scholarly journals EVALUASI POSTUR KERJA OPERATOR PENGANGKATAN DAGING DI CV SELERA PRIMA FOOD

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 11-17
Author(s):  
Nurjannah Nurjannah ◽  
◽  
Dewangga Adi ◽  

Pengangkatan merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan pada proses penggilingan daging. Proses ini memiliki risiko yang sangat besar apabila dilakukan dengan postur yang kurang tepat, di CV Selera Prima Food pengangkatan daging masih dilakukan secara manual dengan bantuan operator. Proses produksi yang tidak sebentar dan beban yang diangkat sekitar 15 – 20 kg setiap kali pengangkatan, serta postur tubuh yang kurang ergonomis membuat operator mengalami keluhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Nordic Body Map (NBM) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Keluhan sangat sakit yang didapatkan berdasarkan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yaitu leher bagian atas dan bawah serta lengan bawah kiri dan kanan. Keluhan sakit yaitu pada bagian lengan atas kiri dan kanan, punggung, pinggang, betis kiri, serta betis kanan. Hasil pengolahan data dengan REBA proses pengangkatan memiliki skor 10 yang berarti kategori risiko tinggi. Hal ini disebabkan saat melakukan aktivitas mengangkat bahan baku dilakukan dengan badan membungkuk dan kedua tangan lurus tegak memegang ember. Usulan perbaikan postur kerja saat melakukan mengangkat bahan baku disarankan lebih baik diawali dengan gerakan jongkok ataupun setengah duduk dan mengurangi beban yang diangkat.

2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Silvi Ariyanti ◽  
Kiki Arifin

Pekerjaan konstruksi memiliki resiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat dikonstruksi ini yaitu bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi yang sering terjadi adalah pada saat installasi material. Pemasangan bracket lantai pada instalasi kaca memiliki resiko yang cukup berbahaya untuk kesehatan sehingga mendapatkan perhatian khusus. Disamping ketidakwajaran postur yang dimiliki oleh pekerja, pekerjaan tersebut memerlukan waktu sekitar 20-30 menit untuk satu kali pemasangan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Rancang ulang Extrusion Torque untuk intalasi panel kaca dan membandingkan resiko kerja sebelum dan sesudah adanya alat bantu kerja tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kusioner Nordic Body Map (NBM), Rapid Entire Body Assessment, Anthopometri dan proses perancangang produk. Setelah dihasilkan rancang bangun alat bantu Extrusion Torque dapat mengurangi resiko ergonomi terjadi pengurangan pada keluhan fisik dari pekerja. Berdasarkan perbandingan analisa REBA pada postur tubuh pekerja sebelum menggunakan Extrusion Torque yang baru berada pada skor 9 dan setelah menggunakan Extrusion  yang baru diperoleh nilai REBA 6. Pada saat dilakukan wawancara dengan menggunakan kuisioner NBM, ditemukan bahwa pekerja mengalami keluhan-keluhan fisik yang terjadi pada bagian tubuh terdiri dari 12 titik keluhan fisik dan setelah implementasi terjadi pengurangan jumlah keluhan menjadi 4 keluhan. Hal ini menunjukkan bahwa Extrusion Torque yang baru lebih baik secara ergonomic dari pada alat Extrusion Torsi sebelumnya.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 605-611
Author(s):  
Caesar Zainur Barik ◽  
Liena Sofiana

Musculoskeletal problems are problematic in Indonesia because manual work activities such as lifting, transporting, pulling and pushing are still being done. Pottery-making workers in the Kasongan are still doing those moves traditionally such as lifting, transporting, pulling and pushing manually. The purpose of this study was to analyze the risk of MSDs in the pottery making workers in Kasongan. This research was cross sectional design. The sample amounted to 78 workers selected using accidental sampling techniques. The instruments used Nordic Body Map questionnaire and Rapid Entire Body Assessment. Data analysis was using the chi fisher test. The results showed that the variables associated were age (sig= 0.000) and variables that had no relationship were gender (sig= 0.341) and work posture (sig= 0.352). The risk factor associated with complaints of MSDs is age, so to reduce the risk of the occurrence of MSDs, they can do physical activity or stretch muscles.


