scholarly journals EDUKASI PERAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN COVID-19 PADA SISWA SMA/SMK DI MALANG

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 102-104
Author(s):  
Anggraini Dwi Kurnia ◽  
Nur Melizza ◽  
Nur Lailatul Masruroh ◽  
Yoyok Bekti Prasetyo
Keyword(s):  

COVID 19 merupakan penyakit yang bisa menyerang semua kalangan tak kecuali dengan remaja. Remaja yang terserang COVID 19, neniliki gejala ringan bahkan cenderung orang tanpa gejala. Sehingga sangat rentan untuk melakukan penyebaran COVID 19 jika tidak melakukan protocol Kesehatan dengan baik dan benar Tujuan dari pengabdian adalah meningkatkan pengetahuan peran remaja dalam melakukan pencegahan COVID 19 pada siswa siswi SMA/SMK se Malang Raya. Metode yang dilaksanakan yakni bekerja sama dengan prodi Keperawatan D3 Universitas Muhammadiyah Malang dengan melakukan zoominar dengan sasaran siswa SMK/SMA. Evaluasi yang dilakukan dengan cara memberikan post test setelah pemberian edukasi. Hasil yang didapatkan dengan cara memberikan posttest setelah pemberian edukasi, dengan hasil pengetahuan tentang peran remaja dalam melakukan pencegahan COVID 19 pada siswa siswi SMA/SMK se Malang Raya meliputi: kurang (4%), pengetahuan cukup (60%), dan baik (36%). Setelah dilakukan zoominar, pemahaman siswa dalam peran remaja dalam melakukan pencegahan COVID 19 mengalami peningkatan. Hal ini diperlukan mengingat remaja menjadi role model bagi temannya.

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 116
Author(s):  
Rohayati Rohayati ◽  
Etty Rekawati ◽  
Poppy Fitriani

Prevention of obesity should start early because obesity in children can continue into adulthood. Consumption of vegetables and fruit according to the recommendations is proven to prevent obesity from an early age. The role model of parents is very important in shaping the behavior of eating fruits and vegetables in preschool children. The aim of study to determine the effect of online and face-to-face health education methods on the role models of parents in consuming fruits and vegetables. The study used a quasi-experimental design pre-post-test without a control group. The number of samples was 115 parents of students spread across 5 kindergarten schools. The results showed 49.6% of parents have graduated from high school with an income of 52.7% above the minimum wage. The results of statistical tests showed that there was an effect of online and face-to-face health education methods on the role models of parents in eating vegetables and fruit with their children (17.92 ± 4.61, p = 0.00, 95% CI). Health education using online and face-to-face methods can be an intervention in increasing parental role models of fruit and vegetable consumption.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Khairun Nisa Berawi
Keyword(s):  

Berdasarkan survei yang dilakukan Kemenkes RI melalui riskesdas didapatkan prevalensi balita stunting di Indonesia meningkat dari 36,8% (2007) menjadi 37,2% tahun 2013. Kabupaten Lampung Tengah, Lampung didapatkan kejadian stunting paling tinggi yaitu 52,7% berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015. Penurunan prevalensi balita stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan. Stunting terjadi akibat kurangnya asupan dan penyerapan nutrisi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan dan merupakan masalah multifaktorial. Stunting memerlukan kerjasama lintas institusi termasuk managemen kesehatan keluarga yang membutuhkan peran ibu sebagai pengelola rumah tangga. Peningkatan perilaku sehat ibu diharapkan mampu meningkatkan status gizi dan kesehatan balita untuk mencegah stunting pada Balita. Kegiatan dilaksanakan melalui penyuluhan mengenai managemen balita sehat dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu ibu PKK di Kecamatan Bangun Rejo, Lampung Tengah, yang diharapkan menjadi role model ibu sehat. Hasil pengabdian didapatkan peningkatan pengetahuan peserta berdasarkan hasil pre test diketahui 50, 55% peserta mempunyai pengetahuan kurang dan 49,45% peserta telah memiliki pengetahuan yang cukup dan hasil post test, diketahui bahwa 20% peserta cukup paham, 50% telah memiliki pengetahuan yang baik dan 30% sangat baik. Diharapkan peningkatan pengetahuan dan edukasi yang diberikan akan membantu peningkatan perilaku sehat ibu sehingga mampu mencegah stunting pada balita.     Kata kunci: Balita stunting, managemen kesehatan keluarg, status gizi dan kesehatan balita


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 42-49
Author(s):  
Ema Hikmah ◽  
Parta Suhanda
Keyword(s):  
T Test ◽  
P Value ◽  

