scholarly journals Characteristic of Bell’s Palsy in Clinical Neurologic at Sanglah Hospital Denpasar Bali Indonesia

2021 ◽  
Vol 8 (12) ◽  
pp. 318-322
Author(s):  
Putu Ngurah Arya Darmawan ◽  
Ni Made Dwita Pratiwi ◽  
I Komang Arimbawa

Introduction/Aim: Bell's Palsy is a lower motor neuron facial weakness caused by idiopathic etiology with the absence of other neurologic diseases. The incidence of this syndrome is around 23 cases per 100,000 people each year. The clinical manifestations are sometimes being considered to be a stroke or tumor. This study was conducted to find characteristic of bell’s palsy in clinical neurologic at Sanglah Hospital Denpasar, Bali Indonesia Methods: This study is a descriptive study with a cross sectional design in polyclinic of Sanglah Hospital, Denpasar for the period 2016 to 2019. Sampling was carried out using a consecutive non-random sampling method. Result: A total of 31 subjects in rainy season 51.6% having female 61.3% and male 38.7%, with the range of age 46-55 years old. Most of the patients complaints the weakness of the right face 58.1%, postauricular pain 64.5%. Electroneuromyography examination with seddon classification having results of Neuropraxia 67.7%. Conclusion: Characteristic of bell’s palsy in clinical neurologic most of participant in woman with postauricular pain and neuropraxia Keywords: Bell's Palsy, neuropraxia, postauricular pain, seddon classification.

2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ireine S. Waworuntu ◽  
John . Porotu'o ◽  
Olivia A. Waworuntu

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). In Indonesia, there are about 430.000 new cases, of which 61.000 cases ended in death. This disease has many clinical varieties, therefore, a gold standard for the right and exact diagnosis is needed. The examination of sputum by using Ziehl-Neelsen staining must be more improved for public health service. This study aimed to determine the profile of Mycobacterium tuberculosis (acid-fast bacteria) among patients with coughing ≥2 weeks at Ranotana, Wenang and Sario Primary Health Cares (PHCs) by using Ziehl-Neelsen staining. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling method during the period of September 2015 - December 2015. The results showed that there were 38 cases of coughing ≥2 weeks as follows: 15 cases at Wenang PHC, 13 cases at Ranotana PHC, and 10 cases at Sario PHC. The examination of acid-fast bacteria from the 38 cases of three PHCs showed that 1 case (2.7%) had acid-fast bacteria (++). Conclusion: In this study, there was only one case (2,7%) with positive Mycobacterium tuberculosis. Keywords: cough more than two weeks, tuberculosis, BTA Abstrak: Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Indonesia memiliki sekitar 430.000 kasus baru dimana 61.000 kasus berakhir dengan kematian. Penyakit ini memiliki gejala klinis yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan standar baku untuk menegakkan diagnosis lebih cepat dan akurat. Pemeriksaan sputum dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen harus lebih ditingkatkan pada pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran Mycobacterium tuberculosis (basil tahan asam, BTA) dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen pada pasien batuk ≥2 minggu di Puskesmas Wenang, Puskesmas Ranotana, dan Puskesmas Sario Kota Manado. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan cara total sampling pada kurun waktu September 2015 - Desember 2015. Hasil penelitian mendapatkan 38 kasus batuk ≥2 minggu yaitu 15 kasus di Puskesmas Wenang, 13 kasus di Puskesmas Ranotana dan 10 kasus di Puskesmas Sario. Pada pemeriksaan (BTA) di Puskesmas Wenang, Puskesmas Ranotana dan Puskesmas Sario didapatkan BTA (++) 2,7% sedangkan BTA (-) 97,3%.Simpulan: Pada penelitian ini didapatkan 1 kasus (2,7%) Mycobacterium tuberculosis positif


