ijd-demos
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

64
(FIVE YEARS 64)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

2721-0642

ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Deliya Gustiani

Abstract This study describes the conflict management carried out by the Bogor City Government over the conflicts that occurred between the Forum Muslim Bogor and the Chinese Community. In this conflict, it was found that there was intolerance that occurred in the people of Bogor City ahead of the Cap Go Meh celebration in 2019. Where the case of intolerance was carried out by issuing a circular issued by the Forum Muslim Bogor through social media. The letter was circulated very widely which contained an appeal to the Bogor City Government not to facilitate the Cap Go Meh/Bogor Street Festival celebration and called for the Muslim community not to participate in the event because it was considered to damage the faith. In this study, the focus will be on conflict resolution efforts carried out by the Bogor City Government using the theory of Conflict Management and Critical System Heuristics. The research method used is descriptive qualitative research method. Therefore, this study will look at how the conflict resolution carried out by the Bogor City Government towards the conflict. Keywords: conflict resolution, bogor city government, cap go meh.     Abstrak Penelitian ini menjelaskan mengenai manajemen konflik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor atas konflik yang terjadi antara Forum Muslim Bogor dengan Masyarakat Tionghoa. Dalam konflik ini ditemukan adanya intoleransi yang terjadi dimasyarakat Kota Bogor menjelang perayaan Cap Go Meh tahun 2019. Dimana kasus intoleransi tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan surat edaran yang dilakukan oleh Forum Muslim Bogor melalui media sosial. Surat tersebut beredar sangat luas yang mana berisikan mengenai seruan kepada Pemerintah Kota Bogor agar tidak memfasilitasi Perayaan Cap Go Meh/Bogor Street Festival dan menyerukan agar masyarakat muslim tidak berpartisipasi dalam acara tersebut karena dinilai dapat merusak akidah. Dalam penelitian ini akan lebih fokus terhadap upaya resolusi konflik yang dilakukan  oleh Pemeritah Kota Bogor dengan menggunakan teori Manajemen Konflik dan Critical System Heuristic. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini akan melihat bagaimana resolusi konflik yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor terhadap konflik tersebut. Kata Kunci: resolusi konflik, pemerintah kota bogor, cap go meh. 


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Tasya Amalia Fitri ◽  
Riswanda Riswanda

Abstract  Animal welfare discourse in Indonesia is rarely published on various media platforms so that public knowledge about Animal welfare is still very lacking. This study makes a case for. socio-environmental justice pf all sentient being. The study argues for the interconnectedness of socio-environmental issue with the conundrum of political aspects in, in terms of the welfare of dolphins. The study contributes to intellectual discourse on governance. Qualitative approach was chosen with respect to testing out ‘equality utilitarianism ethics to use Peter Singer’s phrase. The study indicates that the greater understanding of utilitarianism has motivated Jakarta Animal Aid Network concerning dolphins welfare, The understanding shapes awareness and public education. It then influences  Indonesian government decision  to stop the traveling dolphins circus that often raises socio-environmental issues especially for those who care about the rights of all sentient being.Keywords :  animal welfare, dolphins, equality, ethics, governance.   AbstrakWacana kesejahteraan hewan di Indonesia jarang dipublikasikan di berbagai platform media sehingga pengetahuan masyarakat tentang kesejahteraan hewan masih sangat kurang. Studi ini membuat kasus untuk. keadilan sosial-lingkungan pf semua makhluk hidup. Studi ini berpendapat untuk keterkaitan masalah sosial-lingkungan dengan teka-teki aspek politik, dalam hal kesejahteraan lumba-lumba. Studi ini berkontribusi pada wacana intelektual tentang pemerintahan. Pendekatan kualitatif dipilih sehubungan dengan menguji 'etika utilitarianisme kesetaraan untuk menggunakan frasa Peter Singer. Studi ini menunjukkan bahwa pemahaman yang lebih besar tentang utilitarianisme telah memotivasi Jaringan Bantuan Satwa Jakarta tentang kesejahteraan lumba-lumba. Pemahaman tersebut membentuk kesadaran dan pendidikan publik. Hal ini kemudian mempengaruhi keputusan pemerintah Indonesia untuk menghentikan sirkus lumba-lumba keliling yang kerap menimbulkan masalah sosial-lingkungan terutama bagi mereka yang peduli terhadap hak-hak seluruh makhluk hidup. Kata Kunci :  kesejahteraan hewan, lumba-lumba, kesetaraan, etika, pemerintahan.


