scholarly journals STUDI CASE CONTROL : PEMANTAUAN PERTUMBUHAN, PEMBERIAN MAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STUNTING PADA ANAK PANTI ASUHAN DI KOTA SEMARANG

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 160-172
Author(s):  
Anom Dwi Prakoso ◽  
Akhmad Azmiardi ◽  
Gabriela Advitri Febriani ◽  
Ayu Anulus

Penurunan angka stunting masih menjadi priotitas utama dalam rangka tujuan pembangunan nasional. Indonesia menjadi Negara kedua dengan angka kasus stunting tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah kamboja.  Hasil survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak di Indonesia  terbukti mengalami stunting. Hal ini merupakan masalah serius mengingat sumberdaya yang paling berharga bagi suatu negara adalah sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara pemantauan pertumbuhan dan pemberian makan oleh pengasuh dengan kejadian stunting pada anak panti asuhan di Kota Semarang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik melalui pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak panti asuhan di Kota Semarang. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 48 anak stunting sebagai kelompok kasus dan 48 anak normal sebagai kelompok kontrol dengan rentang usia 8-18 tahun dan diambil secara Purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, microtoise dan aplikasi WHO Antro Plus. Analisis data diolah dengan spss menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan pemantauan pertumbuhan oleh pengasuh tergolong kurang baik (51.04%) dan pemberian makan tergolong kurang baik (54,17%). Uji statistik menunjukkan bahwa kejadian stunting memiliki hubungan yang signifikan dengan pemantauan pertumbuhan (p=0.025) dan pola pemberian makan (p=0.001). Diperlukan pemantauan kesehatan rutin dan edukasi dari petugas puskemas kepada pengasuh tentang cara menentukan status gizi anak dan pola asuh gizi yang benar dan baik.    

2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Hasanah Nurbawena ◽  
Martono Tri Utomo ◽  
Esti Yunitasari

AbstrakLatar belakang : Kejadian stunting merupakan salah satu  masalah gizi pada anak yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Cut off point  kejadian stunting tidak boleh lebih dari 20%, sedangkan jumlah kejadian stunting di Surabaya sebanyak 22,8%. Salah satu penyebab tingginya kejadian stunting yaitu penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat sakit dengan kejadian stunting pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan rancang penelitian case control. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 balita dengan usai 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Sampel penelitian balita stunting merupakan kelompok kasus dan balita non-stunting merupakan kelompok kontrol. Pengambilan data untuk kelompok kasus menggunakan purposive sampling dan pada kelompok kasus menggunakan matching sampling dengan menyesuaikan usia bayi dan jenis kelamin pada kelompok kasus. Pengumpulan data mengguanakan instrumen kuisioner. Uji statistik menggunakan chi square Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan balita stunting memiliki riwayat sakit sebanyak 90%, sedangkan pada balita non-stunting sebanyak 45%. Uji statistik menggunakan mengenai hubungan riwayat sakit dengan kejadain stunting pada balita dengan uji Chi square didapatkan hasil yang signifikan yaitu p=0,002 (<0,05) dan OR 4,889. Kesimpulan : Balita stunting memiliki riwayat sakit lebih sering daripada balita non-stunting.AbstractBackground: . The incidence of stunting is one of the nutritional problems in children who have a high prevalence in Indonesia. The cut off point for stunting events should not be more than 20%, while the number of stunting events in Surabaya is 22.8%. One of the causes of the high incidence of stunting is an infectious disease. This study aimed to determine the relationship of a history of illnes with the incidence of stunting in infants. Method: This research was an observational analytic study using a case control research design. The number of samples were 40 toddlers (20 toodlers with stunting and 20 toodlers with non-stunting) aged 24-36 months in the working area of the Simomulyo Primary Health Care in Surabaya. The stunting toddlers belonged to a case group and non-stunting toddlers belonged to a control group. Data collection of case group had used purposive sampling and that control group used matching sampling by adjusting the baby's age and gender in the case group. Data was obtained by questionnaire instrument.Data was analysis by Chi square Results: The persentage of stunting toddlers who had a history of illness was 90%, while the non-stunting toddlers had a history of illness was 45%. There was relationship between the history of infectious diseases and the occurrence of stunting in toodler p=0,022 (<0,05) and OR=4,338. Conclusion: Stunting toddlers have a history of pain more often than non-stunting toddlers 