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Waraney Mamengko ◽  
Shirley E. S. Kawengian ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Cavity is a classic problem that has existed since long time ago which is one of the causes of tooth ache. Caries is a disease that involves enamel, dentin and cementum. Caries caused by microorganism action on fermented carbohydrate. The prevalence of active caries in Indonesia and in some countries is still high. Caries can occur among all ages, including children. Factors that cause caries regarding to the attitude and the nature of children who like to eat snacks and sweet foods that can cause dental caries. This study aimed to describe the consumption of snacks and status of caries in children aged 3-5 years in the Rinegetan village Tondano. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 52 children aged 3-5 years obtained by using total sampling method. Data were obtained by using def-t index and questionnaire. The results showed that snacks consumed by the children were: candy (75%) and milk (73,07%). The average of dental caries amog the children aged 3-5 years in the Rinegetan village, Tondano, was 2.36 (low category).Keywords: caries, children, snacks, def–t indexAbstrak: Gigi berlubang merupakan masalah klasik yang sejak dahulu sudah ada yang menjadi salah satu penyebab seseorang merasakan rasa sakit gigi. Karies merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dan di bebera panegara di dunia adalah cukup tinggi. Karies dapat dialami oleh semua usia termasuk anak-anak. Faktor penyebab karies salah satunya yang dapat diteliti berkaitan dengan sikap maupun sifat dari anak-anak yang suka mengonsumsi jajanan makanan yang manis-manis dapat menyebabkan karies pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi jajanan dan status karies pada anak umur 3-5 tahun di kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat pada bulan September 2015. Sampel terdiri dari 52 anak umur 3-5 tahun diperoleh dengan total sampling method. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen yaitu lembar pemeriksaan def-t dan kuesioner. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi jajanan yang masuk dalam kategori paling sering yaitu permen (75%) dan susu (73,07%). Status karies gigi anak berusia 3-5 tahun di Kelurahan Rinegetan, Kecamatan Tondano Barat rata-rata 2,36 yag termasuk dalam kategori rendah.Kata kunci : karies, anak-anak, jajanan, indeks def-t


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Christavia J. Motto ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Shane H.R. Ticoalu

Abstract: Oral health is an important part of the overall body health. Children with special needs are at risk or have chronic physical, developmental, behavioral, or emotional condition, therefore, they commonly require some assistance in maintaining their cleanliness, especially the oral hygiene. The indicator degree of oral hygiene in Indonesia is the status of oral hygiene degree with an average of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) <1.2 obtained from summing the number debris index and calculus index. This study was aimed to describe the dental and oral hygiene in students with special needs at SLB YPAC Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 36 students, aged 10-28 years, cooperative, and had letters of consent signed by their parents or proxy parents, obtained by using total sampling method. Data were analyzed manually and presented in tables, figures, and percentages, grouped based on their characteristics. The results showed that the students with special needs in SLB YPAC Manado had an average score of OHI-S of 1.3 with a total scores of Simplified Debris Index (DI-S) 0.9 and Simplified Calculus Index (CI-S) 0.4 which belonged to the moderate category.Keywords: oral hygiene, students with special needs Abstrak: Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) berisiko tinggi atau mempunyai kondisi kronis secara fisik, perkembangan, perilaku atau emosi sehingga memerlukan bantuan dalam menjaga kebersihan diri sendiri khususnya kebersihan gigi dan mulut. Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut di Indonesia ialah status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan rerata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) <1,2 yang didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus indeks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian sebanyak 36 siswa berusia 10-28 tahun, kooperatif, serta bersedia menjadi responden berdasarkan surat persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua atau wali, diperoleh dengan metode total sampling. Data diolah secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar, dan persentase yang dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan dari 36 siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado didapatkan rerata skor OHI-S 1,3 dengan jumlah skor Debris Index Simplified (DI-S) 0,9 dan skor Calculus Index Simplified (CI-S) 0,4 yang tergolong pada status kebersihan gigi dan mulut sedang.Kata kunci: kebersihan gigi dan mulut, siswa berkebutuhan khusus


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Rifon I. Mokodompit ◽  
Krista V. Siagian ◽  
P. S. Anindita