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Ahmad Fajar Rahmatullah ◽  
Ahmad Farhan Rahmatullah

AbstractSustainable Development Goals (SDGs) is a concept of sustainable development combines aspects of social, economic and environmental 17 sustainable development Goals where the first point is No poverty or no poverty. No poverty to be the first point in the SDGs indicates that all the Countries that signed the Document of the SDGs agreed to see the problem of poverty became a serious problem that must be handled by all Countries in the world. To eradicate poverty of course, every Country has her way each. Interesting things seen in the program which is run by the government of President Jokowi in terms of the alleviation of poverty by through education. The concept of no poverty by way of education is not a new thing.  This study uses the study of a literature review with a focus on the study of how the government program in the fight against poverty through education. This study resulted that the efforts to alleviate poverty through education has been run by the Government of Joko Widodo in the period from the first through the Indonesia Smart Program whereby in the year 2015 until the year 2019 poverty significantly decreased and the school participation rate (APS) is increased. In addition have implemented the goals of the first SGD is no poverty, the government of Joko Widodo also indirectly apply goals to 4, namely Quality Education in Indonesia Smart Program.Keywords : sustainable development goals; no poverty ;education; kartu indonesia pintar.  AbstrakSustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkelanjutan mengkombinasikan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan dengan 17 Tujuan pembangunan berkelanjutan dimana point pertama adalah No poverty atau tanpa kemiskinan. No poverty menjadi point pertama dalam SDGs mengindikasikan bahwa seluruh Negara yang menandatangani Dokumen SDGs sepakat melihat permasalahan kemiskinan menjadi masalah yang serius yang harus di tangani oleh seluruh Negara di dunia. Dalam memberantas kemiskinan tentunya tiap Negara memiliki cara nya masing-masing. Hal menarik terlihat dalam program yang di jalankan oleh pemerintah Presiden Jokowi dalam hal pengentasan kemiskinan dengan cara melalui pendidikan. Konsep pemberantasan kemiskinan dengan cara pendidikan bukan merupakan hal yang baru.  Studi ini menggunakan studi literatur  dengan fokus studi tentang bagaimana program pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pendidikan. Studi ini menghasilkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan melalui pendidikan telah dijalankan oleh Pemerintahan Joko Widodo pada periode pertamanya melalui Program Indonesia Pintar dimana pada tahun 2015 hingga tahun 2019 kemiskinan  secara signifikan menurun  dan angka partisipasi sekolah (APS) meningkat. Selain telah menerapkan goals pertama SGD yaitu no poverty, disamping itu pemerintahan Joko Widodo juga secara tidak langsung menerapkan goals ke 4 yaitu Quality Education pada Program Indonesia Pintar.Kata kunci:  sustainable development goals; kemiskinan; pendidikan; kartu indonesia pintar.


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Afifah Zulfika ◽  
Yunus Sutejo

