scholarly journals PENGARUH KONSENTRASI KLORIN DALAM MENGHAMBAT PERKEMBANGAN TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 10-15
Author(s):  
AGUS WIDADA ◽  
MOH. GAZALI

Penyakit demam berdarah merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalain nyamuk dewasa dan larva belum menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Pengendalian nyamuk Aedes aegypti perlu dilakukan dengan cara lain salah satunya adalah menghambat perkembangan telur nyamuk. Klorin sebagai salah satu bahan yang dapat menghambat perkembangan telur. karena terdapat klorin yang mampu mengoksidasi (membakar) telur nyamuk Aedes aegypt idengan merusak protein yang terdapat dalam telur nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui perbedaan konsentrasi klorin terhadap daya tetas telur nyamuk Aedesaegypti. Jenis penelitian ini berupa penelitiandengan metode Eksperimen. Rancangan Penelitian ini adalah post test with control only design. Analisis yang digunakanadalahuji One Way Anova dan uji Benferonny. Hasil analisis Univariat menunjukkan bahwa kelompok kontrol jumlah telur yang tidak menetas adalah 2% dan pada konsentrasi 40 ppm jumlah telur yang tidak menetas 94%. Hasil uji Anova mennjukkan terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah telur yang tidak menetas pada berbagai macam variasi dosis klorin (p=0,000). Sedangkan dari hasil uji Benferonny menunjukan terdapat perbedaan jumah telur yang tidak menetas pada konsentrasi 10 ppm dan 20 ppm (p=0,000). Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dengan cara mengamplikasikan konsentrasi 20 ppm untuk menyemprot tempat perindukan nyamuk.

2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 440
Author(s):  
Kharisma Putra D ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD.  Tujuan penelitian ini  adalah untuk  menilai  status  kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post  test  only  with  control  group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 41-45
Author(s):  
Haidina Ali ◽  
Ullya Rahmawati

Latar Belakang:Kandungan zat kimia dalam air juga mempengaruhi daya tetas telur Aedes aegypti, salah satunya ialah kaporit. Sebelumnya telah dilakukan penelitian  bahwa kaporit pada media air dapat mengganggu proses perkembangan dan penetasan telur karena terdapat klorin dalam kaporit yang mampu mengoksidasi (membakar) telur nyamuk Aedes aegyptidengan merusak protein yang terdapat dalam telur nyamuk Aedes aegypti.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan konsentrasi klorin terhadap daya tetas telur nyamuk Aedesaegypti. Metode :Jenis penelitian ini berupa penelitiandengan metode Eksperimen. Rancangan Penelitian ini adalah post test with control only design.Analisis yang digunakan adalah uji One Way Anova dan uji Benferonny. Hasil Penelitian : Dari analisis Univariat menunjukkan bahwa kelompok control (0mg/l) memiliki jumlah kematian terbanyak dengan persentase telur nyamuk Aedes aegypti yang tidak menetas 7% dengan rata-rata 1,4 , kelompok konsentrasi 10 mg/l dengan persentase telur nyamuk Aedes aegypti yang tidak menetas 68 % dengan rata-rata 13,6, kelompok konsentrasi13 mg/ldengan persentase telur nyamuk Aedes aegypti yang tidak menetas77 %dengan rata-rata 15,4, kelompok konsentrasi 16 mg/l dengan presentasi telur nyamuk Aedes aegypti yang tidak menetas 87 % dengan rata-rata 17,4, sedangkan pada kelompok konsentrasi klorin 18 mg/l dengan persentase telur nyamuk Aedes aegypti yang tidak menetas 98% dengan rata-rata 19,6. Saran :Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang salah satu solusi pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan konsentrasi klorin yang mampu menghambat daya tetas telur nyamuk Aedes aegypti.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 440
Author(s):  
Kharisma Putra D ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD.  Tujuan penelitian ini  adalah untuk  menilai  status  kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post  test  only  with  control  group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Kharisma Putra ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya mengurangi kasus DBD adalah pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan larvisida temephos. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD. Tujuan penelitian ini adalah menilai status kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post test only with control group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99% dan konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD, namun perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus, sehingga resistensi vektor tidak terjadi.


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


Author(s):  
Michael Josef Kridanto Kamadjaja ◽  
Sherman Salim ◽  
Birgitta Dwitya Swastyayana Subiakto

Objective: This study was to determine OPG and RANKL expression after hydroxyapatite (HA) scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) application in tooth socket of Cavia cobaya. Methods: This study was a post-test only control group design. Twenty four Cavia cobaya was divided into 4 groups. The lower left incisor was extracted and given a combination of HA and gelatin scaffold. Experimental animals were sacrificed on the 7th and 14th day. The amount of OPG and RANKL expression was calculated under a light microscope at 1000x magnification. The statistical analysis was done by One Way ANOVA Test and Tukey HSD. Results: Compared to other groups, the lowest and the highest level of OPG and RANKL were in P14 group. Conclusion: HA scaffold from crab shells (Portunus pelagicus) can increase OPG expression and decrease RANKL expression in the process of regenerating alveolar bone after tooth extraction.


