuk melakukan pemeriksaan VCT yang masih rendah. Teori Health Belief Model adalah model teoritis yang dapat digunakan untuk memandu promosi kesehatan dan program pencegahan penyakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfatan klinik VCT pada LSL remaja dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM) di Kota Kediri tahun 2020. Pwnwlitian ini termasuk penelitian analiotik korelasi dengan pendekatan Cross sectional. 83 sampel orang dipilih denagn porposive sampling. Variabel Independen variabel meliputi perceived susceptibility, perceived benefits, perceived barrier, perceived seriusnes, dan cues to action. Variabel dependen adalah pemanfaatan layanan VCT. Data di kumpulkan dengan kuesioner dan di analisis dengan sperman rank. Hasil menunjukan bahwa perceived susceptibility dengan pemanfaaatan layanan VCT (p = 0,255), perceived seriousness dengan pemanfaatan layanan VCT (p = 0,241), perceived  benefits dengan pemanfaatan VCT ( p = 0,064), perceived barrier dengan pemanfaatan layanan VCT (p = 0,026), Hubungan cues to action dengan pemanfaatan layanan VCT (p = 0,169). Perceived susceptibility, perceived benefits, perceived seriusnes, dan cues to action tidak memiliki korelasi denagn pemanfaatan layana VCT, perceived barrier memiliki korelasi dengan pemanfaatan layanan VCT. Di saran kan bagi LM untuk sering memberikan informasi kepasa orang-orang beresiko tinggi HIV/AIDS. Kata kunci : VCT, LSL, HIV, HBM


2018 ◽  
Vol 6 (5) ◽  
pp. 949-953 ◽  
Author(s):  
Azar Darvishpour ◽  
Soheila Mazloum Vajari ◽  
Sara Noroozi

BACKGROUND: Breast cancer is the second cause of cancer-related death among women. Prevention programs insist on the early diagnosis and screening to reduce the mortality rate.AIM: The study was conducted to determine the predictors of breast cancer screening behaviours based on the health belief model.MATERIAL AND METHODS: The present cross-sectional study was conducted by involving 304 women ranging from 20 to 65 years of age, living in East Guilan cities, the North of Iran, in 2015 using two-stage cluster sampling. The research instrument was Champion's Health Belief Model Scale. The data were analysed based on Regression test by using SPSS software version 18.RESULTS: The results showed perceived benefits (ExpB = 1.118, p = 0.009), self-efficacy (ExpB = 1.122, p = 0.001) and the perceived barriers (ExpB = 0.851, p = 0.001) as the predictors of breast self-examination. In addition, the study revealed that the two components of perceived benefits (ExpB = 1.202), and the perceived barriers were the predictors of mammography (ExpB = 0.864) (p = 0.001). None of the health belief model components showed a role to predict clinical breast examination (P > 0.05).CONCLUSION: The present study highlights the need for educational programs, which should focus on increasing breast self-exam skills and understanding the benefits of healthy behaviours and eliminating their barriers.


2019 ◽  
pp. 33-43
Author(s):  
Sri Mindayani ◽  
Hilda Hidayat

Data prevalensi Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku Kementerian Kesehatan tahun 2011 ditemukan angka prevalensi HIV dan sifilis di kalangan narapidana yaitu 3% dan 5%. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuianalisis perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dengan pendekatan Health Belief Model (HBM) pada WBP dI LAPAS Kelas IIA Padang.Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – September 2018 Lapas Kelas IIA Padang. Populasi penelitian berjumlah  dengan 1375 orang dan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara persepsi hambatan dan dorongan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada WBP di Lapas Kelas IIA Padang. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi kerentanan, dan persepsi manfaat dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada WBP di Lapas Kelas IIA Padang.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 98-108
Author(s):  
Erna Febriyanti

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia salah satunya. Mahasiswa merupakan kelompok remaja usia produktif dimana pada usia ini rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Usia remaja merupakan  usia mayoritas mahasiswa yang dianggap rentan tertular dikarenakan pengetahuan yang kurang akan bahaya HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa keperawatan. Metode dalam penelitian ini adalah  kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  penelitian adalah mahasiswa keperawatan di Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Sampel penelitian adalah mahasiswa keperawatan yang diambil  dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel 100 responden, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan, persepsi hambatan yang dirasakan, persepsi isyarat untuk bertindak, keyakinan diri (self efficacy) memiliki hubungan yang signifikan dengan pencegahan HIV/AIDS pada mahasiswa Universitas Citra Bangsa dan STIKes Maranatha Kupang. Hasil penelitian ini berguna untuk mahasiswa yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku pencegahan HIV/AIDS serta penyakit menular seksual lainnya. Kata kunci: Faktor- Faktor, Perilaku, Pencegahan, HIV / AIDS.  