AbstractThis research tries to see how digital social movements or digital movements carried out by UNTIRTA student voice their duties through online media during the pandemic period for the spread of the covid-19 virus. This research is important because it can see how social movements in a condition that do not support the gathering of people in a place but can still voice their entry. This study offers another approach in research because in this case it tries to see social movements due to limitations and becomes an alternative, but in other social movements it is done offline and directly in the field. Meanwhile, the focus of this research is on Sultan Agung Tirtauasa University, which is one of the public universities in Banten Province. This researcher sees the extent to which digital social movements can influence policy and become an alternative that is good or not used in situations like today.Keywords: digital movement, alternative social movement, untirta. AbstrakPenelitian ini mencoba melihat bagaimana gerakan sosial digital atau digital movement yang dilakukan oleh para mahasiswa UNTIRTA dalam menyuarakan tuntutannya melalui media secara online di masa pandemi untuk menghindari penyebaran virus covid-19. Riset ini menjadi penting karena dapat melihat bagaimana alternatif gerakan sosial dalam suatu kondisi yang tidak memungkinkan berkumpulnya orangnya dalam suatu tempat namun tetap dapat menyuarakan tuntutannya. Penelitian ini menawarkan pendekatan lain dalam penelitian karena dalam hal ini mencoba melihat gerakan sosial digital karena suatu keterbatasan dan menjadi suatu alternaltif namun dalam gerakan sosial lainnya dilakukan secara offline dan secara langsung dilapangan. Sementara fokus dari riset ini adalah pada Universitas Sultan Agung Tirtauasa yang merupakan salah satu universitas negeri di Provinsi banten. Peneliti ini melihat sejauh mana gerakan sosial digital dapat mempengaruhi kebijakan dan menjadi suatu alternatif yang baik atau tidaknya digunakan dalam situasi seperti saat pandemi saat ini.Kata Kunci: digital movement, alternatif gerakan sosial, untirta.


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Abdul Riyansyah ◽  
Ferliana Ferliana ◽  
Yeby Ma'asan Mayrudin ◽  
Moh. Rizky Godjali

Abstract This paper discusses the power of political dynasties in Cilegon in the process of forming a coalition of political parties in the 2020 Pilkada. The embodiment of political dynasties continues to be accommodated to perpetuate power by putting aside the track record of organizing experience both in parties and in state institutions. The theory used in this study is the theory of political dynasties and party coalitions. The research method uses a qualitative study with an explanatory case study approach. The focus of this study is to explain how coalition maps are formed and how the influence of dynasties on political parties. The results of this study indicate that the strong influence of political dynasties in Cilegon arises because of the power that has been held since Cilegon City was founded after Banten officially became a province. At that time the elected mayor was Tubagus Aat Syafaat and continued with his sons Tubagus Iman Ariyadi and Ratu Ati Marliati until the 2020 Local Leader Election. The family mainly used the Golkar Party and lower-middle parties to perpetuate their power to form the Minimum Winning Coalition model so that passed the nomination process. Keywords: political dynasty; party coalition; pilkada; cilegon cityAbstrak Tulisan ini membahas kekuatan dinasti politik yang ada di Kota Cilegon dalam proses pembentukan koalisi partai politik di Pilkada tahun 2020. Pengejawantahan dinasti politik terus diakomodasi untuk melanggengkan kekuasaan dengan menyampingkan rekam jejak pengalaman pengorganisasian baik di partai maupun di kelembagaan negara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dinasti politik dan koalisi partai. Adapun metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus eksplanatoris. Fokus kajian ini yaitu mengupas tentang bagaimana peta koalisi terbentuk dan bagaimana pengaruh dinasti terhadap partai-partai politik. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kuat dari dinasti politik di Cilegon muncul akibat dari kekuasaan yang dimiliki sejak Kota Cilegon berdiri setelah Banten resmi menjadi Provinsi. Saat itu yang terpilih sebagai Walikota yaitu Tubagus Aat Syafaat dan dilanjut dengan anaknya Tubagus Iman Ariyadi dan Ratu Ati Marliati sampai pada saat Pilkada 2020. Keluarga tersebut memanfaatkan utamanya Partai Golkar dan partai-partai menengah-bawah untuk melanggengkan kekuasaannya untuk membentuk model Minnimal Winning Coalition agar lolos proses pencalonannya. Kata Kunci: dinasti politik; koalisi partai; pilkada; kota cilegon 


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Peri Irawan ◽  
Shidna Aisya Lessy