2014 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Kurniaji Kurniaji ◽  
Dedy Fachrian ◽  
Witjaksono Witjaksono
Keyword(s):  
Cox 2 ◽  

Latar Belakang : Sel T CD4+ berperan dalam penyembuhan luka karena memproduksi sitokin dan faktor pertumbuhan. Nyeri pasca bedah dapat berpengaruh serius terhadap pemulihan pasien dan penyembuhan luka yang tertunda. Ketorolac dan parecoxib secara poten menghambat COX-1 dan COX-2 dengan potensi yang berbeda.Tujuan : Mengetahui perbedaan skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka insisi pada tikus Wistar yang mendapatkan ketorolac dibandingkan parecoxib dengan dosis sebanding.Metode : Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only design dilakukan pada 20 ekor tikus wistar jantan yang diinsisi subkutan sepanjang 2 cm pada punggungnya dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan secara acak. Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2) masing-masing mendapatkan injeksi ketorolac dan parecoxib IM dengan dosis yang sebanding dosis manusia 30 mg/6 jam dan 40 mg/12 jam. Potongan jaringan diambil pada hari ketiga dan kelima pasca perlakuan untuk dilakukan pemeriksaan immunohistokimia sel T CD4+. Data ekspresi sel T CD4+ dianalisis dengan uji beda One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc.Hasil : Rerata skor histologi sel T CD4+ lebih tinggi pada kelompok yang mendapakan injeksi parecoxib IM dibandingkan ketorolac IM baik pada hari ketiga (8,36 ± 0,805 vs 7,28 ± 0,228, p=0,009) ataupun hari kelima (9,12 ± 0,672 vs 7,68 ± 0,415; p=0,001) pasca insisi. Skor tersebut tidak berbeda secara signifikan pada hari ketiga dan kelima dalam satu kelompok yang sama (p=0,288 dan p=0,053 masing-masing pada K1 dan K2).Kesimpulan : Skor histologi sel T CD4+ di jaringan sekitar luka yang mendapatkan injeksi parecoxib IM secara signifikan lebih tinggi dibandingkan injeksi ketorolac IM.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Mira Madona ◽  
Endah Setyaningrum ◽  
Gina Dania Pratami ◽  
Mohammad Kanedi

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) telah banyak dilakukan dengan menggunakan pengendalian kimiawi yang semakin lama akan menimbulkan resistensi terhadap nyamuk Ae. aegypti sehingga dibutuhkan insektisida alami. Daun tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, alkaloid dan minyak atsiri bersifat entomotoxicity yang dapat menghambat daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas ekstrak daun tomat sebagai ovisida nyamuk Ae. aegypti. Desain penelitian ini adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kelompok perlakuan yaitu 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; 1% dan 0% (kontrol) dengan 25 butir telur pada tiap kelompok dan 4 pengulangan pada tiap perlakuan. Jumlah telur yang tidak menetas diamati setiap 6 jam sekali selama 72 jam, data kumulatif pada jam ke 18 dilakukan uji analisis one way ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah telur yang tidak menetas antar perlakuan ada perbedaan secara bermakna (p=0,000) sedangkan hasil uji Post-hoc LSD menunjukkan bahwa konsentrasi yang paling efektif sebagai ovisida nyamuk Ae. aegypti adalah konsentrasi 1%.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 95-99
Author(s):  
Deri Kermelita

Aedes spp mosquito is the primary vector  or the main transmitter of dengue fever. it’s existence cause public health disturbing. Many research are being done to find ways of controlling mosquitoes, one of them by using a mosquito trap attractants. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the addition of attractants to modified mosquito trap to the Aedes aegypti mosquitoes control. The study design using analytical methods with a "post-test only control group design". The number of mosquitoes that are used at each observation cage was 30, with 9 times  repetition.  One way ANOVA used to analized the data then followed by LSD test. Results modifications mosquito trap attractants addition of palm sugar solution mixed with yeast bread is more effective (ρ = 0.000) of the yeast mixed tape.


Author(s):  
Dwi Sulistia Ningrum ◽  
Siwi Pramatama Mars Wijayanti ◽  
Kuswanto Kuswanto

Aedes aegypti is the main vector which transmits Dengue virus as causing agent of Dengue Haemmorhagic Fever (DHF). Chemical control of Ae. aegypti have an impact on the environment and humans, also burden a high cost. One of the efforts to reduce the negative impact of synthetic insecticide, which is to find out alternative natural insecticide from plant-based insecticides. The purpose of this research is to determine the killing power of the rhizome bangle extract to Ae. aegypti larvae. This research was a quasi-experimental design with post test only control group design. The concentration of extract rhizome bangle used were 0%; 0.125%; 0.25%; 0.5%; 0.75% and 1%. The mosquito sample used in this study were instar III of Ae. aegypti larvae as many as 600 larvae. Data analysis used univariate and bivariate (probit and Kruskal Wallis test). The results showed that there was an effect of the concentration of extract rhizome bangle against the mortality of Ae. aegypti larvae with p=0,002 (p<0,05). Extract rhizome bangle effectively killed Ae. aegypti larvae with LC50 and LC90 were 0.148 % and 0.338 %, with the most effective concentration is 1%. Based on this research, extract rhizome bangle has a larvicidal effect on Ae. aegypti, so it can be used as an alternative method to minimize the usage of chemical larvicides that easily applied by the community.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document