SILACAK: Bagaimana Penggunaan Aplikasi Pelacakan Kasus Kontak Erat COVID-19 di Indonesia
AbstractCOVID-19started outbreaks in Indonesia from March 2020, with a large spread rate making not only Indonesia, but all exposed countries in the world find the difficulties to deal with it. The advance of technology has been used to overcome the COVID-19 cases. The Ministry of Health supported by Health Information System Programme (HISP) Indonesia adopted the DHIS2 platform in the development of a contact tracing application called SILACAK. In this study, we will discuss the development of the SILACAK application which is used as a COVID-19contact tracing application in Indonesia. The method in this study is a qualitative method with an action research approach. The use of SILACAK starts from the primary healthcare level by utilizing health workers and collaboration with volunteers and The Indonesian National Military and The Indonesia National Police. The use of SILACAK was used in stages and in July 2020 it was used by 34 provinces. Currently SILACAK is used as a tool for tracking and monitoring close contact, in which close contact tracing (at least 80%) and the ratio of close contact to confirmation cases are used as a national reference (1:15). However, for some regions there are those that cannot exceed this provision because tacthe number of close contacts does not exceed the specified limit. So that, another assessment was also carried out to see the performance of contact tracing, which consisted of: close contacts who conducted entry and exit tests, close contacts who were monitored and completed the monitoring.Keyword: SILACAK, DHIS2, COVID-19, contact tracing applicationAbstrakCOVID-19 memasuki Indonesia di bulan Maret 2020, dengan laju penyebaran yang besar membuat tidak hanya Indonesia tapi seluruh negara yang terpapar di dunia merasa kesulitan dalam menghadapinya. Kecanggihan teknologi dimanfaatkan untuk menanggulangi COVID-19. Kementerian Kesehatan didukung oleh Health Information System Programme (HISP) Indonesia mengadopsi platform DHIS2 dalam pengembangan aplikasi Pelacakan Kasus Kontak COVID-19 yang disebut SILACAK. Dalam penelitian ini akan membahas perkembangan aplikasi SILACAK yang digunakan sebagai aplikasi pelacakan kontak COVID-19 di Indonesia. Metode dalam penelitian ini dengan metode kualitatif dengan pendekatan action research. Pemanfaatan SILACAK dimulai dari level puskesmas dengan memanfaatkan tenaga Kesehatan dan berkolaborasi dengan relawan serta TNI dan POLRI. Penggunaan SILACAK digunakan secara bertahap dan di bulan Juli 2020 dimanfaatkan oleh 34 provinsi. Saat ini SILACAK dijadikan sebagai alat untuk pelacakan dan pemantauan kontak erat, yang mana pelacakan kontak erat (minimal 80%) dan rasio kontak erat dengan kasus konfirmasi yang dijadikan sebagai acuan Nasional (1:15). Namun beberapa daerah belum bisa memenuhi angka tersebut di karena kan angka dari jumlah kontak eratnya tidak memenuhi sampai angka tersebut. Sehingga dalam menilai suatu kinerja dari keberhasilan pelacakan kontak suatu daerah juga dapat mempertimbangkan dari kontak erat yang dilakukan entry tes dan exit tes, kontak erat yang dilakukan pemantauan dan menyelesaikan pemantauannya.Kata Kunci: SILACAK, DHIS2, COVID-19, aplikasi pelacakan kontak