Gerakan Kontra Pembangunan Shelter 9 Dan 10 Pltu Suralaya Merak-Banten
Electric Steam Power Plants (PLTU) need coal as fuel to produce electricity. The higher the electrical energy needed to eat, the more fuel will be used. This has happened in the construction of shelters 9 and 10 Suralaya Merak-Banten steam power plant (PLTU). This development is reaping various kinds of rejection because it causes environmental damage not only in the area around the development operation but also in the Greater Jakarta area. The rejection movement was initiated by local residents and supported by international Environmental NGOs.Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) membutuhkan batu bara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik. Semakin tinggi energi listrik yang dibutuhkan makan akan semakin banyak bahan bakar yang digunakan. Hal ini terjadi pada pembangunan shelter 9 dan 10 PLTU Suralaya di pulau Jawa spesifiknya di daerah Merak-Banten. Pembangunan ini menuai berbagai macam penolakan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan tidak hanya pada wilayah sekitar operasi pembangunan namun juga pada wilayah Jabodetabek. Gerakan penolakan diinisiasi tentunya oleh warga setempat dan didukung dengan NGO Internasional penggiat isu lingkungan.