AbstractThe Baduy community's adherence to pikukuh karuhun (customary rules), especially the inner Baduy in Lebak Regency, Banten Province, uses a representation system, which is represented by Puun (customary leader). Representative democracy is based on the results of a predetermined deliberation. The Baduy do not have close ties to political parties and other public officials. The Baduy community prioritizes and attaches importance to pikukuh karuhun and tribal unity so that there are no divisions caused by political interests. The Baduy do not refuse democracy, but there are only limits with pikukuh karuhun that cannot be violated and must be preserved. This study aims to understand the reality that occurs to the Baduy community in the election process starting from voting activities, the adaptation process which is very different from the Baduy tribe, an understanding of the rights and obligations in elections and the differences in structure and reality from outside the Baduy tribe. Keywords: subcultural society, phenomenology, political reality. AbstrakKetaatan masyarakat Baduy terhadap pikukuh karuhun (aturan adat) terutama Baduy dalam di Kabupaten Lebak Provinsi Banten yang menggunakan sistem keterwakilan, yang diwakili oleh Puun (Pimpinan adat). Demokrasi keterwakilan tersebut berdasarkan hasil musyawarah yang telah ditentukan sebelumnya. Suku Baduy tidak memiliki kedekatan dengan partai politik dan pejabat publik lainnya. Masyarakat Baduy lebih mengedepankan dan mementingkan pikukuh karuhun dan persatuan suku agar tidak terjadi perpecahan yang diakibatkan kerana kepentingan politik. Suku Baduy tidak menolak untuk berdemokrasi, namun saja hanya terdapat batasan dengan pikukuh karuhun yang tidak boleh dilanggar dan harus tetap dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami realitas yang terjadi terhadap masyarakat Baduy dalam proses pemilu mulai dari kegiatan pencoblosan, proses adaptasi yang sangat berbeda dengan suku Baduy, pemahaman tentang hak dan kewajiban dalam pemilu dan perbedaan struktur dan realitas dari luar suku Baduy. Kata kunci : masyarakat subkultural, fenomenologi, realitas politik.            


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Afifah Qurotul Ain ◽  
Khaidar Mirza ◽  
Muhammad Fajar Caniago ◽  
Muhamad Heru Faturohman

AbstractIn modern times like today, the development of information and communication technology is very rapid and cannot be stopped. Without realizing it, this technological development brings changes to human social behavior, technology offers new ways for humans to communicate through various new media (New Media). One of the New Media that is a product of technological developments that greatly affect our daily lives is social media. As time goes by, social media is not only a medium of communication or just spending free time. More than that, social media now has several other roles, one of which is as a means of conveying criticism of the situation created under a state government agency as well as a means of political campaigns for representation from the state government. With the formation of new behaviors in conveying voices in public spaces, many new things are also born, one of which is the buzzer phenomenon. Bauzzer on social media is associated with a party related to increasing trends and discussions on social media, it can be said that the buzzer is a raiser of issues or discussions about something on social media. On this occasion, the researcher will discuss the buzzer phenomenon on the controversial issue of undang-undang cipta kerja or omnibus lawKeywords: social media, buzzer, omnibus law, digital activism.   AbstrakPada masa modern seperti sekarang ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sangatlah pesat dan tidak bisa di hentikan. Tanpa disadari, perkembangan teknologi ini membawa perubahan pada perilaku sosial manusia, teknologi menawarkan cara baru kepada manusia dalam berkomunikasi melalui berbagai media baru (New Media). Salah satu New Media yang menjadi produk perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh pada kehidupan kita sehari-hari adalah media sosial. Seiring berjalannya waktu media sosial tidak hanya sebagai media komunikasi ataupun sekedar menghabiskan waktu luang. Lebih dari itu, media sosial kini telah memiliki beberapa peran lain salah satunya sebagai sarana penyampaian kritik atas situasi yang tercipta dibawah sebuah pemerintahan lembaga negara maupun sarana kampanye politik bagi representasi dari pemerintahan negara. Dengan terbentuknya perilaku baru dalam manyampaikan suara pada ruang publik, banyak hal baru pun ikut terlahir, salah satunya adalah fenomena buzzer. Bauzzer di sosial media di kaitkan dengan suatu pihak yang terkait dengan peningkatan trend dan bahasan di sosial media, bisa dikatakan bahwa buzzer merupakan pengangkat isu-isu atau pembahasan mengenai sesuatu di sosial media. Pada kesempatan kali ini peneliti akan membahas mengenai fenomena buzzer pada isu kontroversional UU cipta kerja atau omnibus lawKatakunci: media sosial, buzzer, omnibus law, aktivisme digital.


