scholarly journals Perbandingan Efektivitas T-spring Berdimensi Kawat 0,5 mm dan 0,6 mm terhadap Koreksi Gigi Malposisi Individual (Kajian pada Typodont)

e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 311
Author(s):  
Ni Lluh S. Desyani ◽  
Pritartha S. Anindita ◽  
Michael A. Leman

Abstract: Malocclusion can trigger various health problems in the oral cavity. The simplest form of malocclusion is individual dental malposition which can be corrected by removable orthodontic appliances with active components T-springs made of 0.5 mm or 0.6 mm wire dimensions. This study was aimed to compare the effectiveness of the T-spring with wire dimensions of 0.5 mm and of 0.6 mm on the correction of individual dental malpositions. This was a pre-experimental study using a one-shot case study design. Study samples were divided into two groups, T-spring with wire dimensions of 0.5 mm and of 0.6 mm on removable orthodontic appliances attached to typodonts. The samples were activated, and the typodonts were immersed in warm water until the individual tooth malpositions were corrected. The number of activations and the average tooth movement each time the activation were calculated and analyzed. The numbers of T-spring activations with 0.5 mm and 0.6 mm wire dimensions were analyzed with the Mann-Whitney test that showed a p-value of 0.042 (p<0.05). The data of the mean tooth movement each time the T-spring was activated were analyzed with the independent sample t-test that obtained a p value of 0.016 (p<0.05). In conclusion, the T-spring with wire dimension of 0.5 mm is more effective in correcting individual dental malpositions than the T-Spring with wire dimensions of 0.6 mm.Keywords: tooth malposition; removable orthodontics; effectiveness of T-spring Abstrak: Maloklusi dapat memicu berbagai masalah kesehatan pada rongga mulut. Bentuk sederhana dari maloklusi yaitu malposisi gigi individual yang dapat dikoreksi dengan alat ortodonti lepasan dengan komponen aktif pegas T (T-spring) yang terbuat dari kawat berdimensi 0,5 mm atau 0,6 mm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas T-spring dengan dimensi kawat 0,5 mm dan 0,6 mm terhadap koreksi malposisi gigi individual. Jenis penelitian yaitu pre-experimental dengan menggunakan one-shot case study design. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu T-spring dengan dimensi kawat 0,5 mm dan 0,6 mm pada alat ortodonti lepasan yang dipasang ke typodont. Sampel diaktivasi dan typodont direndam dalam air hangat hingga malposisi gigi individual terkoreksi. Jumlah aktivasi serta rerata jarak perpindahan gigi setiap kali T-spring diaktivasi dihitung dan dianalisis. Data jumlah aktivasi T-spring dimensi kawat 0,5 mm dan 0,6 mm dianalisis menggunakan uji Mann Whitney yang menunjukkan nilai p=0,042 (p<0,05). Data rerata jarak perpindahan gigi setiap kali T-spring diaktivasi dianalisis menggunakan uji independent sample t-test dan memperoleh nilai p=0,016 (p<0,05). Simpulan penelitian ini ialah T-spring dengan dimensi kawat 0,5 mm lebih efektif dalam mengoreksi malposisi gigi individual dibandingkan T-spring dengan dimensi kawat 0,6 mm.Kata kunci: malposisi gigi; ortodonti lepasan; efektivitas T-spring

Bio-Lectura ◽  
2014 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Jumiati Jumiati

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis portofolio terhadap penguasaan konsep morfologi tumbuhan pada mahasiswa semester III tahun 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan di FKIP Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Metode penelitian ini adalah weak eksperimental dengan the one-shot case study design. Sampel yang diambil dengan teknik purposive random sampling adalah mahasiswa semester IIIA Pekanbaru 1 kelas sebagai kelas perlakuan atau kelas eksperimen. Jumlah mahasiswa  sebanyak 30 orang yang terdiri dari 25 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Data dianalisis dengan uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test). Pengumpulan data dilakukan melalui tes awal pada penguasaan konsep, tes akhir berupa portofolio dan angket mahasiswa yang digunakan. Rerata dari hasil portofolio 76,65 lebih tinggi dari kriteria ketuntasan minimal 6,50. Rerata N-Gain yang didapat dari kelas eksperimen penguasaan konsep 5,73. Dosen dan mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran berbasis portofolio. Dari hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran berbasis portofolio terhadap penguasaan konsep morfologi tumbuhan pada mahasiswa semester IIIA.


