scholarly journals PERSEPSI PASIEN PENGGUNA GIGI TIRUAN LEPASAN BERBASIS AKRILIK YANG MENGGUNAKAN JASA DOKTER GIGI DI KOTAMOBAGU

e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Rifon I. Mokodompit ◽  
Krista V. Siagian ◽  
P. S. Anindita

Abstract: Loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal disease. Losing teeth can lead people to emotional impact as well as impaired functions of speaking, chewing, and aesthetics. The use of denture to replace missing teeth is important to avoid these impacts. This study aimed to determine patients’ perception as users of removable acrylic based denture in Kotamobagu. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were 203 users of removable acrylic based denture at dentist services in Kotamobagu. Samples were 67 respondents obtained by using Solvin formula and simple random sampling method. In this study we used questionnaire consisted of 25 questions. The results showed that the patient’s perception was in good category based on competence, access, needs, time, and budget.Keywords: patient’s perception, removable denture, dentist serviceAbstrak: Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional serta terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang penting dilakukan untuk menghindari dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi yaitu pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu yang berjumlah 203 jiwa. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 67 sampel, dan metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Studi ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kompetensi, akses, kebutuhan, waktu, dan biaya persepsi pasien termasuk kategori baik.Kata kunci : persepsi pasien, gigi tiruan lepasan, jasa dokter gigi

2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Bayu R. E. Warouw

Abstract: Tooth extraction is a mostly performed treatment in dental practice because most patients come with bad tooth condition that cannot be taken care anymore. The obstacle of tooth extraction is the society’s knowledge. Lack of knowledge causes doubt about going to the dentist. This study aimed to determine the overview of the knowledge and attitude levels of the people in North Molompar Village, South East Minahasa about tooth extraction. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 87 samples obtained by using the Slovin formula with random sampling method. Data presented in the form of a diagram based at the frequency distribution. The results showed that the knowledge level of tooth extraction in North Molompar was 55% good, obtained from scoring result of 481, and the attitude level of tooth extraction was 69% good, obtained from scoring result of 604. Conclusion: Levels of knowledge and attitude of the people in North Molompar Village, South East Minahasa, about tooth extraction were categorized as good. Keywords: tooth extraction, knowledge, attitude.     Abstrak: Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam praktek kedokteran gigi karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak  bisa dirawat lagi. Hambatan yang dialami dalam upaya pencabutan gigi ialah pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut pencabutan gigi. Pengetahuan yang kurang memadai membuat masyarakat ragu untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 87 responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dan penarikan sampel berupa acak sederhana. Data disajikan dalam bentuk diagram berdasarkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara yaitu 55% dapat dikatakan baik (hasil skoring 481) dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di yaitu 69% dapat dikatakan baik (hasil skoring 604). Simpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Molompar Utara terhadap pencabutan gigi tergolong baik. Kata kunci: pencabutan gigi, pengetahuan, sikap.


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Jefrianto Wololy ◽  
Billy J. Kepel ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Recurrent aphthous stomatitis (RAS), commonly known among Indonesian people as "sariawan", is an oral mucosal disease which most often affects people. Based on the clinical symptoms, there are three recognized types of RAS, namely: minor RAS as the most common type, major RAS, and herpetiform RAS. Knowledge about RAS is very useful in the prevention and treatment of RAS. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 75 Wiau Lapi villagers who filled in the questionnaires and were selected by using simple random sampling. This study aimed to reveal the knowledge of the villagers of Wiau Lapi about recurrent aphthous stomatitis. The results showed that the knowledge of the villagers of Wiau Lapi about RAS tested with the questionnaire consisting of 11 questions obtained a percentage of 63.8%. Conclusion: Most villagers of Wiau Lapi had good knowledge about recurrent aphthous stomatitis. Keywords: knowledge, recurrent aphtous stomatitis.     Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (SAR) atau yang umum dikenal masyarakat Indonesia sebagai “sariawan”, merupakan penyakit mukosa oral yang paling sering diderita manusia. Sampai saat ini terdapat tiga jenis SAR yang dikenal, dengan gejala klinis masing-masing, yaitu: SAR minor sebagai jenis yang paling umum, SAR mayor, dan SAR herpetiformis. Pemahaman yang baik tentang SAR akan sangat bermanfaat ketika penderita berusaha menangani SAR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi tentang stomatitis aftosa rekuren. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cross-sectional design yang dilakukan selama satu bulan. Sampel ialah 75 penduduk desa Wiau Lapi yang mengisi kuesioner dan diseleksi dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi tentang SAR yang diuji dengan kuesioner yang meliputi 11 pertanyaan mencapai persentase sebesar 63,8 %. Simpulan: Pengetahuan masyarakat Desa Wiau Lapi mengenai SAR sudah tergolong baik. Kata kunci: pengetahuan, stomatitis aftosa rekuren.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 1179-1189
Author(s):  
Lilis Banowati