Perilaku asertif tidak bisa.dibentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara terus menerus melalui role model, baik di rumah oleh orangtua, di sekolah oleh guru dan teman sebaya. Perilaku yang terjadi pada anak, yang sifatnya menyimpang harus di evaluasi agar guru dan orangtua dapat mengatasi sedini mungkin sehingga  perilaku tersebut dapat berubah kearah yang lebih baik. Data menyebutkan 84% anak Indonesia mengalami kekerasan (bullying) baik fisik maupun psikis. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui pengaruh terapi asertif terhadap kecenderungan perilaku bullying.  Tempat penelitian adalah di SMPN 1 Rajeg Kabupaten Tangerang periode Juni sampai Nopember  2016. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimen. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 84 siswa dengan rincian 43  orang kelompok control dan 41  orang kelompok intervensi. Desain kuasi-eksperimen dalam penelitian menggunakan tipe onegroup design dengan pre dan  post test. Analisi bivariat yang digunakan adalah t-test independent. Hasil penelitian pada kelompok intervensi diketahui ada penurunan kecenderungan perilaku bullying  yaitu nilai rerata sebelum dilakukan terapi asertif yaitu 45,8 dengan standar deviasi 5,286 dan setelah dilakukan terapi asertif  adalah 40,71 dengan standar deviasi 5,098  dengan p value=0,000 α=0,05. Hasil yang signifikan pada penelitian ini menunjukan bahwa hal ini bermakna apabila terapi asertif dilakukan maka kecenderungan perilaku bullying akan menurun.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 184
Author(s):  
Ahmadi Nur Huda ◽  
Ika Buana Januarti ◽  
Siti Maesaroh

AbstrakMahasiswa program terminasi Fakultas Kedokteran UNISSULA adalah mahasiswa yang masa studinya tinggal satu semester, untuk membantu mahasiswa agar dapat menyelesaikan studinya dengan baik, maka penting dilakukan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) intervensi psikososial sehingga mahasiswa yang terkena ketentuan terminasi dapat meneriman kenyataan yang ada dan merasa optimis. Artikel dibuat untuk mengetahui data demografi mahasiswa dan kondisi psikososial mahasiswa dalam menerima ketentuan terminasi. Metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan mahasiswa terminasi hasil yudisium periode genap tahun akademik 2017 selanjutnya diberikan PKM intervensipsikosial, ceramah motivasi belajar, tujuan hidup manusia, role model oleh mahasiswa lain yang telah berhasil studinya, rencana kedepan dan komitmen bersama, selanjutnya diberikan post tes untuk mgetahui hasil intervensi psikososial yang telah diberikan. Hasil dari studi ini adalah bahwa terdapat lima belas (15) mahasiswa terminasi yang mengikuti PKM� intervensi psikososial, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki ada 9 mahasiswa (60 %), alamat terbanyak di Jawa Tengah ada 10 mahasiswa (66,7 %), tempat tinggal terbanyak rumah sendiri ada 8 mahasiswa (53,3 %), keinginan masuk Fakultas Kedokteran terbanyak adalah keinginan sendiri ada 7 mahasiswa (46,7 %), menyukai Fakultas Kedokteran ada 14 mahasiswa (93,3 %), tahun masuk ke Fakultas Kedokteran terbanyak tahun 2009 ada 11 mahasiswa (73,3 %). Setelah dilakukan PKM� intervensi psikososial didapatkan mahasiswa sangat membutuhkan akan adanya intervensi, intervensi psikososial sangat membantu memahami permasalahan mahasiswa, intervensi psikososial sangat membantu membawa perubahan pikiran dan perasan lebih baik, intervensi psikososial sangat bermanfaat dan sangat membantu menyelesaikan permasalahan mahasiswa. Mengetahui kondisi mahasiswa dalam menerima ketentuan terminasi, memberikan solusi, dukungan emosional dan pemahaman bahwa di balik permasalahan pasti ada hikmahnya.�Kata kunci: intervensi psikososial; mahasiswa terminasi; FK UNISSULA.��AbstractUNISSULA Faculty of Medicine termination program students are students who have only one semester of study period, to help students to be able to complete their studies well, it is important to do a Community Service Program (PKM) for psychosocial interventions so that students affected by termination provisions can accept the existing reality and feel optimistic . The article was made to find out student demographic data and student psychosocial conditions in accepting termination provisions. The method used is to collect students termination results of the 2017 academic year even period later given PKM social psychological intervention, learning motivation lectures, human life goals, role models by other students who have successfully studied, future plans and joint commitment, then given a post-test to find out the results of psychosocial interventions that have been given. The results of this study are that there were fifteen (15) termination students who took the PKM psychosocial intervention, the most gender was 9 male students (60%), the highest address in Central Java there were 10 students (66.7%), most of their own homes have 8 students (53.3%), the most desires to enter the Faculty of Medicine are 7 students (46.7%) of their own desires, like the Faculty of Medicine there are 14 students (93.3%), the year of entering the Faculty In 2009 there were 11 students (73.3%). After PKM psychosocial intervention was found, students really needed an intervention, psychosocial intervention really helped to understand students' problems, psychosocial intervention really helped bring a change of mind and feel better, psychosocial intervention was very useful and really helped solve student problems. Knowing the condition of students in accepting termination provisions, providing solutions, emotional support and understanding that behind the problem there must be a silver lining.�Keywords: psycho-social intervention; termination program; FK UNISSULA.