Author(s):  
Cindi Nuryanti Aynufa ◽  
Alman Alman ◽  
Heny Sri Astutik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan guided inquiry learning terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi operasi pecahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen dengan desain penelitian One Shot Case Study Design. Data menunjukkan rata-rata skor observasi guru (peneliti) dan siswa sebesar 100%  dengan kriteria sangat baik. Hasil analisis ketuntasan belajar pada nilai rata – rata posttest 76,78. uji normalitas hasil belajar posttest  memiliki taraf signifikansi 0,121 > 0,05 . Uji -t test one sample t test hasil posttest berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh thitung sebesar 8.953 dengan dk = n – 1 (28-1=27) dipe roleh ttabel  sebesar 1.915. Berdasarkan hasil analisis data yaitu nilai thitung > ttabel (8.953 >1.703), dengan besarnya taraf signifikansi 0.05, yakni (0.000 < 0.05) maka Hipotesis diterima , Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh guided inquiry learning terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi operasi pecahan di kelas III SD Inpres 103 HBM Kota Sorong


e-GIGI ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 298
Author(s):  
Angel E. Pusung ◽  
Pritartha S. Anindita ◽  
Aurelia S. R. Supit

Abstract: Malocclusion problem is often found in the community. Z spring, one of the springs of the active component of removable orthodontic appliances, is divided into two types, namely Z spring with coil and without coil. Both can move teeth in a labial direction, therefore, they can be used to correct simple cases of malocclusion such as malposition of individual tooth. The addition of coil can increase the resilience and effective length of the spring which further increases the force, hence the malposition of the tooth can be corrected more quickly. This study was aimed to analyze the differences between the effectiveness of Z spring with coil and of Z spring without coil in correction of individual tooth malposition. This was a pre-experimental study with a one-shot case study method. There were two treatment groups, namely Z spring with coil and without coil. Each sample was activated by 1 mm per activation to correct tooth with 5 mm linguoversion in typodonts. After that, the number of activations required and the average value of the measurements of both groups were compared. The independent sample T-Test test on the average value of the displacement distance of each tooth showed that there was a significant difference in effectiveness between the Z spring with coil and the Z spring without coil groups (p=0.000; p<0.05). The Mann Whitney test showed that there was also a significant difference in the value of the number of activations for each Z spring sample between the two groups (p=0.000; p<0.05). In conclusion, Z spring with coil is more effective in correction of malposition of individual tooth than Z spring without coil.Keywords: removable orthodontic appliance; Z spring with coil; Z spring without coil Abstrak: Maloklusi merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang banyak dijumpai dalam masyarakat. Z spring merupakan salah satu pegas dari komponen aktif alat ortodontik lepasan yang terbagi menjadi dua, yakni Z spring dengan coil dan Z spring tanpa coil. Keduanya dapat memindahkan gigi ke arah labial sehingga dapat digunakan untuk mengoreksi kasus maloklusi sederhana seperti malposisi gigi individual. Penambahan coil dapat meningkatkan kelentingan dan panjang efektif spring yang meningkatkan gaya sehingga malposisi gigi dapat terkoreksi lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan efektivitas Z spring dengan coil dan tanpa coil dalam mengoreksi malposisi gigi individual. Jenis penelitian ini pre-experimental dengan metode one-shot case study. Terdapat dua kelompok perlakuan, yakni Z spring dengan coil dan tanpa coil. Masing-masing sampel penelitian diaktivasi sebesar 1 mm per aktivasi untuk mengoreksi gigi dengan linguoversi 5 mm pada typodont kemudian dibandingkan jumlah aktivasi yang dibutuhkan dan nilai rerata perpindahan gigi kedua kelompok. Hasil uji independent sample t-test pada nilai rerata jarak perpindahan masing-masing gigi menunjukkan terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara kelompok Z spring dengan coil dan tanpa coil (p=0,000; p<0,05). Hasil uji Mann Whitney terhadap nilai jumlah aktivasi tiap sampel menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pula antara kedua kelompok penelitian (p=0,000; p<0,05). Simpulan penelitian ini ialah Z spring dengan coil lebih efektif dalam mengoreksi malposisi gigi individual dibandingkan Z spring tanpa coil.Kata kunci: alat ortodontik lepasan; Z spring dengan coil; Z spring tanpa coil