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Eni Yuliawati

<p>Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. <em>Stunting</em> di Asia Tenggara tahun 2015 sebanyak 59 juta anak, sedangkan di Afrika 60 juta anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan dan jaminan kesehatan dengan kejadian stunting di Kabupaten Mentawai. Jenis penelitian  ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi penelitian berjumlah 2955 anak sampel dalam penelitian ini anak usia 24-59 bulan di kabupaten kepulauan Mentawai. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu inisiasi menyusu dini dengan P value 0.004 (OR: 11.11), keanekaragaman makanan P value 0.004 (OR:11.11) dan jaminan kesehatan P value 0.79 kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan sedangkan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan kejadian stunting.</p><p> </p>


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 128
Author(s):  
Asyaul Wasiah

ABSTRAKKanker serviks adalah kondisi suatu penyakit dengan ciri pertumbuhan sel dan penyebaran sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Faktor risiko terjadinya kanker serviks salah satunya paritas > 3. Paritas adalah banyaknya bayi hidup yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan paritas terhadap kejadian kanker serviks di RSUD dr.Soegiri Kabupaten Lamongan. Jenis  penelitian merupakan observasional analitik dengan desain penelitian case control. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr.Soegiri Lamongan pada bulan Oktober 2019. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 data rekam medis dengan teknik purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis univariat diketahui jumlah paritas < 3 sebanyak 47 sampel dengan persentase 69,1% dan paritas > 3 sebanyak 21 sampel dengan persentase 30,9%. Hasil analisis bivariat antara paritas dengan kejadian kanker serviks didapatkan hasil (p = 0,115). Paritas tidak berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Kata Kunci : kanker serviks, paritas  


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Wandira Wandira ◽  
Uti Rusdian Hidayat ◽  
Aryanto Purnomo

Latar Belakang: Hipertensi disebut sebagai silent killer karena sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat akibat dari penderita tidak menyadari bahwa dia menderita hipertensi karena tidak mendapat gejala, pengontrolan yang kurang dan tidak rutin serta tidak minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Kakap.Metode: penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian observasional analitik korelatif dengan desain penelitian case control. Besar sampel yaitu 68 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji chi square, dengan nilai P 0,05.Hasil: hubungan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dengan terjadinya hipertensi (p value=0,000) dan pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan dengan terjadinya hipertensi (p value=0,002).Kesimpulan: Terdapat Hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan tentang pengendalian hipertensi dan tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan terjadinya hipertensi.


2017 ◽  
Vol 36 (4) ◽  
pp. 331-339
Author(s):  
Umi Mukarromah ◽  
Lagiono Lagiono

Tuberkulosis (TB) Paru sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, terutama di negara-negaraberkembang termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan praktik pencegahandan kondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh KabupatenBanyumas pada bulan Maret – April tahun 2016 menggunakan rancangan penelitian case control denganpendekatan retrospektif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 23 orang diambil dengan teknik totalsampling dan sampel kontrol 46 orang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis datamenggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa praktek pencegahan TB paru sebagianbesar baik = 51 orang (73,9%), jenis lantai rumah memenuhi syarat = 43 rumah (62,3%), kondisi dindingrumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%), ventilasi rumah memenuhi syarat = 46 rumah (66,7%),kondisi dapur rumah memenuhi syarat = 55 rumah (79,7%) dan kepadatan hunian memenuhi syarat = 61rumah (88,4%). Ada hubungan antara praktik pencegahan TB paru (p value = 0,020; OR = 3,654), jenislantai (p value = 0,022; OR = 3,300), dinding rumah (p value = 0,001; OR = 6,395), ventilasi rumah (pvalue = 0,019; OR = 3,471), kondisi fisik dapur (p value = 0,006; OR = 5,271) dan kepadatan hunian rumah(p value = 0,001; OR = 19,688). dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II SumpiuhKabupaten Banyumas. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada hubungan hubungan praktik pencegahan dankondisi fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh Kabupaten BanyumasTahun 2016. Hasil penelitian ini perlu dipublikasikan sebagai bahan referensi ilmiah dan kepustakaansekaligus sebagai bahan pengembangan ilmu kesehatan khususnya