Abstract: Loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal disease. Losing teeth can lead people to emotional impact as well as impaired functions of speaking, chewing, and aesthetics. The use of denture to replace missing teeth is important to avoid these impacts. This study aimed to determine patients’ perception as users of removable acrylic based denture in Kotamobagu. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were 203 users of removable acrylic based denture at dentist services in Kotamobagu. Samples were 67 respondents obtained by using Solvin formula and simple random sampling method. In this study we used questionnaire consisted of 25 questions. The results showed that the patient’s perception was in good category based on competence, access, needs, time, and budget.Keywords: patient’s perception, removable denture, dentist serviceAbstrak: Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional serta terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang penting dilakukan untuk menghindari dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi yaitu pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu yang berjumlah 203 jiwa. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 67 sampel, dan metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Studi ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kompetensi, akses, kebutuhan, waktu, dan biaya persepsi pasien termasuk kategori baik.Kata kunci : persepsi pasien, gigi tiruan lepasan, jasa dokter gigi


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Joshua D.G. Tulandi ◽  
Lydia Tendean ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Elderly is the final step of evolution in human life in which the function of oral cavity starts to degrade and impact life, as well as to reduce the aesthetic and phonetic functions. However, the loss of aesthetic and phonetic functions in the elderly stage can be restored by using dentures. This study was aimed to assess the perception about denture aesthetic and phonetic functions among elderly people at International Full Gospel Fellowship Church in Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 73 respondents in this study obtained by using total sampling method and consisted of elderly people who used dentures and agreed to fill the questionnaires. Data were analyzed descriptively and presented in tables. The results showed that based on satisfaction of using denture, the perception of the respondents had the highest score of 361 points (good category). Based on the aesthetic function, the perception of the respondents had the score of 330.3 points (good category); and based on the phonetic function, the perception of the respondents had the score of 334 points (good category). Conclusion: The perception of aesthetic and phonetic functions of dentures among the elderly people at International Full Gospel Fellowship Manado belonged to good category.Keywords: elderly, perception, denture, aesthetics, phonetics Abstrak: Lansia (lanjut usia) merupakan tahap akhir perkembangan dalam kehidupan manusi dimana mulai terjadinya penurunan fungsi pada rongga mulut yang berdampak pada kehidupan lansia dan penurunan fungsi estetik dan fonetik. Kehilangan fungsi estetik dan fonetik pada lansia dapat dikembalikan dengan pemasangan gigi tiruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan fonetik gigi tiruan lepasan di komunitas Gereja International Full Gospel Fellowship Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pada penelitian ini digunakan 73 responden yaitu lansia yang memakai gigi tiruan, diperoleh dengan metode total sampling, dan bersedia mengisi kuesioner. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif kemudian disajikan berdasarkan distribusi dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia berdasarkan kepuasan pada penggunaan gigi tiruan memiliki skor tertinggi yaitu 361 termasuk kategori baik, persepsi lansia berdasarkan fungsi estetik memiliki skor sebanyak 330,3 termasuk kategori baik,dan persepsi lansia terhadap fungsi fonetik sebanyak 334 termasuk kategori baik. Simpulan: Persepsi lansia terhadap fungsi estetik dan fonetik gigi tiruan lepasan di komunitas Gereja International Full Gospel Fellowship Manado termasuk kategori baik.Kata kunci: persepsi, lansia, gigi tiruan, estetik, fonetik


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Bayu R. E. Warouw

Abstract: Tooth extraction is a mostly performed treatment in dental practice because most patients come with bad tooth condition that cannot be taken care anymore. The obstacle of tooth extraction is the society’s knowledge. Lack of knowledge causes doubt about going to the dentist. This study aimed to determine the overview of the knowledge and attitude levels of the people in North Molompar Village, South East Minahasa about tooth extraction. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 87 samples obtained by using the Slovin formula with random sampling method. Data presented in the form of a diagram based at the frequency distribution. The results showed that the knowledge level of tooth extraction in North Molompar was 55% good, obtained from scoring result of 481, and the attitude level of tooth extraction was 69% good, obtained from scoring result of 604. Conclusion: Levels of knowledge and attitude of the people in North Molompar Village, South East Minahasa, about tooth extraction were categorized as good. Keywords: tooth extraction, knowledge, attitude.     Abstrak: Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam praktek kedokteran gigi karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak  bisa dirawat lagi. Hambatan yang dialami dalam upaya pencabutan gigi ialah pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut pencabutan gigi. Pengetahuan yang kurang memadai membuat masyarakat ragu untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 87 responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dan penarikan sampel berupa acak sederhana. Data disajikan dalam bentuk diagram berdasarkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara yaitu 55% dapat dikatakan baik (hasil skoring 481) dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di yaitu 69% dapat dikatakan baik (hasil skoring 604). Simpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Molompar Utara terhadap pencabutan gigi tergolong baik. Kata kunci: pencabutan gigi, pengetahuan, sikap.