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Ni Ketut Alit Armini ◽  
Maria Roswita Loin ◽  
Aria Aulia Nastiti

Introduction: universal coverage immunization achievements that have not reached national targets, including in Puskesmas Kualin, were only 61.5% of the 90% target by 2015. One of the causes of parents' negative perceptions of immunization. The Health Belief Model Theory describes a person's judgment in a healthy way influenced by perceptions about benefits and barriers. This study aims to explain the relationship of perception of benefits and barriers with obedience in implementing of primary immunization to infants. Methods: The study was cross-sectional with the population of mothers with infants aged 12-18 months in the working area of Puskemas Kualin. The sample size of 80 persons was selected using cluster sampling. Independent variable in the study was the perception of benefit and perception of barriers. The dependent variable was the implementation of primary immunization to infants. Data were collected using questionnaire and health monitoring card. Data analysis using Spearman Rho statistic test with significance level α ≤ 0,05. Results: There was a relationship with a positive direction between perception and obedience to the application of primary immunization to infants (p = 0.0001, r=0.428). There was a relationship with a negative direction between the perception of barriers and obedience to the application of primary immunization to infants (p=0.0001, r=-0.525). Conclusion: High perceptions of the benefits and low perceptions of parental barriers are associated with obedience to the implementation of primary immunization to infants. It is expected that parents are diligent to Posyandu every month and health workers visit home for sweeping immunization.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 72-80
Author(s):  
Sardaniah Sardaniah ◽  
Rosita Erawati ◽  
Ririn Zuhriati Oktavia

Kepatuhan pada jadwal pemberian imunisasi dasar merupakan salah satu faktor untuk mencapai UCI (Universal Child Immunization). Selain itu, apabila ibu tidak mematuhi jadwal pemberian imunisasi dasar, maka akan berpengaruh terhadap kekebalan dan kerentanan bayi dari suatu penyakit. Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi di masyarakat adalah perilaku masyarakat tersebut. Salah satu teori perilaku dalam pelayanan kesehatan adalah HBM (Health Belief Model). HBM terdiri dari 3 kategori utama yaitu persepsi individu, faktor modifikasi (terdiri dari usia, pendidikan, sosial-budaya-agama, dan cues to action), dan kemungkinan tindakan (terdiri dari manfaat dan hambatan). HBM masuk dalam salah satu faktor konseptual pengambilan keputusan orang tua dalam pemberian imunisasi pada anaknya. Tujuannya adalah Untuk mengetahui Gambaran Kepatuhan Ibu Membawa Anak Imunisasi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Sidumulyo Kota Bengkulu. Desain Penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian yang dilakukan adalah accidental sampling. Populasinya ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo yang datang untuk imunisasi pada bulan Mei Tahun 2018. sebanyak 20 ibu. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 20 ibu dan yang tereksklusi adalah 3, sehingga tersisa sampel 17 ibu. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner lembar observasi. Hasil penelitian ini, terdapat sebanyak 3 dari 17 (17.6%) ibu tidak patuh dalam pemberian imunisasi dasar pada bayinya. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi yaitu kondisi bayi karena 1 bayi sakit dan 2 jarak tempat tinggal dan tempat pelayanan imunisasi jauh (lagi ada acara keluarga) sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rachmawati (2016), tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi Kepatuhan ibu dalam pemberian imunisasi Dasar pada Balita di dukuh Pilangbangau Desa sepat masaran Sragen, antara lain pengaruh oleh usia ibu, Pendidikan dan Keputusan orang tua dan jarak ketempat pelayanan Kesehatan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepatuhan ibu membawa bayinya untuk imunisasi dipengaruhi oleh Usia ibu, pendidikan orang tua dan Keputusan orang tua untuk itu perlu kerjasam yang baik antara orang tua dan petugas Imunisasi Pusat kesehatan masyarakat (PKM) Sidomulyo Bengkulu. 


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


Author(s):  
Wida Rahma Arwiyantasari ◽  
◽  
Budi Laksana ◽  

Background: HIV is a virus that attacks the white blood cells (lymphocytes). HIV causing Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV/ AIDS has become a global emergency problem. East Java Province is in the top five of the population infected with HIV (8,204) and AIDS (741) and the most dominant are men. This will worsen the situation of women if they are infected pregnant women. This study aimed to analyze the effect of the Health Belief Model approach on the prevention of HIV/ AIDS among pregnant women in Madiun City, East Java. Subjects and Method: This was a cross sectional study conducted in Madiun City, East Java. A total of 80 pregnant women who conducted HIV/ AIDS check was enrolled in this study. The dependent variable was HIV prevention. The independent variables were perceived seriousness, perceived vulnerability, perceived benefit, and perceived barrier. The data were collected using questionnaire and analyzed using multiple logistic regression analysis. Results: There was a positive effect on perceived seriousness (OR = 8.43; 95% CI=1.38 to 51.4; p = 0.021), perceived vulnerability (OR = 8.36; 95% CI=1.06 to 65.9; p = 0.044), perceived benefit (OR = 12.6; 95% CI=1.37 to 115.5; p = 0.025) on the prevention of HIV/ AIDS among pregnant women and it was statistically significant. There was a negative effect on perceived barrier (OR = 0.13; 95% CI=0.02 to 0.86; p = 0.034) and it was statistically significant. Conclusion: Perceived seriousness, perceived vulnerability, perceived benefit, and perceived barrier influence pregnant women in taking HIV/ AIDS prevention. Keywords: health belief model, HIV / AIDS, pregnant women Correspondence: Wida Rahma Arwiyantasari. Academy of Midwifery, Muhammadiyah Madiun. Jl. Lumbung Life No. 2A Ex. Ngegong Kec. Manguharjo, Madiun City. Email: [email protected]. Mobile: 085736709597.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document