Author(s):  
Gurdani Yogisutanti ◽  
Nuryanti Irawati ◽  
Neti Sitorus

Latar Belakang: Gangguan muskuloskeletal banyak dikeluhkan oleh penjahit yang bekerja di perusahaan dengan lama bekerja yang berkisar antara 6-8 jam per hari dan posisi statis. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan status gizi, masa kerja, dan sikap kerja dengan gangguan muskuloskeletal pada penjahit yang bekerja di suatu perusahaan di Kota Bandung. Metode: Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, melibatkan 30 orang penjahit sebagai responden yang diambil secara total sampling. Pengukuran status gizi dengan bantuan timbangan berat badan dan microtoise, untuk sikap kerja diukur menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan gangguan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengeluhkan gangguan muskuloskeletal, sikap kerja yang berisiko dan status gizi dalam kategori gemuk. Responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal dengan masa kerja kurang dari 5 tahun. Dapat disimpulkan bahwa keluhan  muskuloskeletal berhubungan dengan status gizi (p=0,001), masa kerja (p=0,000), dan sikap kerja (p=0,000). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar penjahit mengalami gangguan muskuloskeletal dan sikap kerja yang  berisiko, oleh karena itu perlu dilakukan peregangan setiap 4 jam sekali pada saat bekerja dan perlu melakukan senam punggung setiap hari sebelum tidur.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 184-191
Author(s):  
Ranti Haryani ◽  
Azmi Azmi ◽  
Sirlyana Sirlyana

Penjahit Nur Tailor merupakan salah satu jasa penjahit yang ada di kota Dumai. Pekerjaan dengan posisi yang salah dan berulang-ulang dapat menyebabkan para penjahit sangat rentan untuk terkena gangguan MSDs, karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan cara kerja yang baik dan benar. Tujuan penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko cidera pada 2 orang penjahit pada saat menjahit atasan baju melayu laki-laki SMP 4 Dumai yang dilakukan oleh penjahit 1 dan menjahit atasan baju kotak-kotak laki-laki SMP 7 Purnama yang dilakukan oleh penjahit 2 dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui cedera Musculoskeletal Disorders yang dialami pekerja, sedangkan untuk mengetahui tingkat risiko cedera pekerja menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil NBM yang paling berisiko cidera pada pekerja yaitu sakit pada leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, batang tubuh, lengan atas kanan dan kiri, pinggang, bawah pinggang, pantat, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, paha kanan, lutut kanan, betis kanan, dan sakit pada kaki kanan. Tingkat resiko yang dialami penjahit  Nur Tailor dengan menggunakan metode REBA pada saat menjahit baju melayu adalah sedang dengan level resiko 4-5 dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat. Untuk  tingkat resiko postur kerja pada saat menjahit kantong baju kotak-kotak adalah rendah dengan level risiko 3 dan dibutuhkan perbaikan postur kerja. Sedangkan tingkat risiko untuk postur melapisi kerah, menjahit badan, menjahit tangan dan menjahit kerah baju kotak-kotak adalah sedang dengan level risiko 4-5 dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat.


Author(s):  
Cindy Laurinda

The economy is an important thing in a country, without an economy, a country can't run. The economy of a country is certainly supported by an industrial sector, one of which is the metal and iron processing industry. Workers in the company will certainly have regulations that will regulate the workforce when doing work at the company. PT. Smart Teknik Utama Bandung is a company engaged in the processing of metal, iron, and others that produces various products derived from iron and plates. The main product of this company is Roding China. The company has a problem, namely the work posture of the employees on the production floor. Wrong work posture results in MSDs complaints among workers which reduce the quality of workers. The purpose of this research is to analyze the work posture used by the workforce is already ergonomic or not. Work posture analysis used the Nordic Body Map method, Ovako Work Posture Analysis, and Rapid Entire Body Assessment. The analysis was carried out on 12 employees from 7 workstations. With the analysis carried out, it is known that all employees have MSDs complaints which are caused by incorrect and unergonomic work postures, then suggestions are given to improve work posture to reduce MSDs complaints experienced by employees.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 6-12
Author(s):  
Luthfianisa Rayyani ◽  
Yuniarti Yuniarti ◽  
Caecielia Wagiono ◽  
Susan Fitriyana ◽  
Budiman Budiman

Ketidaksesuaian faktor ergonomi akan mengakibatkan kesalahan dalam postur kerja dan umumnya disertai gejala Musculoskeletal Disorder yang merupakan gangguan pada sendi, otot, tendon, kerangka, tulang rawan, ligamen, dan syaraf yang umumnya berupa rasa nyeri. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran postur kerja dan keluhan muskuloskeletal pada pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung. Jenis penelitian merupakan observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 orang pegawai tata laksana di Universitas Islam Bandung yang berada di bawah naungan Kopsyakardos dan sudah bekerja lebih dari 1 tahun. Sampel penelitian diambil dengan cara melakukan observasi dengan mengggunakan Employee Rapid Entire Body Assessment (REBA) working sheet untuk menilai postur kerja, kemudian melakukan pengisian kuesioner dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM) untuk menilai keluhan muskuloskeletal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar postur kerja responden berada pada kelompok risiko sedang sebanyak 39 orang (78%), kelompok risiko tinggi sebanyak 6 orang (12%), dan kelompok risiko rendah sebanyak 5 orang (10%). Keluhan muskuloskeletal paling banyak mengeluh sakit pada bahu kanan, bahu kiri, dan pinggang. Kesalahan postur kerja yang tidak sesuai dengan kaidah ergonomi, dilakukan secara berulang-ulang, dan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan keluhan muskuloskeletal.


PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (5) ◽  
pp. 412
Author(s):  
Nanda Anisa Fahmiawati ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Rahma Listyandini

<p>Gangguan keluhan <em>musculoskeletal </em>(MSDs) merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kecacatan bagi pekerja. Dalam program <em>The prevention Of Accupation disease </em>menyatakan <em>musculoskeletal disorder </em>termasuk <em>carpal tunnel syndrom </em>mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2009 di Eropa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan keluhan <em>musculoskeletal </em>(MSDs) pada petani padi Desa Neglasari Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi <em>Cross Sectional. </em>Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik <em>Non-probabiliti Sampling </em>dengan <em>Purposive Sampling. </em>Populasi pada penelitian ini berjumlah 2.410 responden dan sampel yang terpilih 110 responden. Insterumen ini menggunakan lembar <em>Nordic Body Map</em>, lembar <em>Rapid Entire Body Assessment</em>, kamera, busur, timbangan berat badan dan <em>microtois</em>. Analisis data penelitian menggunakan uji <em>chi-square </em>dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara Faktor Pekerjaan Ergonomi (<em>p=0,524)</em>, usia (<em>p=0,515</em>), <em>indeks </em>masa tubuh (<em>p=1,000)</em>, dan jenis kelamin (<em>p=1,000) </em>dengan keluhan <em>musculoskeletal disorders </em>(MSDs). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara variable terikat dan variable bebas yang diteliti pada petani padi Desa Neglasari. Disarankan kepada para petani agar selalu melakukan pemanasan sebelum bekerja, melakukan pemeriksaan apabila nyeri otot, menanamkan pola hiddup sehat, dan mengetahui cara bekerja yang baik dan benar.</p>


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Agnes Aryani Putri ◽  
Arief Budi Yulianti ◽  
Ismawati Ismawati

Penjahit melakukan kegiatan kerja secara berulang dalam waktu yang cukup lama dengan posisi statis atau posisi tidak sesuai dengan kaidah ergonomi dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal yang umumnya berupa rasa nyeri. Keluhan tersebut juga akan berdampak pada kondisi kesehatan dan keselamatan pekerja yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Salah satu penyakit akibat kerja (PAK) yang dapat timbul karena tidak terselenggaranya upaya kesehatan dan keselamatan kerja adalah musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara posisi kerja dan keluhan muskuloskeletal pada penjahit pabrik garmen di Kota Cimahi penelitian dilaksanakan periode Juni–Juli 2019. Instrumen penelitian untuk menilai posisi kerja menggunakan metode rapid entire body assessment (REBA) dan untuk muskuloskeletal menggunakan kuesioner nordic body map (NBM). Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dan didapatkan populasi penelitian 46 orang. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Mayoritas posisi kerja adalah risiko sedang dengan keluhan muskuloskeletal rendah (23 orang), sedang (18 orang), dan tinggi (2 orang) sedang yang bermakna (p=0,734). Simpulan, tidak terdapat hubungan posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada penjahit pabrik garmen di Kota Cimahi. Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil seperti IMT, kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolahraga. THE RELATION BETWEEN WORK POSITION AND MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS IN GARMENT FACTORY TAILORS IN CIMAHI CITYTailors do repetitive work in a long time with a static position or not in accordance position with ergonomic rules, thus it could cause musculoskeletal complaints that are generally in the form of pain. The complaint will also have an impact on the health and safety conditions of workers which can affect productivity in the workplace. One of the occupational diseases that could arise due to non-implementation of occupational health and safety is musculoskeletal disorders (MSDs). The purpose of this research was to know the relation between work position and musculoskeletal complaints in garment factory tailors in Cimahi City during June–Juli 2019. The research instruments to assess work position is using Rapid entire body assessment (REBA) method, and to assess musculoskeletal complaints is using the Nordic body map (NBM) questionnaire. This research used an observational analytic with cross sectional approach method. The sampling technique used a simple random sampling method, obtained 46 people research population. The data analyzed statistically by chi-square test. The results of this research showed that there was no relation between work position and musculoskeletal complaints in garment factory tailors in Cimahi City with p value >0.734. There are so many factors could influence the result, such as BMI, smoking and exercise habits.