e-CliniC ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Gerry M.A. Supit ◽  
R. E.C. Tumbel ◽  
Agustien Y. Tamus

Abstract: Ears are one of the important organs in the human body. Ears have two main functions: hearing function and equilibrium function. This study was aimed to obtain the ear health status of TNI LANUDAL society. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. There were 36 respondents in this study. The results showed that there were 5 respondents with cerumen in the right ear and 6 respondents with cerumen in the left ear. There were also 5 respondents with secrete in the ear canal each. The result of the Weber test showed that there were 4 respondents with lateralization and the Rinne test showed that there was 1 respondent with negative rinne test. Conclusion: Most of the TNI LANUDAL society had good ear health.Keywords: ear health, health survey, ears examination. Abstrak: Telinga merupakan suatu organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Telinga mempunyai dua fungsi, yaitu: fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kesehatan telinga pada masyarakat di kompleks TNI LANUDAL Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Responden penelitian sebanyak 36 orang. Hasil penelitian mendapatkan serumen pada liang telinga kanan sebanyak 5 responden dan pada liang telinga kiri sebanyak 6 responden. Didapatkan pula hasil sekret pada liang telinga kanan dan kiri masing-masing 5 responden. Pada pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan tes Weber didapatkan 4 responden mengalami lateralisasi dan pada tes rinne didapatkan 1 responden dengan hasil negatif. Simpulan: Sebagian besar masyarakat di kompleks TNI LANUDAL mempunyai kesehatan telinga yang baik. Kata kunci: kesehatan telinga, survei kesehatan, pemeriksaan telinga.


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Marly H.R. Ratulangi ◽  
Vonny N.S. Wowor ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Mental retardation means delayed mental development which is far below average. Students with mental retardation have difficulty to study, communicate, and socialize. They also have limited physical abilities even in daily activities, such as brushing their teeth themselves; therefore, they have higher risk of tooth decay and periodontal tissue disorders such as gingivitis compared with normal individuals. This study aimed to determine the gingival status of students with mental retardation at SLB Santa Anna Tomohon. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Population of this study was all of mentally retarded students as many as 51 students obtained by using total sampling method. Data consisted of checking sheets of gingival indexes. The results showed that the gingival status of 39 mentally retarded students (76.5%) was in mild inflammation category. Conclusion: Most students of SLB Santa Anna Tomohon had gingival status of mild inflammation category.Keywords: gingival status, tunagrahita student. Abstrak: Siswa tunagrahita atau retardasi mental ialah siswa yang mengalami keterlambatan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sehingga mengalami kesulitan dalam belajar, berkomunikasi, maupun bersosialisasi. Kemampuan fisik yang terbatas membuat tunagrahita kurang mampu untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari secara normal contohnya dalam hal membersihkan rongga mulutnya sendiri. Hal ini menyebabkan tunagrahita berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan individu normal terhadap kerusakan gigi geligi dan kelainan jaringan periodontal seperti gingivitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gingiva siswa tunagrahita di SLB Santa Anna Tomohon. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa tunagrahita berjumlah 51 siswa. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar pemeriksaan status gingiva dengan indeks gingiva. Hasil penelitian menunjukkan status gingiva siswa tunagrahita Sekolah Luar Biasa Santa Anna Tomohon sebagian besar termasuk kategori inflamasi ringan (indeks gingiva 0,7) yaitu sebanyak 39 responden (76,5%). Simpulan: Status gingiva sebagian besar siswa tunagrahita Sekolah Luar Biasa Santa Anna Tomohon termasuk dalam kategori inflamasi ringan. Kata kunci: status gingiva, siswa tunagrahita.