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 296
Author(s):  
Atun Wigati ◽  
Ana Zumrotun Nisak ◽  
Noor Azizah

Di Kabupaten Kudus angka cakupan IVA masih rendah  yaitu 2,2%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku wanita yang  enggan untuk melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan primer. Banyak wanita yang datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi stadium lanjut, dikarenakan kesadaran untuk skrining masih rendah. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi  pengambilan keputusan wanita dalam melakukan pemeriksaan  IVA. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain case control, sampel terdiri dari 47 responden pada kelompok kasus dan 47 responden pada kelompok kontrol, yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada semua wanita di wilayah Kabupaten Kudus. Tehnik analisa data bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dalam pengambilan keputusan melakukan pemeriksaan IVA. Manfaat penelitian untuk mengetahui bahwa faktor pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks, kemudian mendekatkan pelayanan IVA di Posyandu dan memberikan informasi tentang IVA secara menyeluruh sehingga kanker serviks dapat dicegah sedini mungkin Kata Kunci : pengetahuan, sikap, pengambilan keputusan


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 76-81
Author(s):  
Oriza Aditiya Aditiya

Penyakit TBC merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya.Kepatuhanberobat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam penyembuhan TB paru. Salah satu faktor yang memengaruhi kepatuhan berobat adalah adanya Pengawas Menelan Obat (PMO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan PMO tentang TB paru dengan kejadian putus berobat pada penderita TB paru di Poliklinik ParuPuskesmas Sirampog. Penelitian ini termasuk jenis retrospektif dengan rancangan case control. Responden penelitian berjumlah 48 orang yang dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu 24 orang kelompok kasus (PMO penderita TB paru pada kasus default) dan 24 orang kelompok kontrol (PMO penderita TB paru yang teratur minum obat) yang diambil secara purposive sampling. Data penelitian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (62,5%) Pengawas Menelan Obat (PMO) yang mendampingi penderita TB paru untuk berobat di Poliklinik Paru Puskesmas Sirampog memiliki pengetahuan tentang TB paru dalam katagori kurang. Pada kelompok penderita TB paru yang putus berobat, 79,2% PMOnya memiliki pengetahuan yang kurang tentang TB paru. Pada kelompok TB paru yang berobat teratur , 54,2%, PMOnya memiliki pengetahuanyang baik tentang TB paru. Terdapat hubungan yangsignifikan (nilai p=0,017)


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Fatimah Chandra Murti ◽  
Suryati Suryati ◽  
Eka Oktavianto

Latar belakang: Stunting masih menjadi permasalahan kehidupan balita saat ini, stunting yang dialami oleh balita dapat berdampak buruk saat balita besar dan dewasa kelak. Dampak balita stunting dapat menurunkan kecerdasan sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahu di Desa Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul.Metode: Desain penelitian menggunakan rancangan case control dengan metode analitik korelasional dan pendekatan retrospektif. sampel 32 kasus dan 32 kontrol dengan teknik purposive sampling, analisis data menggunakan chi square.Hasil: Hasi penelitian diperoleh sebanyak 27 (42,2 %) balita memiliki riwayat BBLR, dan balita yang mengalami stunting sebanyak 32 (100 %). Hasil uji Chi Square menunjukan  nilai p vallue <0,000 dan nilai OR 0,056. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Desa Umbulrejo.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 74-81
Author(s):  
Siti Surya Indah Nurdin ◽  
Dwi Nur Octaviani Katili ◽  
Zul Fikar Ahmad