Pada wilayah kerja Puskesmas klangenan terdapat  195 orang kader  yang tersebar di  5 Desa dan 39 Posyandu yang terdiri atas posyandu madya 27 dan purnama 12. Upaya peningkatan efektivitas posyandu dapat melalui penilaian terhadap usia kader posyandu, status perkawinan kader dan lamanya menjadi kader posyandu diharapkan dapat meningkatkan kinerja kader posyandu dalam melaksanakan kegiatannya dan mendorong pemanfaatan posyandu oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik kader dengan kehadiran dalam pengelolaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon Tahun 2018.Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan observasional pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 54 kader kesehatan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Data diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur kader kesehatan (p=0,002),  pekerjaan (p=0,034) dan lama menjadi kader (p=0,003) ada hubungan dengan kehadiran kader dalam pengelolaan posyandu, sedangkan tingkat pendidikan (p=0,424), dan status perkawinan (0,688) tidak ada hubungan dengan kehadiran kader dalam pengelolaan posyandu di wilayah Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon.Kata kunci           : Karakteristik kader, kehadiran, pengelolaan posyandu  ABSTRACTIn Puskesmas klangenan there is a cadre of 195 spread over five villages and 39 IHC consisting of posyandu middle 12 and 27 while . posyandu Efforts to improve effectiveness can be through an assessment of the age of Posyandu cadres, cadres and marital status posyandu cadre ever be expected to improve the performance of posyandu cadres in carrying out its activities and encourage the use posyandu by society.The purpose of this study to determine the relationship characteristic of the presence in the management cadre in Puskesmas Posyandu Klangenan Cirebon 2018.This type of research is observational analytic survey with cross sectional design. The total sample of 54 health volunteers using simple random sampling method. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed statistically using chi square.The results showed that the age of health volunteers (p = 0.002), occupation (p = 0.034) and the old cadre (p = 0.003) no relationship with the presence of cadres in Posyandu management, while the level of education (p = 0.424) and marital status ( 0.688) there is no relationship with the presence of cadres in posyandu management in Puskesmas Klangenan Cirebon.Keywords             : Characteristics of cadres, attendance, managing Posyandu


2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Alqadri Alqadri ◽  
Zelly Dia Rofinda ◽  
Rika Susanti

Abstrak             Kasus kriminal di Indonesia setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Salah satu identifikasi yang dilakukan untuk membantu mengetahui pelaku kriminal adalah dengan memeriksa golongan darah. Golongan darah dapat diperiksa langsung bila di tempat kejadian perkara (TKP) terdapat noda atau bercak darah, tetapi dalam beberapa kasus kriminal biasanya cairan yang ditemukan adalah air ludah (saliva) dalam bentuk basah ataupun kering. Pemeriksaan golongan darah melalui saliva bisa dilakukan apabila orang tersebut termasuk golongan sekretor tetapi tidak bisa diperiksa apabila termasuk golongan nonsekretor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persentase golongan sekretor dan nonsekretor mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Ini merupakan penelitian deskriptif observasi dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebanyak 54 orang. Cara pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling. Data mengenai golongan sekretor dan nonsekretor didapatkan melalui pemeriksaan saliva dengan metode absorpsi inhibisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 42 orang (78%) termasuk golongan sekretor dan 12 orang (22%) termasuk golongan nonsekretor. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa distribusi golongan sekretor lebih besar daripada golongan nonsekretor pada mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Kata kunci: nonsekretor, saliva, sekretor Abstract             Criminal cases in Indonesia tends to increase each year. One of the identification is being to help find criminal is by checking the blood type. Blood type can be checked directly on the scene when there are stains or spots of blood, but in some cases the criminal is usually found saliva in wet or dry form. Blood type through saliva can be done if the person have secretor but can not be checked if including non-secretor. The objective of this study was to determine the percentage of secretors and non-secretor class on the student Medical Faculty of Andalas University. This study was an observational descriptive study with cross-sectional design. The population were 54 students Medical Faculty of Andalas University which choosen by simple random sampling. Data on group secretor and non-secretor saliva obtained through examination of the absorption inhibition method.The results showed that 42 people (78%) that are secretor and 12 people (22%) including non-secretors. Based on these results it can be concluded that the distribution of secretor groups larger than non-secretors in the student of Medical Faculty Andalas University.Keywords: non-secretor, saliva, secretor