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Tiara Ayu Rahmadanty ◽  
Khafifah Nurulita Suheri ◽  
Nida Nurhopia ◽  
Lina Mulyanih

AbstractThis study describes the Environmental Movement which is carried out on a digital basis. The merger between the digital-based environmental movement which is a movement for environmental awareness carried out through digital media that has an impact on real action in social life and becomes a new innovation in carrying out social movements. The basic thing about the presence of this social movement is that the environmental imbalance that is formed due to the accumulation of garbage has a negative impact, especially in the city of Serang, making several people form this movement. This study uses a descriptive qualitative method approach in it, by describing the presence of the Digital Waste Bank movement as a digital-based environmental movement. What's more interesting is the pandemic situation that actually made this movement present which was then implemented in the form of a digital movement with real results in the city of Serang.Keywords: Environmental Movement, Digital Waste Bank, Digital Movement  AbstrakPenelitian ini menjelaskan tentang Gerakan Lingkungan yang dilakukan dengan basis digital. Penggabungan antara Gerakan lingkungan berbasis digital yang merupakan Gerakan kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan melalui media digital yang berdampak pada aksi nyata dikehidupan bermasyarakat dan menjadi inovasi baru dalam melakukan Gerakan sosial. Hal mendasar hadirnya Gerakan sosial ini adalah ketidakseimbangan lingkungan yang terbentuk akibat penumpukan sampah memberikan dampak negatif khususnya di Kota Serang menjadikan beberapa masyarakat membentuk Gerakan ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif deskriptif didalamnya, dengan mendeskripsikan terkait kehadiran gerakan Bank Sampah Digital sebagai gerakan lingkungan berbasis digital. Terlebih yang menjadi menarik adalah keadaan pandemi yang justru membuat Gerakan ini hadir yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk Gerakan digital dengan hasil Gerakan nyata di Kota Serang.Kata kunci: Gerakan Lingkungan, Bank Sampah Digital, Gerakan Digital


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Renata Maharani ◽  
Nadika Muhammad Ardiansyah ◽  
Rista Bella Annisa ◽  
Zidan Hizbullah

AbstractIn this era of globalization, technology is increasingly being used in all areas of life which has a major impact on social interactions among people. This is marked by the existence of social changes in communication carried out by the community both directly and in cyberspace through digital platforms such as social media applications. Over time, the use of digital platforms is not only used as a means of communication, but is also used in carrying out a digital-based social movement called a digital movement. Like the presence of the Instagram account @aliskamugemash as the embodiment of a digital-based social movement in exploring and preventing the emergence of fraud victims from online dating applications. The research we conducted used a descriptive qualitative approach. With the aim of research to examine and in-depth analysis related to social movements and collective behavior with the @aliskamugemash Instagram account case study. The results found various interactions or movements of Instagram users who participated in voicing and disseminating information to all women to be more careful, as well as to avoid similar incidents from happening to other women.Keywords: digital social movements, sexual crimes, digital platforms, fraud. Abstrak Pada era globalisasi ini teknologi semakin gencar digunakan dalam segala bidang kehidupan yang kemudian pun berdampak besar pula pada interaksi sosial di antara masyarakat. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sosial dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh masyarakat baik dilakukan secara langsung maupun dengan dunia maya melalui platform digital seperti aplikasi sosial media. Seiring berkembangnya waktu, penggunaan platform digital tidak semata-mata hanya digunakan sebagai alat berkomunikasi saja, namun dimanfaatkan pula dalam melakukan sebuah pergerakan sosial berbasis digital yang disebut digital movement. Seperti hadirnya akun Instagram @aliskamugemash sebagai perwujudan sebuah gerakan sosial berbasis digital dalam mengupas dan mencegah munculnya korban penipuan dari aplikasi kencan online. Penelitian yang kami lakukan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dengan tujuan penelitian untuk menelaah dan analisis mendalam terkait gerakan sosial dan perilaku kolektif yang dengan studi kasus akun Instagram @aliskamugemash. Hasilnya ditemukan beragam interaksi ataupun gerakan para pengguna instagram yang ikutserta menyuarakan dan menyebarluaskan informasi kepada seluruh perempuan untuk lebih berhati-hati, juga menghindari kejadian serupa berulang pada perempuan lainnya. Kata kunci: gerakan sosial digital, kejahatan seksual, platform digital, penipuan.