Latar belakang: Stunting merupakan retardasi pertumbuhan linier kurang dari standar menurut usianya. Masalah stunting masih merupakan salah satu masalah terbesar di Kabupaten Gorontalo. Tujuan penelitian: Diketahuinya pengaruh faktor ibu, pola asuh, dan variasi MPASI terhadap kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo. Metode: Desain penelitian menggunakan Case Control Study. Seluruh balita di Kabupaten Gorontalo menjadi Populasi studi. Sampel kasus merupakan balita yang menderita stunting, dan sampel kontrol adalah balita normal. Jumlah sampel sebanyak 118 balita. Sampel kasus dipilih dengan menggunakan purposive sampling dan sampel kontrol dipilih menggunakan random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan Logistic Regression. Hasil: pola asuh (OR = 3,901, 95% CI 1,692 – 8,994), variasi MPASI (OR = 3,260, 95% CI 1,371 – 7,750), riwayat KEK (OR = 2,482, 95% CI 1,013 – 6,081) dan pendidikan ibu (OR = 2,345, 95% CI 1,007 – 5,456). Umur ibu, pemberianASI Ekslusif, makanan pendamping ASI (MPASI), konsumsi snak hampir tiap hari, dan konsumsi mie instan 3 kali dalam seminggu bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting. Simpulan: Faktor ibu yaitu pendidikan ibu, riwayat KEK, pola pemberian MPASI, dan pola asuh merupakan faktor risiko kejadian stunting.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Nurul Huda Mursalim ◽  
Saharuddin Saharuddin ◽  
Azizah Nurdin ◽  
Jelita Inayah Sari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel dependen yaitu umur, paritas, riwayat sectio sesarea, riwayat gemelli dengan variabel independen yaitu plasenta previa di RSUD Batara Guru dan RS Hikmah Sejahtera Kabupaten Luwu Tahun 2018-2019. Pada studi ini memanfaatkan metode analitik observasional dengan pendekatan case control. Sampel ditentukan melalui perbandingan kelompok kasus sebanyak 50 sampel dengan kelompok kontrol 50 sampel. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Untuk mengetahui hubungan faktor risiko memanfaatkan uji chi square. Hasil terbanyak didapatkan 78 ibu hamil risiko rendah, 76 ibu hamil dengan multipara, ibu hamil dengan tidak ada riwayat sectio sesarea didapatkan 76 ibu hamil dan ibu yang tidak memiliki riwayat gemelli ada 97 ibu hamil. Hasil penelitian menujukkan dari uji chi square antara umur dengan plasenta previa didapatkan (P= 0.008 < 0,05) untuk hubungan paritas dengan plasenta previa didapatkan (P= 0,815 > 0,05) hubungan riwayat sectio sesarea didapatkan sebesar (P= 0.035 < 0,05) dan untuk hubungan riwayat gemelli sebesar (P= 1,000 > 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan faktor risiko paritas, riwayat gemelli pada kejadian plasenta previa dan didapatkan hubungan faktor risiko antara umur, riwayat sectio sesarea dengan kejadian plasenta previa di RSUD Batara Guru dan RS Hikmah Sejahtera Kabupaten Luwu Tahun 2018-2019. Kata kunci: Umur, paritas, riwayat sectio sesarea, riwayat gemelli, plasenta previa ABSTRACTThe major objective of this study was to investigate the risk factors that affect the occurrences of placenta previa, such as ages, parity, caesarean section history, and gemelli history of pregnant women. This study was conducted at Batara Guru Hospital and Hikmah Sejahtera Hospital of Luwu Regency in 2018 to 2019. The methodological approach taken in this study was observational analytic by using a case control approach. The samples used in this research consisted of 50 samples for the case group and 50 samples for the control group. The sampling technique used was a purposive sampling. A chi square test was performed in this experiment in order to understand the risk factors. From this research, it was apparent that 78 pregnant women were with the low risk of getting placenta previa, 76 pregnant women were with multiparous, 76 pregnant women were with no history of cesarean section, and 79 pregnant women were without a gemelli history. Based on the chi square test, the results of this study indicated that various relationships were obtained such as the relationship between ages and placenta previa occurrences with (P = 0.008 <0.05), the correlation among parity and placenta previa occurrences with (P = 0.815> 0.05), the correlation among caesarean section history and placenta previa occurrences with (P = 0.035 <0,05), and the correlation among gemelli history and placenta previa occurrences with (P = 1,000> 0.05). This research concludes that there was no relationship between parity and gemelli history factors and the occurrences of placenta previa. In contrast, it was evident that there were close relationships between the ages and caesarean section history factors and the occurrences of placenta previa at Batara Guru Hospital and Hikmah Sejahtera Hospital of Luwu Regency in 2018 to 2019.Keywords: ages, parity, caesarean sectio history, gemelli history, placenta previa


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document