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Kadek A.W. Widiastawan ◽  
Greta J. P. Wahongan ◽  
Janno B. B. Bernadus

Abstract: Mites have an important role as a source of allergens in allergic diseases such as asthma, rhinitis, and other atopic diseases. House dust mites (HDMs) are found mainly in the bed, carpet, and floor. HDMs have an important role as the source of house dust allergens. It is important to identify the types of HDMs in an area to determine the nature of HDM allergens. This study aimed to determine the types and density of HDMs in the Malalayang Dua Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples of dust were collected from houses at Malalayang Dua by simple random sampling method. Of 96 samples of house dust, there were 82 positive mite and 14 negative mite samples. A total of 216 mites were obtained in samples of HDMs. The most abundant was Pyroglyphidae family (107 mites), followed by Glycyphagidae (51 mites) dan Cheyletidae (6 mites) families. The densities of HDMs were di 36.92 mites/g dust on beds, 15.94 mites/g dust on the sofas, and 11.41 mites/g dust on the bedroom floors with an average 21.42 mites/g dust. Conclusion: In Malalayang Dua, there were 3 types of house dust mites as follows: Pyroglyphidae (the most), Glycyphagidae, and Cheyletidae families. The highest density of house dust mites was in the dust on beds meanwhile the lowest one was in the dust on bedroom floors.Keywords: types, density, house dust mitesAbstrak: Tungau memiliki peranan sebagai sumber alergen penting pada penyakit alergi seperti asma, rinitis, dan penyakit atopik lainnya. Tungau debu rumah (TDR) ditemukan terutama di tempat tidur, karpet, dan lantai dan berperan sebagai sumber alergen debu rumah. Identifikasi jenis TDR di suatu wilayah diperlukan untuk mengetahui sifat alergen TDR di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan TDR di Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian berupa debu dikumpulkan dari rumah-rumah penduduk dengan menggunakan metode simple random sampling. Dari 96 sampel debu rumah pada penelitian ini didapatkan 82 sampel positif tungau dan 14 negatif. Sebanyak 216 tungau didapatkan dari sampel debu rumah dengan jenis tungau terbanyak berasal dari famili Pyroglyphidae (107 tungau), diikuti famili Glycyphagidae (51 tungau) dan famili Cheyletidae (6 tungau). Kepadatan TDR di tempat tidur 36,92 tungau/g debu, di sofa 15,94 tungau/g debu, dan di lantai kamar tidur 11,41 tungau/g debu dengan rerata 21,42 tungau/g debu. Simpulan: Dari hasil penelitian di Kelurahan Malalayang Dua didapatkan 3 jenis tungau yaitu famili Pyroglyphidae (terbanyak), famili Glycyphagidae dan famili Cheyletidae. Tingkat kepadatan TDR tertinggi pada sampel debu tempat tidur dan terendah di lantai kamar tidur.Kata kunci: jenis, kepadatan, tungau debu rumah


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ireine S. Waworuntu ◽  
John . Porotu'o ◽  
Olivia A. Waworuntu