ijd-demos ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Dewi Rahayu ◽  
Abdul Riyansah ◽  
Dewi Sri Astuti ◽  
Faidurrizal Faidurrizal

AbstractZero waste is a movement that cares about the environment by reducing waste or not producing waste, which in turn can reduce demand. Garbage will be a threat to the health of living things to the planet earth. The purpose of this study is to be able to see and know the zero waste movement as a form of caring for the environment in South Tangerang City, as well as to increase public awareness in maintaining ecological balance through active participation. In analyzing, the author uses the theory of environmental politics with environmentalism and uses a qualitative research method approach and descriptive type. Then the data collection techniques are carried out through library research or literature studies and direct observation and interviews. How to analyze the data is done by reducing the data, presenting the data and drawing conclusions. So that the analysis of the zero waste movement will produce a result by showing the Minim Waste House program, which is a support program for communities that care about the environment and have an online environmental movement base through social media, one of which is by campaigning for a lifestyle by inviting the community and offline by implementing direct movements such as providing education regarding the importance of waste management as well as the garbage bin movement which is a waste clean action in South Tangerang City. The Minimized Waste House Program collaborates with the South Tangerang City Environmental Service (DLH) regarding its implementation, so far its implementation has been running but it is still not fully optimal because it is influenced by several factors such as inadequate infrastructure and public awareness which is quite lacking in its management.Keywords: Social Movement, Zero waste Movement, Garbage in South Tangerang CityAbstrak Zero waste menjadi salah satu gerakan yang peduli terhadap lingkungan hidup dengan mengurangi sampah atau tidak menghasilkan sampah, yang pada akhirnya dapat mengurangi kebutuhan. Sampah akan menjadi sebuah ancaman bagi kesehatan makhluk hidup hingga planet bumi. Tujuan dalam penelitian ini untuk dapat melihat serta mengetahui gerakan zero waste sebagai bentuk peduli terhadap lingkungan hidup di Kota Tangerang Selatan, serta sebagai peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga keseimbangan ekologis melalui partisipasi aktif. Dalam menganalisis, penulis menggunakan teori politik lingkungan dengan enviromentalisme serta menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif dan jenis deskriptif. Lalu dalam teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literature dan observasi secara langsung serta wawancara. Cara menganalisis data yang dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan. Sehingga analisis gerakan zero waste akan menghasilkan sebuah hasil dengan menunjukan program Rumah Minim Sampah, yang menjadi program pendukung dari komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan mempunyai basis gerakan lingkungan secara online melalui media sosial salah satunya dengan mengkampanyekan gaya hidup dengan mengajak masyarakat dan secara offline dengan penerapan gerakan secara langsung seperti memberikan edukasi terkait pentingnya pengelolaan sampah serta gerakan bak sampah yang menjadi aksi bersih sampah di Kota Tangerang Selatan. Program Rumah Minim Sampah berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanggerang Selatan terkait dengan pelaksanaannya, sejauh ini pelaksanaanya telah berjalan namun masih belum terbilang belum sepenuhnya optimal karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sarana prasarana kurang memadai serta kesadaran masyarakat yang terbilang cukup kurang dalam pengelolaannya.Kata Kunci: Gerakan Sosial, Gerakan zero waste, Sampah di Kota Tangerang Selatan  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document