scholarly journals HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS DI KLINIK MARDI WALUYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 163-169
Author(s):  
Resti Arania ◽  
Tusy Triwahyuni ◽  
Toni Prasetya ◽  
Sekar Dwi Cahyani

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi disaat tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup yaitu hormon tubuh yang dapat mengatur gula dalam darah yang disebabkan karena adanya gangguan pada pankreas, atau kondisi dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi oleh tubuh. Diabetes mellitus adalah salah satu dari 4 penyakit tidak menular yang perlu ditindak lanjuti. Faktor resiko penyakit tidak menular khususnya diabetes ini seringkali  berkaitan dengan gaya hidup, angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular seperti  diabetes mellitus ini lebih sering terjadi di negara yang berkembang dibanding negara yang maju. Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya hubungan antara pekerjaan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes  mellitus di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah tahun 2020. Metode Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross  sectional, data yang diperoleh berupa data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien  diabetes mellitus dan data primer berupa kuesioner Aktivitas Fisik. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2020 hingga Februari 2021. Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Lemeshow dengan populasi tidak diketahui sehingga mendapatkan 126 sampel.Analisis  yang akan digunakan adalah analisis bivariat dengan uji Korelasi Spearman.  Hasil yang didapat Dari 126 responden suspect diabetes mellitus, sebanyak 93 orang responden mengalami diabetes mellitus (73,8%). Dari 93 orang responden yang mengalami diabetes mellitus, sebanyak 47 orang responden beraktivitas fisik rendah (94,0%) dengan nilai (p=0000) dan sebanyak 42 orang responden (89,4%) tidak memiliki pekerjaan dengan nilai (p=0.002). Kesimpulan pada penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara pekerjaan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus di Klinik Mardi Waluyo Lampung Tengah tahun 2020.

2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Marlia Alief Rachmawati ◽  
Handayani . ◽  
Adyan Donastin

Abstrak: Diabetes Mellitus tipe II adalah penyakit kronis mengalami resistansi terhadap aksi insulindan ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin. DM tipe II sendiri mendudukiperingkat ke-2 di dunia dengan penderita terbanyak Pola makan yang buruk dan kurangnya olahragadapat memengaruhi terjadinya DM tipe II. Perkembangan pola makan yang salah arah saat inimempercepat peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Pada saat tubuh melakukan gerakan,maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalamtubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Penelitian inibertujuan adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dan kebiasaan olahraga dengan kadargula penderita Diabetes Mellitus II pada penderita Diabetes Mellitus II di RSI Jemursari Penelitianini dilakukan dengan metode survey atau observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampelyang diambil sebanyak 24 pasien. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DiabetesMellitus Tipe 2 yang menjalani rawat jalan pada poli penyakit dalam, namun dibatasi dengankriteria inklusi dan eksklusi yang penulis buat. Dari 24 pasien, pada hubungan pola makan dengankadar gula darah sebanyak 13 pasien (54,2%) mempunyai kadar gula tidak tinggi. 11 pasien (45,8%)mempunyai kadar gula tinggi. Dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p=1,000 (p>0,05). Makadapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pola makan dan kadargula. Serta hubungan olahraga dengan kadar gula darah sebanyak 13 pasien (54,2%) mempunyaikadar gula tidak tinggi. 11 pasien (45,8%) mempunyai kadar gula tinggi. Dengan hasil uji statistikdidapatkan nilai p=0,432 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidaksignifikan antara olahraga dan kadar gula.


Diabetes ◽  
2018 ◽  
Vol 67 (Supplement 1) ◽  
pp. 2393-PUB
Author(s):  
KENICHIRO TAKAHASHI ◽  
MINORI SHINODA ◽  
RIKA SAKAMOTO ◽  
JUN SUZUKI ◽  
TADASHI YAMAKAWA ◽  
...  

Author(s):  
Singam Sivasankar Reddy ◽  
Syeda Rahath ◽  
Rakshitha H N ◽  
Godson K Lal ◽  
Swathy S ◽  
...  

The objective of the study was to evaluate the risk of diabetes mellitus in elderlywith age above 20 years in a hospital setting using Indian Diabetes risk score and to provide patient counselling regarding their life style modifications and health related quality of life among participants with high risk of developing diabetes.A total of 125 non diabetic patients were interviewed with a pre designed selfstructured questionnaire (IDRS). Participants were chosen voluntarily and a written consent was obtained before the administration of the questionnaire from individual patients. In our study we observed that out of 125 patients,males 26[59%]and 18[41%] females were at high risk, males 39[58.2%] and 28[41.8%] females were at moderate risk, males 5[35.7%] and 9[64.3%] females were at low risk of developing diabetes mellitus.