2020 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Healthy Seventina Sirait

Tingkat pengetahuan pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa setiap tahunnya dalam kategori kurang khususnya dalam pengelolaan diet nutrisi. Peran perawat sebagai role model health education dan salah satu tindakan non farmakologi dengan memberikan edukasi nutrisi tentang pengelolaan diet nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi nutrisi terhadap tingkat pengetahuan tentang pengelolaan diet nutrisi pada pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon. Jenis penelitian menggunakan Pre-test dan post-test without control group design dengan satu kelompok. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 36 responden dengan diberikan perlakuan edukasi nutrisi. Instrument penelitian yang digunakan berupa kuesioner pengelolaan diet nutrisi. Hasil penelitian ini didapatkan setelah melakukan intervensi selama 3 minggu, uji beda berpasangan non parametik independent menunjukan bahwa nilai p-value 0,000. Edukasi nutrisi memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat pengetahuan tentang pengelolaan diet nutrisi. Edukasi nutrisi mempunyai pengaruh perubahan terhadap tingkat pengetahuan pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialisa terhadap pengelolaan diet nutrisi dapat direkomendasikan intervensi dan diaplikasikan sebagai salah satu edukasi yang diberikan pada pasien yang menjalani hemodialisa. Kata kunci: Pengetahuan, Edukasi pengelolaan diet nutrisi CKD.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Andi Asnifatima ◽  
Andres Derryl Martin ◽  
Satvica Kalbu
Keyword(s):  

Sebagian besar sampah rumah tangga tidak terkelola dengan baik sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan, media perkembangbiakan dan penularan penyakit. Masalah serupa yang dihadapi oleh warga Kelurahan Bojongkerta, Kec. Bogor Selatan, Kota Bogor, yakni rendahnya tingkat partisipasi warga dalam mengelola sampah rumah tangga sehingga banyak timbulan sampah dan pembakaran sampah terbuka, hal ini bisa memicu terjadinya pencemaran udara dan penyakit yang mengganggu saluran pernapasan sehingga tujuan umum dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan partisipasi aktif dan peran serta masyarakat dalam mengolah sampah rumah tangga yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi dampak buruk sampah rumah tangga baik terhadap kesehatan masyarakat maupun terhadap kesehatan lingkungan. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk memberikan  pemahaman yang benar dan alternatif solusi yang sederhana, murah dan mudah  diaplikasikan dalam kehidupan seharai-hari dalam mengurangi dan mengolah sampah yang dihasilkan dari sisa aktivitas domestik melalui pendekatan dengan metode pemicuan yakni mendorong perubahan perilaku dengan memberikan pengetahuan dan pelatihan berupa workshop pengolahan sampah mandiri agar warga memiliki alternatif dalam mengolah sampah rumah tangga yang sifatnya kering (baik organik dan anorganik) yaitu dengan insenerasi sederhana minim asap (Insema) sehingga bisa mengurangi dampak pencemaran akibat pembakaran sampah. Metode evaluasi dalam kegiatan ini adalah pre dan post test sebelum dan sesudah kegiatan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku peserta. Hasil yang dicapai menunjukkan peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku peserta dalam mengolah sampah rumah tangga mandiri dengan insenerasi sederhana minim asap (Insema) sebelum dan sesudah workshop. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan perilaku warga dalam mengolah sampah secara mandiri berbasis rumah tangga. Diharapkan kegiatan ini bisa membentuk pola pikir, pemahaman, sikap dan prilaku hidup bersih dan sehat bagi tokoh masyarakat dan aparat kelurahan/desa yang nantinya akan menjadi role model (panutan) bagi warga disekitarnya.


