SOTIRIA (Jurnal Theologia dan Pendidikan Agama Kristen)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

26
(FIVE YEARS 19)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologia Paulus Medan

2685-3493, 2685-354x

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Andreas Budi Setyobekti ◽  
Susanna Kathryn ◽  
Suwondho Sumen

Indonesia memiliki filosofi Bhineka Tunggal Ika sebagai salah satu kekayaan yang mampu mempersatukan berbagai latar belakang keadaan dan masyarakat Indonesia. Filosofi ini adalah bagian dari 4 pilar kebangsaan yang mengikat perbedaan suku, bangsa, daerah, dan golongan yaitu: Pancasia, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Semangat Nasionalisasi tentu melekat dalam filosofi ini. Sedangkan dalam kehidupan bergereja, maka terdapat dua bentuk atau model penyelengaraan keorganisasian gereja di Indonesia. Gereja dengan nafas kedaerahan dan gereja dengan nafas Nasional. Masing-masing model penyelenggaraan gereja di Indonesia memiliki permasalahan yang dihadapi. GBI sebagai gereja yang bernafaskan Nasional memiliki pergumulan perpecahan dan persaingan antar satu kelompok dengan yang lain yang semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan suatu dasar dan filosofi untuk membingkai keberagaman latar belakang tersebut. Metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara kepada pejabat GBI di DKI Jakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa cara mengimplementasikan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika adalah dengan menyelaraskan nilai-nilai Kekristenan seperti satu dalam tubuh Kristus, mengasihi, menghormati orang lain yang sejalan dengan nilai-nilai luhur dalam Bhineka Tunggal Ika. Praksisnya dapat dilihat dari kesadaran dan penerimaan perbedaan etnis atau ras dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengkhotbahkan atau memberi pengajaran kepada jemaat tentang perlunya melestarikan serta menerapkan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika. Memberikan pengertian kepada seluruh pejabat tentang perbedaan adalah sebuah kekayaan Nasional. Mengembangkan budaya inklusivisme sebagai budaya bangsa Indonesia dengan tindakan nyata seperti kegiatan fellowship bersama, tukar mimbar atau melakukan kegiatan sosial bersama antar satu gereja dengan gereja yang lain.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 37-46
Author(s):  
Donald Steven Keryapi

this study aims to reveal how the concept of Missio Dei as reconciliation in the trinity-incarnational mission paradigm and construct the form of mission Dei as reconciliation in the public sphere. The research method used is a qualitative research method through the Literature Research approach whose research results are obtained through reading various literature on the mission and practice of reconciliation. This research reveals that Missio Dei is a mission carried out by the Triune God so that humans can reunite in the fellowship of the Triune God through reconciliation through the incarnation of the Word, namely Jesus Christ. Missio Dei as this reconciliation forms the format of the mission as reconciliation between individuals/groups based on the trinitarian-incarnational framework and is constructed through a construction circle approach that starts with open relationships and ends with risky actions. The conclusion is that mission Dei as reconciliation is an alternative in the context of today's mission. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana konsep Missio Dei sebagai rekonsiliasi dalam paradigma misi trinitas-inakrnasional dan mengkonstruksikan bentuk mission Dei sebagai rekonsiliasi dalam ruang public. Metode penelitian yang dipakai ialah metode penelitian kualitatif melalui pendekatan Literatur Research yang hasil penelitiannya didapat melalui pembacaan berbagai literatur tentang misi dan praktik rekonsiliasi. Penelitian ini mengungkapakan bahwa Missio Dei adalah misi yang dilakukan oleh Alah Tritunggal agar manusia dapat bersekutu kembali dalam persekutuan Allah Tritunggal melalui rekonsiliasi yang dilakukan melalui inkarnasi sang Firman yaitu Yesus Kristus. Missio Dei sebagai rekonsiliasi ini membentuk format misi sebagai rekonsiliasi antar setiap pribadi/kelompok berdasarkan kerangka trinitarian-inkarnasional dan dikonstruksikan melalalui pendekatan lingkaran konstruksi yang dimulai dari hubungan terbuka yang diakhiri dengan tindakan beresiko. Kesimpulan yang didapat ialah bahwa mission Dei sebagai rekonsiliasi merupakan alternatif dalam konteks misi masa kini.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 47-58
Author(s):  
Iwan Firman Widiyanto ◽  
Albertus Dwi Saputra ◽  
Daryanto Daryanto ◽  
Joko Suwiknyo Tyas Mahendra ◽  
Akris Mujiyono