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). In Indonesia, there are about 430.000 new cases, of which 61.000 cases ended in death. This disease has many clinical varieties, therefore, a gold standard for the right and exact diagnosis is needed. The examination of sputum by using Ziehl-Neelsen staining must be more improved for public health service. This study aimed to determine the profile of Mycobacterium tuberculosis (acid-fast bacteria) among patients with coughing ≥2 weeks at Ranotana, Wenang and Sario Primary Health Cares (PHCs) by using Ziehl-Neelsen staining. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling method during the period of September 2015 - December 2015. The results showed that there were 38 cases of coughing ≥2 weeks as follows: 15 cases at Wenang PHC, 13 cases at Ranotana PHC, and 10 cases at Sario PHC. The examination of acid-fast bacteria from the 38 cases of three PHCs showed that 1 case (2.7%) had acid-fast bacteria (++). Conclusion: In this study, there was only one case (2,7%) with positive Mycobacterium tuberculosis. Keywords: cough more than two weeks, tuberculosis, BTA Abstrak: Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Indonesia memiliki sekitar 430.000 kasus baru dimana 61.000 kasus berakhir dengan kematian. Penyakit ini memiliki gejala klinis yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan standar baku untuk menegakkan diagnosis lebih cepat dan akurat. Pemeriksaan sputum dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen harus lebih ditingkatkan pada pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran Mycobacterium tuberculosis (basil tahan asam, BTA) dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen pada pasien batuk ≥2 minggu di Puskesmas Wenang, Puskesmas Ranotana, dan Puskesmas Sario Kota Manado. Jenis penelitian ini deskriptif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan cara total sampling pada kurun waktu September 2015 - Desember 2015. Hasil penelitian mendapatkan 38 kasus batuk ≥2 minggu yaitu 15 kasus di Puskesmas Wenang, 13 kasus di Puskesmas Ranotana dan 10 kasus di Puskesmas Sario. Pada pemeriksaan (BTA) di Puskesmas Wenang, Puskesmas Ranotana dan Puskesmas Sario didapatkan BTA (++) 2,7% sedangkan BTA (-) 97,3%.Simpulan: Pada penelitian ini didapatkan 1 kasus (2,7%) Mycobacterium tuberculosis positif


2018 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 265 ◽  
Author(s):  
Diah Ayu Pitaloka ◽  
Rumaidhil Abrory ◽  
Ayu Deni Pramita

Background:Exclusive breastfeeding is a breastfeeding exclusively without any food or other additional beverages starting from newborns to 6 months old baby. Data from Indonesia Health Profile of 2014 states that infants receiving Exclusive Breast Milk in Indonesia only reach 41.67%. Objectives: To analyze the relationship between maternal knowledge, education, and exclusive breastfeeding among mothers in the village of Kedung Rejo, Waru Sub-district, Sidoarjo District.Methods: This research was descriptive analytic study using cross sectional design. The population of this study was mothers who has infants aged 6-12 months in Kedungrejo Village Waru Sub-district Sidoarjo District. Sample was selected using simple random sampling technique involving 31 people. Data analysis was tested using Fisher's exact test.Results:The results showed that the prevalence of exclusive breastfeeding in Kedungrejo Village, Waru Sub-district was 29%. The results of tests using Fisher's Exact showed that mother's knowledge and education were not related to exclusive breastfeeding in infants aged 6-12 months.Conclusion: There was no significant association between maternal knowledge, education and exclusive breastfeeding practices among mothers.ABSTRAKLatar Belakang:ASI Eksklusif adalah memberi Air Susu Ibu secara Ekslusif tanpa ada makanan atau minuman tambahan lainnya yang mulai dilakukan saat bayi baru lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa bayi yang menerima ASI Eksklusif di Indonesia hanya sebesar 41,67%.Tujuan: Mengetahui pengetahuan ibu dan pendidikan ibu hubungannya dengan pemberian ASI Eksklusif di desa Kedung rejo, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini merupakan ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo  yang dipilih secara simple random sampling  sebanyak  31 orang. Data kemudian dikumpulkan dan diuji dengan menggunakan uji Fisher’s Excact.Hasil: Hasil menunjukkan bahwa prevalensi pemberian ASI Ekslusif di Desa Kedungrejo Kecamatan Waru Kabupaten  yaitu hanya 29%. Hasil uji dengan menggunakan Fisher’s Exact menunjukkan bahwa pengetahuan dan pendidikan ibu tidak berhubungan terhadap pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan.Kesimpulan:Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, pendidikan dan praktik pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu. 