2018 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 168
Author(s):  
Ade P. Tubagus ◽  
Diana V. D. Doda ◽  
Herlina I. S. Wungouw

Abstract: According to WHO, musculoskeletal disorders are categorized as the second rank of work-related disease. Various factors such as work, individual, and social factors can cause MSDs. These disorders play an important role in morbidity of workers such as healthcare workers. This study was aimed to analyze the correlation between the risk level of MSDs evaluated by using REBA and MSDs complaints among surgery residents. This was an analytical observational study with a cross-sectional design. The instruments used in this study were the Rapid Entire Body Assessment (REBA) worksheet and the Nordic Body Map (NBM) questionnaire. Data were analyzed with the Spearman correlation test. There were 42 surgery residents of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University, Manado participated in this study. The majority of them were males (81%) and young adults (88%). The prevalence of MSDs complaints were as follows: 60% of respondents had mild complaints, 33% had moderate complaints, and 7% had severe complaints. The bivariate analysis showed that the risk level of MSDs evaluated by REBA had a strong positive correlation with MSDs complaints (P=0.000; r=0.603). Conclusion: There was a significant correlation between risk level of MSDs evaluated by using REBA and the MSDs complaints. Based on the results, ergonomics interventions are recommended to surgery residents in order to prevent the occurence of MSDs.Keywords: musculoskeletal disorders (MSDs), REBA, surgery residentsAbstrak: Musculoskeletal disorders (MSDs) menurut WHO berada di urutan kedua terbanyak penyakit akibat kerja. Berbagai faktor seperti pekerjaan serta faktor individu dan sosial dapat menyebabkan terjadinya MSDs. Gangguan ini berperan dalam morbiditas di banyak bidang pekerjaan salah satunya di bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat risiko MSDs menggunakan REBA dengan keluhan MSDs pada residen ilmu bedah. Jenis penelitan ialah analitik observasional dengan desain potong lintang. Alat ukur yang digunakan ialah lembar kerja Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 42 residen ilmu bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado menjadi responden penelitian. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (81%) dan berada dalam kategori dewasa muda (88%). Prevalensi keluhan MSDs ialah 60% keluhan MSDs ringan, 33% keluhan sedang, dan 7% keluhan berat. Hasil uji korelasi Spearman mendapatkan tingkat risiko MSDs menggunakan REBA memiliki hubungan positif kuat dengan keluhan MSDs (P=0,000, r=0,603). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat risiko MSDs menggunakan REBA dengan keluhan MSDs. Berdasarkan hasil penelitian maka direkomendasikan intervensi ergonomi pada residen bedah untuk mencegah terjadinya keluhan MSDs.Kata kunci: musculoskeletal disorders (MSDs), REBA, residen bedah


2018 ◽  
Author(s):  
Anita Dewi Moelyaningrum ◽  
Dinar Rizki Wulandari ◽  
ragilismihartanti

Prosiding Seminar Nasional dalam rangka OSH Week, 22 Oktober 2017. page. 119-131 Universitas Airlangga. Implementasi ISO 45001:2016 dan ISO 9001:2015 Guna Peningkatan Kualitas Hidup PekerjaDemi Tercapainya Produktivitas serta Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi Nasional.Risiko ergonomi menjadi potensi bahaya yang banyak dijumpai di tempat kerja khususnya industri garmen atau produksi pakaian, untuk itu perlu perhatian tentang keselamatan dan kesehatan untuk aktivitas yang dilakukan penjahit agar keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan risiko ergonomi dan keluhan muskuloskeletal disorders pada penjahit di UD. Ilfa Jaya Konveksi Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitiandeskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Total populasi responden dalam penelitian ini adalah 16 orang. Pengukuran risiko ergonomi dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan keluhan muskuloskeletal disorders menggunakan lembar kuesioner Nordic Body Map. Hasil pengukuran risiko ergonomi dengan Rapid Entire Body Assessment untuk aktivitas menjahit menghasilkan skor +5 dengan tingkat risiko sedang dan level tindakan 2; sedangkan untuk aktivitas memotong menghasilkan skor +3 dengan tingkat risiko rendah dan level tindakan 1. Hasil pengukuran dengan Nordic Body Map menghasilkan keluhan muskuloskeletal disorders pada responden berupa sakit atau kaku pada leher bagian atas dan bawah, bahu, lengan atas, punggung dan pinggang, bokong dan pantat, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, tangan, paha, lutut, betis, pergelangan kaki, serta pada bagian kaki. Perlu ada perbaikan manajemen terkait upaya keselamatan dan kesehatan kerja seperti melakukan peregangan (stretching) setiap 3 jam sekali selama bekerja.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document