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Sarlota Uamang ◽  
Michael A. Leman ◽  
Shane H.R. Ticoalu

Abstract: Caries is one of the dentine diseases which causes tooth cavity. In people with chewing betel habit, caries occurs due to less of oral hygiene. Chewing betel habit is inherited from generation to generation to prevent tooth decay, albeit, this habit can cause caries as an impact of chewing betel inappropriately including the frequency, duration, and number of betles consumed. This study was aimed to obtain the caries status of students from Mimika who had chewing betel habit in Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Subjects were 45 students from Mimika that had chewing betel habit obtained by using total sampling method. The results showed that the average of DMF-T index of subjects was 5,9 (D/Decay 222, M/Missing 30, F/Filling 15). The majority of subjects had that habit for >5 years, 1-5 times of chewing per day, and less than 5 betels consumed per day. Conclusion: Status of caries in students of Mimika who had chewing betel habit in Manado was classified in high category.Keywords: caries status, chewing betel habit Abstrak: Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang menyebabkan kavitas pada gigi. Karies gigi pada penyirih terjadi karena kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut. Kebiasaan menyirih merupakan kebiasaan masyarakat peramu yang diturunkan dari generasi ke generasi untuk merawat gigi namun dapat menyebabkan karies gigi pada penyirih akibat pola menyirih yang tidak teratur seperti frekuensi menyirih, lamanya menyirih dan jumlah pinang yang dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian berjumlah 45 mahasiswa dengan kebiasaan menyirih berasal dari Kabupaten Mimika, diperoleh dengan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukkan rerata indeks DMF-T pada subyek penelitian yaitu 5,9 dengan nilai D (Decay) 222, M (Missing)30, F (Filling) 15. Mayoritas subyek peneltian telah menyirih >5 tahun, frekuensi menyirih 1-5 kali sehari, dan jumlah pinang yang dikonsumsi sehari <5 buah. Simpulan: Status karies pada mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado tergolong kategori tinggi. Kata kunci: status karies, kebiasaan menyirih


e-GIGI ◽  
2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Stevany A.D. Tawas ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Damajanty H.C. Pangemanan

Abstract: Generally, in elderly there is a change in saliva composition due to the decreased production of saliva which leads to dry mouth or xersotomia. Clinically, a patient with dry mouth will feel dry on his/her lips and the mouth corners become irritated. This study was aimed to obtain the profile of xerostomia in the elderly at Kelurahan Malalayang Satu Timur. This was a descriptive study using a cross sectional design. This study was conducted in Kelurahan Malalayang Satu Timur. Samples of this study were obtained by using total sampling method. The study was performed on 35 peoples aged 60 to 75 years (according to WHO standard) as subjects. Salivary flow rate was measured with a measuring cup. The results showed that xerostomia was found in 87.5% of the subjects, more dominant in females (96.7%), and more frequent in the age group 65-69 years (66.7%). Conclusion: At Kelurahan Malalayang Satu Timur, xerostomia was more common in female elderly and age group 65-69 yearsKeywords: xerostomia, elderly Abstrak: Umumnya seseorang yang sudah memasuki usia lanjut akan mengalami perubahan dalam komposisi saliva akibat produksi saliva berkurang yang bermanifestasi sebagai xerostomia. Secara klinis pasien dengan xerostomia akan merasa kering pada bibir dan bagian sudut mulut mengalami iritasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran xerostomia pada kelompok usia lanjut di Kelurahan Malalayang Satu Timur. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Penelitian dilakukan di Kelurahan Malalayang Satu Timur. Terdapat 35 subyek usia lanjut dengan usia 60-75 tahun (menurut standar WHO). Pengukuran laju aliran saliva dilakukan dengan menggunakan metode spitting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xerostomia ditemukan pada 85,7% dari subyek. Jenis kelamin perempuan lebih dominan (96,7%) dan tersering pada rentang usia 65-69 tahun (66,7%). Simpulan: Pada kelompok usia lanjut di Kelurahan Malalayang Satu Timur xerostomia lebih sering terjadi pada yang berjenis kelamin perempuan dan usia 65-69 tahun.Kata kunci: xerostomia, usia lanjut


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document