This phenomenological research aims to describe the phenomenon of the ability to distinguish spirits possessed by the members of the Indonesian Muria Christian Church, Srumbung Gunung. There were six church members studied, consisting of men and women from various educational levels. By using a phenomenological approach, the ability to distinguish spirits is a complex reality. Science needs to understand this phenomenon empathetically so that it will be able to explore the wealth contained in it. A scientific approach that is too positivistic towards the phenomenon of the spirit will damage and shallow reality. Abstrak Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena kemampuan membedakan roh yang dimiliki oleh jemaat Gereja Kristen Muria Indonesia Srumbung Gunung. Terdapat enam anggota jemaat yang diteliti, terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai tingkat pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi menghasilkan bahwa kemampuan membedakan roh merupakan sebuah kenyataan yang kompleks. Ilmu Pengetahuan perlu memahami fenomena ini secara empatik sehingga akan dapat mengeksplorasi kekayaan yang terdapat didalamnya. Pendekatan keilmuan yang terlalu positivistic terhadap fenomena roh akan merusak dan mendangkalkan realitas.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 11-25
Author(s):  
Desti Samarenna

Life stress is something that occurs as a result of changes in life. The purpose of this study is to analyze and interpret managing the stresses of life according to Psalm 77, then implement it in the lives of believers today. The biblical manuscript research method is the book analysis method, in this case using a research method that includes exegesis and Bible study to understand the text in Psalm 77. Based on the results of the reflection study of Psalm 77, the following conclusions are drawn: calling on God to convey the struggle, remembering blessings God in the past, strengthen beliefs and divert thoughts that are applied to matters relating to God's actions in the past. Then glorify God and trust him as a release from the struggles and pressures of life by remembering God's loving and generous character. Abstrak Tekanan hidup adalah sesuatu yang terjadi akibat timbulnya perubahan dalam kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menafsir mengelola tekanan hidup menurut Mazmur 77, lalu mengimplementasikannya dalam kehidupan orang percaya masa kini. Metode penelitian naskah Alkitab yaitu mentode analisis kitab, dalam hal ini menggunakan metode penelitian yang mencakup eksegesis dan kajian Alkitab untuk memahami teks dalam Mazmur 77. Berdasarkan hasil kajian refleksi Mazmur 77, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: berseru kepada Allah menyampaikan pergumulan, mengingat berkat Allah dimasa lalu, mengokohkan keyakinan dan mengalihkan pikiran yang diterapkan kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Allah di masa lalu. Kemudian memulikan Tuhan dan memercayainya sebagai pelepas atas pergumulan dan tekanan hidup dengan mengingat karakter Allah yang penuh kasih dan murah hati.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 26-36
Author(s):  
Yonatan Alex Arifianto

Keberagaman penduduk Indonesia di satu sisi merupakan kekuatan bangsa Indonesia, namun juga dapat menjadi pemicu disintegrasi sesama anak bangsa. Banyaknya konflik SARA yang terjadi setelah reformasi, menimbulkan superioritas diberbagai lapisan masyarakat sampai kepada superioritas agama. Melalui tulisan ini penulis mendeskripsikan tentang mereduksi superioritas dan mengamalkan sila kemanusian yang adil dan beradab. Menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif dapat disimpulkan bahwa untuk mereduksi superioritas dan juga dalam mengamalkan sila dan norma yang terkandung didalamnya maka yang perlu dilakukan sebagai berikut: Pertama setiap anak bangsa harus dapat menghilangkan rasa superior dari segala sisi terhadap sikap menghargai sesama dengan mereduksi paradigma hakikat Kemanusiaan yang salah. Kedua tetap memperkokoh dan terus mengamalkan persatuan dan kesatuan sebagai dasar dari berbangsa dan bernegara. Ketiga, orang percaya dapat melihat sisi kemanusiaan dalam perspektif Kristiani yang dapat menjadi tuntunan dalam mengaktualisasi iman Kristen dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 119-131
Author(s):  
Eben Munthe ◽  
Munatar Kause ◽  
Nicolien Meggy Sumakul