Author(s):  
Ida Puteri Perdana Samudera ◽  
Kunjung Ashadi

 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas tiga jenis air minum dalam mempertahankan status hidrasi selama aktivitas fisik. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dengan perlakuan one-shot case study design, yang menggunakan 45 mahasiswa putra yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan perlakuan yang berbeda. Teknik analisis data yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar deviasi, levene’s test, uji normalitas, paired sample t test, dan oneway anova. Berdasarkan dari penelitian ini diperoleh bahwa pada kelompok 1 terdapat perubahan yang signifikan terhadap perubahan status hidrasi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (P<0,05), pada kelompok 2 terdapat perubahan yang signifikan terhadap perubahan status hidrasi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (P<0,05), dan pada kelompok 3 terdapat perubahan yang signifikan terhadap perubahan status hidrasi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas (P<0,05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada status hidrasi diantara kelompok 1, 2, dan 3 (P>0,05). Kata kunci: air mineral, air isotonik, air gula merah, aktifitas fisik, status hidrasi


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 98
Author(s):  
Laily Mita Andriana ◽  
Kunjung Ashadi

Pada dasarnya manusia melalui dua fase di dalam hidupnya yaitu fase ergotropic yang mana manusia beraktivitas pada pagi hari dan fase trophotropic yaitu manusia melakukan recovery di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk membandingan dua jenis olahraga yang dilakukan pada pagi dan di malam hari terhadap kualitas tidur. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan pendekatan deskriptif dengan perlakuan one shot case study design yang menggunakan 40 mahasiswa putra sebagai subjek penelitian yang terbagi dalam empat kelompok. Untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada sesi pagi dan malam hari menggunakan uji independent samples t test. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur pada kelompok yang yang melakukan aktivitas continuous cycling berintensitas sedang  di sesi pagi dan malam hari memiliki nilai P > 0,05 dan kualitas tidur pada kelompok yang melakukan aktivitas cycling with High Intensity Interval Training (HIIT) di sesi pagi dan malam hari memiliki nilai P < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas tidur antara kelompok yang melakukan aktivitas continuous cycling berintesitas sedang di pagi dan malam hari namun terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas tidur antara kelompok yang melakukan aktivitas cycling with HIIT di pagi dan malam hari.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 295-313 ◽  
Author(s):  
Karley A Riffe

Faculty work now includes market-like behaviors that create research, teaching, and service opportunities. This study employs an embedded case study design to evaluate the extent to which faculty members interact with external organizations to mitigate financial constraints and how those relationships vary by academic discipline. The findings show a similar number of ties among faculty members in high- and low-resource disciplines, reciprocity between faculty members and external organizations, and an expanded conceptualization of faculty work.