2017 ◽  
pp. 141-151
Author(s):  
Andrew Ruspanah

Pendahuluan. Benign Postate Hiperplasia (BPH) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada pria lansia yang disebabkan oleh penuaan. Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan jaringan nodul fibroadenomatosa pada prostat. Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit yang tersering kedua setelah batu saluran kemih didapatkan secara klinis di Indonesia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian Benign Prostate Hyperplasia (BPH) grade IV di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon periode 2012-2014. Metode. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik desain Cross-Sectional, dengan menggunakan catatan medis data di ruang operasi di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012-2014 dan memperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 239, yang diambil dengan teknik total sampling. Analisis dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil yang di temukan dalam penelitian ini bahwa kejadian BPH lebih besar pada mereka yang berusia> 65 tahun dan 56-65 tahun dibandingkan dengan usia 46-55 dan <46 tahun dengan hasil tes menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan BPH dengan nilai (p= 0,000), ada hubungan antara obesitas dengan nilai BPH (p=0,019) dan riwayat diabetes mellitus setelah menggunakan uji Chi-Square, hubungan antara riwayat diabetes mellitus dengan BPH dengan nilai (p = 0,000). Kesimpulan. Ada hubungan antara umur, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian BPH.


Jurnal JKFT ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Imas Yoyoh ◽  
Imam Mutaqqijn ◽  
Nurjanah Nurjanah

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke tungkai, yang dapat berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 54 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan kaki dan lembar observasi tentang risiko ulkus kaki diabetes. Uji analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian sebanyak 54 responden didapatkan data kategori perawatan kaki baik dengan risiko ulkus rendah sebanyak 14 responden (58,3%). Sedangkan kategori perawatan kaki kurang baik dengan risiko ulkus tinggi sebanyak 21 responden (70,0%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,267 artinya perawatan kaki yang kurang baik mempunyai peluang 3,267 kali untuk risiko tinggi ulkus. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. 


2017 ◽  
pp. 35-44
Author(s):  
Dinh Toan Nguyen

Background: Studies show that diabetes mellitus is the greatest lifestyle risk factor for dementia. Appropriate management and treatment of type 2 diabetes mellitus could prevent the onset and progression of mild cognitive impairment to dementia. MoCA test is high sensitivity with mild dementia but it have not been used and studied widespread in Vietnam. Aim: 1. Using MoCA and MMSE to diagnose dementia in patients with type 2 diabetes mellitus. 2. Assessment of the relationship between dementia and the risk factors. Methods: cross-sectional description in 102 patients with type 2 diabetes mellitus. The Mini-Mental State Examination(MMSE) and the Montreal Cognitive Assessment (MoCA) were used to assess cognitive function. The diagnosis of dementia was made according to Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Results: The average value for MoCA in the group of patients with dementia (15.35 ± 2.69) compared with non-dementia group (20.72 ± 4.53). The sensitivity and specificity of MoCA were 84.8% and 78.3% in identifying individuals with dementia, and MMSE were 78.5% and 82.6%, respectively. Using DSMIV criteria as gold standard we found MoCA and MMSE were more similar for dementia cases (AUC 0.871 and 0.890). The concordance between MoCA and MMSE was moderate (kappa = 0.485). When considering the risk factors, the education,the age, HbA1c, dyslipidemia, Cholesterol total related with dementia in the type 2 diabetes. Conclusion: MoCA scale is a good screening test of dementia in patients with type 2 diabetes mellitus.When compared with the MMSE scale, MoCA scale is more sensitive in detecting dementia. Key words: MoCA, dementia, type 2 diabetes mellitus, risk factors


2019 ◽  
pp. 34-40
Author(s):  
Thi Bich Ngoc Hoang ◽  
Hai Thuy Nguyen

Introduction: Lower urinary tract dysfunctions secondary to type 2 DM are common, chronic and costly disorders. The incidence of diabetic bladder dysfunction was estimated range between 43% and 87% for type 1 and 25% for type 2 diabetes. Ultrasonography is an easy-to-use, fast, safe, non-invasive, painless, pleasant and valuable method of assessing Bladder Post-Void Residual Volume (PVR). Aim: To investigate prevalence of bladder dysfunction and its relation with risk factors, clinical features of diabetic cystopathy in women with diabetes, to identify the values predicting to have postvoid residual volume of the risk factors. Methods: A cross sectional descriptive study, a cohort of 84 female inpatients and outpatients with diabetes mellitus who were treated at Hue University of Medicine and Pharmacy Hospital from 08/2017 to 08/2019 and 84 healthy control subjects were enrolled, the patients were carried out clinical finding, taken blood tests, and estimated postvoid residual volume using 2D ultrasound. Results: the postvoid residual volume was presented in 67 cases (79.80%), the clinical symptoms of diabetic cystopathy were reported in 75% of women with diabetes. Blood glucose, HbA1c, clinical symptoms of diabetic cystopathy, postural hypotension and diabetic peripheral neuropathy were associated with postvoid residual volume. The HbA1c level had a great capability to predict who had postvoid residual volume, at HbA1c cutoff value of 9.1%, Se 65.67%, Sp 94.12%, AUC 0.811, p < 0.001. Conclusion: Bladder dysfunction made up a highly prevalent in women with poor glycemic control. Key words: bladder dysfunction, diabetic cystopathy, bladder postvoid residual volume (PVR)


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document