The Bible is a Christian holy book and is believed to be the word of God, even though there is a lot of technical controversy with its terminology. The Bible is written in two major languages, Hebrew and Greek, besides some parts in Aramaic. In the process of becoming an Indonesian-language holy book, there are controversies that invite a lot of disputes, even some of the most correct claims. This includes the use of the word "Allah", which some groups consider inappropriate, because it is not the true identity of the Creator. The use of the word God to show the Creator is considered a fatal act, including the identity of other gods, so the use of YHWH or Yahweh is what the Bible should use. This article is a qualitative review of the literature using descriptive methods. In conclusion, the use of the word God in the Bible is not wrong, because it is a legacy from the apostles in the New Testament. Abstrak Alkitab merupakan kitab suci orang Kristen dan diimani sebagai firman Allah, sekalipun ada banyak kontroversi secara teknis dengan pengistilahannya. Alkitab ditulis dalam dua bahasa besar, Ibrani dan Yunani, selain beberapa bagian dengan bahasa Aram. Dalam prosesnya menjadi kitab suci berbahasa Indonesia ada hal-hal kontroversi yang mengundang banyak perselisihan, bahkan tidak sedikit klaim yang paling benar. Termasuk di dalamnya pengunaan kata “Allah”, yang oleh sebagian kelompok dianggap tidak pantas, karena bukan identitas Sang Pencipta yang sejati. Penggunaan kata Allah untuk menunjukkan Sang Pencipta dianggap tindakan yang fatal, memasukkan identitas allah lain, sehingga penggunaan YHWH atau Yahweh itulah yang seharusnya digunakan Alkitab. Artikel ini merupakan kajian kualitatif literatur yang menggunakan metode deskriptif. Kesimpulannya, penggunaan kata Allah dalam Alkitab bukanlah sesuatu yang salah, karena itu merupakan warisan dari para rasul di Perjanjian Baru.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 66-83
Author(s):  
Joy Sopater Wasiyono

Abstract: The Epistle to the Hebrews is an epistle that has sparked a lot of controversies. The most common debates are those relating to authorship. Among the issues of authorship, the most provocative of debate is the discussion about the author. The most important tool in the investigation of the author of writing is the internal evidence of the writing itself. This research is focused on proving Paul as the author of Hebrews based on internal evidence. The research method used is descriptive qualitative non-experimental research with exegetic and biblical approaches to texts that are considered to have significance in the proof of the author to the Hebrews. After careful examination of the text of The Epistle to the Hebrew, is found 25 internal evidence for the author of the Hebrews. This internal evidence was subsequently used to prove Paul's authorship of the Hebrews. Abstrak Surat Ibrani adalah surat yang memicu banyak kontroversi. Perdebatan paling umum adalah yang berhubungan dengan kepenulisannya. Di antara persoalan-persoalan kepenulisan, yang paling memicu perdebatan adalah pembahasan tentang siapa penulisnya. Alat bantu terpenting dalam penyelidikan penulis sebuah tulisan adalah bukti-bukti internal dari tulisan itu sendiri. Penelitian ini difokuskan untuk membuktikan Paulus sebagai penulis surat Ibrani berdasarkan bukti-bukti internal. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif non eksperimental dengan pendekatan eksegesis dan biblika terhadap teks-teks yang dianggap memiliki signifikansi dalam pembuktian penulis surat Ibrani. Setelah dilakukan penelitian yang cermat terhadap teks surat Ibrani, maka diperoleh 25 bukti internal penulis surat Ibrani. Bukti-bukti internal ini selanjutnya digunakan untuk membuktikan kepenulisan Paulus atas surat Ibrani.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 106-118
Author(s):  
Muryati Muryati ◽  
Gernaida Pakpahan ◽  
Junifrius Gultom