2016 ◽  
Vol 30 (4) ◽  
pp. 213-225 ◽  
Author(s):  
Helvi Koch ◽  
Nadine Spörer
Keyword(s):  

Zusammenfassung. Ziel war es, die Effektivität zweier Interventionen zur Förderung der Lesekompetenz von Fünftklässlern zu untersuchen. Beide Treatments wurden von Regellehrkräften implementiert. Die eine Intervention war das reziproke Lehren, welches um Selbstregulationsprozeduren angereichert wurde (RT+SRL). Die zweite war eine von Lehrkräften konzipierte lesestrategiebasierte Unterrichtseinheit (Good Practice, GP). Zusätzlich gab es eine No-Treatment-Kontrollgruppe (KG0). Insgesamt nahmen an der Studie N = 244 Schüler teil. Im Rahmen eines Pre-, Post-, Follow-Up-Test-Untersuchungsplans kamen standardisierte Leseverständnisaufgaben, selbstkonstruierte Lesestrategieaufgaben und eine Selbstwirksamkeitsskala zum Einsatz. Kontrastierende Einzelvergleichsanalysen ergaben, dass sich die Schüler der Treatmentbedingung RT+SRL im Vergleich zu den Schülern der Kontrollgruppe zum Post-Test signifikant stärker im Leseverständnis, in der Lesestrategieanwendung und in der Selbstwirksamkeit verbesserten. Gleiches galt für die Lesestrategieanwendung zum Follow-Up-Test. Schüler der Bedingung GP konnten im Vergleich zu KG0-Schülern weder zum Post- noch zum Follow-Up-Test vorteilige Ergebnisse in den drei Kriteriumsmaßen erzielen.


2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 44-57
Author(s):  
Anke Buschmann ◽  
Bettina Multhauf

Zusammenfassung. Das Ziel vorliegender Studie bestand in einer Überprüfung der Akzeptanz und Teilnehmerzufriedenheit eines Gruppentrainings für Eltern von Kindern mit Lese- und/oder Rechtschreibschwierigkeiten. Zudem sollten erste Indikatoren bezüglich der Wirksamkeit des Programmes untersucht werden. Dazu wurden Daten von 25 Müttern zu 2 Messzeitpunkten (Post-Test, 3-Monats-Follow-up) analysiert. Die Probandinnen nahmen über einen Zeitraum von 3 Monaten an 5 Sitzungen des Programms «Mein Kind mit Lese- und Rechtschreibschwierigkeiten verstehen, stärken und unterstützen: Heidelberger Elterntraining zum Umgang mit LRS» teil. Ein Paper-Pencil-Fragebogen diente zum Post-Test der Erhebung von Teilnahmeparametern, der Zufriedenheit mit dem Training, der Relevanz einzelner Themen und der wahrgenommenen Veränderungen in wichtigen Zielbereichen. Zusätzlich kam eine für das Gruppensetting adaptierte Form des Goal Attainment Scaling zum Einsatz, um das Erreichen persönlich relevanter Ziele unmittelbar nach dem Training sowie 3 Monate später zu erfassen. Die Analyse des Fragebogens zeigte eine hohe Partizipationsbereitschaft der Mütter. Die Rahmenbedingungen des Trainings (Gruppengröße, Dauer des Trainings und der Sitzungen) sowie die didaktischen Methoden wurden als ideal und die Themen als relevant eingeschätzt. Die Mütter sahen sich in der Lage, die Inhalte im Alltag anzuwenden und nahmen positive Veränderungen hinsichtlich Einfühlungsvermögen, Unterstützung des Kindes, Hausaufgabensituation und Beziehung zum Kind wahr. Das Ausmaß des Erreichens individueller Ziele zum Post-Test variierte je nach Zielbereich: Einfühlen und Verstehen (75 %), Optimierung der Hausaufgabensituation (76 %), Unterstützung psychosozialer Entwicklung (86 %), Lese-Rechtschreibförderung (60 %) und war auch 3 Monate später noch vergleichbar hoch. Die Überprüfung der Wirksamkeit hinsichtlich einer Belastungsreduktion und Kompetenzstärkung seitens der Eltern erfolgt aktuell im Vergleich zu einer unbehandelten Kontrollgruppe.


Methodology ◽  
2019 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 97-105
Author(s):  
Rodrigo Ferrer ◽  
Antonio Pardo

Abstract. In a recent paper, Ferrer and Pardo (2014) tested several distribution-based methods designed to assess when test scores obtained before and after an intervention reflect a statistically reliable change. However, we still do not know how these methods perform from the point of view of false negatives. For this purpose, we have simulated change scenarios (different effect sizes in a pre-post-test design) with distributions of different shapes and with different sample sizes. For each simulated scenario, we generated 1,000 samples. In each sample, we recorded the false-negative rate of the five distribution-based methods with the best performance from the point of view of the false positives. Our results have revealed unacceptable rates of false negatives even with effects of very large size, starting from 31.8% in an optimistic scenario (effect size of 2.0 and a normal distribution) to 99.9% in the worst scenario (effect size of 0.2 and a highly skewed distribution). Therefore, our results suggest that the widely used distribution-based methods must be applied with caution in a clinical context, because they need huge effect sizes to detect a true change. However, we made some considerations regarding the effect size and the cut-off points commonly used which allow us to be more precise in our estimates.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document