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Waraney Mamengko ◽  
Shirley E. S. Kawengian ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Cavity is a classic problem that has existed since long time ago which is one of the causes of tooth ache. Caries is a disease that involves enamel, dentin and cementum. Caries caused by microorganism action on fermented carbohydrate. The prevalence of active caries in Indonesia and in some countries is still high. Caries can occur among all ages, including children. Factors that cause caries regarding to the attitude and the nature of children who like to eat snacks and sweet foods that can cause dental caries. This study aimed to describe the consumption of snacks and status of caries in children aged 3-5 years in the Rinegetan village Tondano. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 52 children aged 3-5 years obtained by using total sampling method. Data were obtained by using def-t index and questionnaire. The results showed that snacks consumed by the children were: candy (75%) and milk (73,07%). The average of dental caries amog the children aged 3-5 years in the Rinegetan village, Tondano, was 2.36 (low category).Keywords: caries, children, snacks, def–t indexAbstrak: Gigi berlubang merupakan masalah klasik yang sejak dahulu sudah ada yang menjadi salah satu penyebab seseorang merasakan rasa sakit gigi. Karies merupakan suatu penyakit yang menyerang jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dan di bebera panegara di dunia adalah cukup tinggi. Karies dapat dialami oleh semua usia termasuk anak-anak. Faktor penyebab karies salah satunya yang dapat diteliti berkaitan dengan sikap maupun sifat dari anak-anak yang suka mengonsumsi jajanan makanan yang manis-manis dapat menyebabkan karies pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi jajanan dan status karies pada anak umur 3-5 tahun di kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat pada bulan September 2015. Sampel terdiri dari 52 anak umur 3-5 tahun diperoleh dengan total sampling method. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen yaitu lembar pemeriksaan def-t dan kuesioner. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi jajanan yang masuk dalam kategori paling sering yaitu permen (75%) dan susu (73,07%). Status karies gigi anak berusia 3-5 tahun di Kelurahan Rinegetan, Kecamatan Tondano Barat rata-rata 2,36 yag termasuk dalam kategori rendah.Kata kunci : karies, anak-anak, jajanan, indeks def-t


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Christavia J. Motto ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Shane H.R. Ticoalu

Abstract: Oral health is an important part of the overall body health. Children with special needs are at risk or have chronic physical, developmental, behavioral, or emotional condition, therefore, they commonly require some assistance in maintaining their cleanliness, especially the oral hygiene. The indicator degree of oral hygiene in Indonesia is the status of oral hygiene degree with an average of Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) <1.2 obtained from summing the number debris index and calculus index. This study was aimed to describe the dental and oral hygiene in students with special needs at SLB YPAC Manado. This was a descriptive study with a cross sectional design. Subjects were 36 students, aged 10-28 years, cooperative, and had letters of consent signed by their parents or proxy parents, obtained by using total sampling method. Data were analyzed manually and presented in tables, figures, and percentages, grouped based on their characteristics. The results showed that the students with special needs in SLB YPAC Manado had an average score of OHI-S of 1.3 with a total scores of Simplified Debris Index (DI-S) 0.9 and Simplified Calculus Index (CI-S) 0.4 which belonged to the moderate category.Keywords: oral hygiene, students with special needs Abstrak: Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) berisiko tinggi atau mempunyai kondisi kronis secara fisik, perkembangan, perilaku atau emosi sehingga memerlukan bantuan dalam menjaga kebersihan diri sendiri khususnya kebersihan gigi dan mulut. Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut di Indonesia ialah status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan rerata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) <1,2 yang didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus indeks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebersihan gigi dan mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Subyek penelitian sebanyak 36 siswa berusia 10-28 tahun, kooperatif, serta bersedia menjadi responden berdasarkan surat persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua atau wali, diperoleh dengan metode total sampling. Data diolah secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar, dan persentase yang dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya. Hasil penelitian menunjukkan dari 36 siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado didapatkan rerata skor OHI-S 1,3 dengan jumlah skor Debris Index Simplified (DI-S) 0,9 dan skor Calculus Index Simplified (CI-S) 0,4 yang tergolong pada status kebersihan gigi dan mulut sedang.Kata kunci: kebersihan gigi dan mulut, siswa berkebutuhan khusus


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document