The anomaly of Jonah's attitude in rejecting God's call (Jonah 1) and his anger at Nineveh's conversion caused various opinions on the genre of his book. This encourages the need to produce new findings to narrow the view of experts by placing the book of Jonah as satire literature. The purpose of this research is to describe the satire elements contained in the prologue and epilogue of the book of Jonah. The method used in this research is a narrative approach using a modified method that departs from the four narrative elements namely the narrator, character (characterization), point of view, and storyline then combined with some elements of general interpretation in it. through the narrative analysis method, the researcher sees the text as a "mirror" that projects a certain picture, namely the world of narratives that provides benefits to explore the forms and elements of the prologue and epilogical satire texts of the book of Jonah. The results showed that Irony underlies all elements of satire spread in articles 1 and 4. Researchers classify the elements of irony as personification, repetition, hyperbole, sarcasm, paronomasia, and parody. These characteristics indicate Jonah 1 and 4 are narratives containing satire. The implication of the teaching of the church by referring to the didactic values in the satire of the story of Satire Jonah can be used as a reference for learning the truth of God's Word. Abstrak Anomali sikap Yunus dalam menolak panggilan Tuhan (Yunus 1) dan kemarahannya pada pertobatan Niniwe menimbulkan beragam pendapat pada genre kitabnya. Hal ini mendorong adanya kebutuhan untuk menghasilkan temuan baru guna mempersempit pandangan para pakar dengan menempatkan kitab Yunus sebagai sastra satire. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur satire yang terdapat dalam prolog dan epilog kitab Yunus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan naratif menggunakan modifikasi metode yang berangkat dari empat unsur narasi yaitu narator, karakter (penokohan), sudut pandang, dan alur cerita lalu dikombinasikan dengan beberapa elemen penafsiran umum di dalamnya. melalui metode analisis naratif peneliti melihat teks sebagai sebuah “cermin” yang memproyeksikan gambaran tertentu, yaitu dunia narasi yang memberikan manfaat untuk mengeksplorasi bentuk dan unsur satire teks prolog dan epilog dari kitab Yunus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ironi mendasari semua unsur satire yang tersebar di pasal 1 dan 4. Peneliti mengelompokkan unsur ironi adalah personifikasi, repetisi, hiperbola, sarkasme, paronomosia dan parodi. Karakteristik ini mengindikasikan Yunus 1 dan 4 adalah narasi yang mengandung satire. Implikasinya terhadap pengajaran gereja dengan merujuk pada nilai-nilai didaktis dalam satire kisah Satire Yunus dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari kebenaran Firman Tuhan.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 84-94
Author(s):  
Agus Surya

This paper presents an analysis of the text of 1 Timothy 2: 8-12 in relation to the role of women in worship. Where will be studied in the dialectic of body politics and body theology. The study in this paper uses a qualitative descriptive method. Data were collected using literature study techniques. The results of the study illustrate that the text of 1 Timothy 2: 8-12 presents the role of women in ministry in the Ephesian church. This condition implies that the role of women in church service has the same obligations as men and has the same value before God. Tulisan ini menyajikan analisis teks 1 Timotius 2:8-12 dalam kaitannya dengan peran perempuan dalam ibadah. Dimana akan dikaji dalam dialektika politik tubuh dan teologi tubuh. Kajian dalam tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik studi pustaka. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa teks1 Timotius 2:8-12 menyajikan peran perempuan dalam pelayanan di jemaat Efesus. Kondisi ini berimplikasi bahwa peran perempuan dalam pelayanan jemaat memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki, serta memiliki nilai yang sama di hadapan Allah.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 95-105
Author(s):  
Nixon Lumban Gaol

This research was conducted by applying the Student Facilitator and Explaining type of Cooperative Learning model in Christian Religious Education learning to improve speaking ethics of class IX-2 students of SMP Negeri 1 Sibolangit in 2020. The type of research used was Classroom Research Action. The low ethics of students in speaking is due to the influence of globalization of western culture, as well as the lack of attention from parents and the environment about the importance of speaking ethics, thus fading Indonesian culture. Therefore, the low ethics of speaking to students cannot be ignored, because if left unchecked, our good cultural ethics as Indonesians will fade away, due to the influence of globalization and the environment and parents who are less supportive of speaking. good. Based on the results of the analysis in this study, it can be concluded that the application of the cooperative learning model type Student Facilitator And Explaining can improve students' speaking ethics in Christian Religious Education learning in class IX-2 SMP Negeri 1 Sibolangit. Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk meningkatkan etika berbicara siswa kelas IX-2 SMP Negeri 1 Sibolangit tahun 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah Classroom Research Action. Rendahnya etika siswa dalam berbicara dikarenakan pengaruh globalisasi budaya barat, serta kurangnya perhatian orang tua dan lingkungan tentang pentingnya etika berbicara, sehingga melunturkan budaya Indonesia. Oleh sebab itu, rendahnya etika berbicara pada siswa tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena jika dibiarkan begitu saja maka etika budaya yang baik kita anut sebagai orang Indonesia akan luntur begitu saja, karena adanya pengaruh globalisasi dan lingkungan serta orang tua yang kurang mendukung untuk berbicara yang baik. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan etika berbicara siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas IX-2 SMP Negeri 1 Sibolangit.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document