Sains Insani ◽  
2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 15-21
Author(s):  
Zulkefli Aini ◽  
Abdul Ghafar Don ◽  
Ahmad Irdha Mokhtar ◽  
Nur Uswah Ahmad Fauzi

One of the factors that can affect a person's behavior is a communication message. In the context of the da`wah, preachers who involved actively in da`wah communication with the Orang Asli should be able to ensure that the message conveyed can be understood by the target group. In addition, the selection of the correct messages of da`wah based on the foremost priority simplify the process of sharing information between the preachers and the Orang Asli. Accordingly, this article aims to identify specific topics of Islamic faith (akidah) submitted by the Orang Asli in the process of da`wah communication and to identify verbal feedback given by the preachers to the Orang Asli of the topics. This qualitative study using case study design and data was collected through semi-structured interviews. Interviews involving nine preachers were active in da`wah activity to the Orang Asli community in Selangor. Data were analyzed thematically according to the specified objectives. The study found that the topics frequently raised by the Orang Asli is concerned about belief in Allah, belief in Malaikat, and belief in Qada' and Qadar. The topics may be found within the framework of worldview in their beliefs and practice of ancient traditions. Therefore, the preachers gave verbal feedback on these topics is based on a clear and precise sample corresponding to the level of their thinking. The emphasis on these topics is very important to strengthen and purify the faith of the community.Keywords: Communication; Message; Preacher; Indigenous community Abstrak: Elemen mesej dalam komunikasi merupakan salah satu faktor yang dapat memberi kesan terhadap perubahan tingkah laku seseorang. Dalam konteks dakwah, pendakwah yang terlibat dalam proses komunikasi dakwah dengan Orang Asli seharusnya berkebolehan memastikan kandungan mesej yang disampaikan boleh difahami oleh sasaran dakwahnya. Di samping itu, pemilihan mesej dakwah yang betul mengikut keutamaan memudahkan proses perkongsian maklumat antara pendakwah dengan Orang Asli. Sehubungan dengan itu, artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti topik-topik tertentu dalam mesej akidah yang dikemukakan oleh masyarakat Orang Asli kepada pendakwah dan mengenalpasti maklum balas lisan yang diberikan oleh pendakwah kepada Orang Asli terhadap topik tersebut. Kajian kualitatif ini menggunakan reka bentuk kajian kes dengan pengumpulan data melalui temu bual separa struktur. Temu bual melibatkan sembilan orang pendakwah yang aktif dalam aktiviti dakwah masyarakat Orang Asli di Selangor. Data kajian dianalisis secara tematik mengikut objektif yang ditentukan. Kajian ini mendapati bahawa topik-topik yang sering dikemukan oleh Orang Asli kepada pendakwah dalam penyampaian mesej akidah ialah berkenaan tentang keimanan kepada Allah SWT, keimanan kepada malaikat, dan keimanan kepada qada’ dan qadar. Topik-topik berkenaan didapati berada dalam kerangka worldview kepercayaan dan amalan tradisi mereka. Sehubungan dengan itu, pendakwah memberikan maklum balas lisan terhadap topik-topik tersebut adalah berdasarkan keterangan yang jelas dan contoh yang tepat bersesuaian dengan tahap pemikiran mereka. Penekanan terhadap topik-topik tersebut merupakan perkara yang penting dalam rangka mengukuhkan dan memurnikan akidah masyarakat Orang Asli.Kata kunci: Komunikasi; Mesej; Pendakwah; Komuniti Orang Asli


2021 ◽  
pp. 154134462199624
Author(s):  
Felix Okechukwu Dike ◽  
JohnBosco Chika Chukwuorji

The theory of transformative learning (TL) has been criticized secondhand for its lack of clarity in capturing and explaining in detail the processes undergone by learners who are going through TL experiences and their link to learning outcomes. Using a case study design, and carefully synthesized TL processes (TLPs) from Mezirow’s TL theory, we present—moment by moment—the TLPs linked to outcomes identified among a group of teachers who participated in a values-based workshop. Participants were followed through interviews for over 72 weeks to trace the stability of their TL outcome. TL processes identified were compared to Mezirow’s 10 processes. The article discusses ontological transformations gained and offers fresh perspective to identifying TLPs that can be linked to outcomes.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document