scholarly journals Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subyektif Dermatitis Kontak Iritan pada Petugas Pengepul Sampah di Wilayah Kota Yogyakarta

2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 80
Author(s):  
Dwi Dewi Ambarsari ◽  
Surahma Asti Mulasari

Latar belakang: Pengepul sampah merupakan sektor informal dalam bidang pengumpulan dan perdagangan sampah layak jual. Pengaruh sampah terhadap kesehatan dikelompokan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Kontak langsung dengan sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik atau teratogenik, dan sampah yang mengandung kuman patogen, dapat menimbulkan penyakit salah satunya dermatitis kontak iritan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik obsevasional dengan desain cross sectional. Subyek penelitian adalah petugas pengepul sampah di wilayah Kota Yogyakarta yang berjumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionale stratified random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama kontak, jenis kelamin dan personal hygiene sedangkan variable terikat adalah keluhan subyektif dermatitis kontak iritan. Teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi-square.   Hasil: Proporsi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 28,9%. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kontak dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan (p-value = 0,322; RP = 0,544; CI 95% = 0,174-1,695), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan (p-value = 0,149) dan tidak ada hubungan antara personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan (p-value = 1,067).Simpulan: Tidak ada hubungan antara lama kontak, jenis kelamin, dan personal hygiene dengan keluhan subyektif dermatitis kontak iritan pada putugas pengepul sampah. ABSTRACTTitle: Factors Associated with Subjective Complaints Contact Irritant Dermatitis on Garbage Collector in Yogyakarta City Area Background: Rubbish collector is one of part in informal sector which runs in collecting and demand the economical rubbish. The effect of of rubbish for health can be divided into two, they are direct affection and indirect affection. Direct contact with the rubbish such as poisonous rubbish, corrosive rubbish to the body, carcinogenic rubbish, the rubbish of teratogenicity, and rubbish containing pathogen virus, it could spread the disease which was called  irritant contact of dermatitis.  The aim of trhe research was to find out the factors subjective complaint related to dermatitis contact of irritant with the rubbish collector at central Yogyakarta.Methods: This type of research is an obsevational analytics with cross sectional study design. The subjects of this research are garbage collectors in Yogyakarta City, which are 45 people. Sampling technique using proportionale stratified random sampling. The independent variables in this study were contact time, sex and personal hygiene while the dependent variable was subjective complaint of irritant contact dermatitis. Technique of collecting data in the form of interview to respondent by using questioner. Data analysis used univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test.Results: The proportion of incidence of irritant contact dermatitis was 28.9%. The result of the analysis showed that there was no correlation between contact duration with subjective complaints of irritant contact dermatitis (p-value = 0.322; RP = 0,544; 95% CI = 0,174-1,695), no relation between sex with subjective complaint of irritant contact dermatitis (p-value = 0.149) and no relationship between personal hygiene and subjective complaints of irritant contact dermatitis (p-value = 1.067).Conclusion: There is no relationship between contact length, sex, and personal hygiene with subjective complaints of irritant contact dermatitis.

Jurnal Ners ◽  
2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
MILDA HASTUTY

Research surveillance in the United States states that 80% of occupational dermatitis is irritant contact dermatitis characterized by the presence of erythema (redness), edema (swelling) mild and cracked after the exposure of contents material from outside.Research to know the relationship of personal hygiene with incidence of disease skin (irritant contact dermatitis) to workers in PT. Industry and Trade Bangkinang in 2016. Cross Sectional research design, this research was conducted in Desember 2016 at PT. Industry and Trade Bangkinang.Sampel in this study are workers in PT. Industry and Trade Bangkinang numbering 92 people. Sample technique used Simple Random Sampling .. The data obtained were analyzed by chi square test. The results showed there was a personal hygiene relationship with irritant contact dermatitis on workers obtained p value = 0,036. For PT. Industry and Trade Bangkinang is expected to be a reference especially in designing rules, and policies for workers to prevent the occurrence of skin diseases (irritant contact dermatitis) by improving good personal hygiene and achieving a healthy work environment for its workers.


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Norhalida Rahmi ◽  
Syamsul Arifin ◽  
Endang Pertiwiwati

ABSTRAKSkabies merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp.). Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Salah satu dampak kejadian skabies yaitu personal hygiene yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit skabies pada santri Wustho di Pondok (SMP) Pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru. Metode penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional.Tteknik sampling menggunakan probality sampling dengan simple random sampling. Populasi penelitian adalah seluruh santri wustho kelas 1 yang berasrama sebanyak 341 santri. Sampel yang digunakan ada 184 santri yang berasrama.H asil analisis didapatkan personal hygiene baik terkena skabies 24% dan personal hygiene baik tidak terkena skabies 76%. Personal hygiene buruk terkena skabies 53% dan personal hygiene buruk tidak terkena skabies 47 %. Hasil uji chi- square didapatkan nilai= 0,000 (r) = 12.590. Kesimpulan penelitian ini personal hygiene berhubungan dengan kejadian skabies. Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian skabies.Kata- kata kunci : personal hygiene, skabies, pesantren.ABSTRACTScabies is a contagious infectious disease caused by infection and sensitization by Sarcoptes scabei var hominis mites (Sarcoptes sp.). transmission can occur directly and indirectly. one of the effects of scabies is poor personal hygiene. To determine the correlation personal hygiene with incidence of scabies in Islamic boarding Wustho students (SMP) Al Falah Putera Banjarbaru. This study was a correlational study with cross-sectional approach, using sampling techniques probality sampling with simple random sampling. The population was all studentswere Islamic boarding wustho in first class as many as 341 students. Total respondent were 184 students in Islamic boarding. Analysis of the Personal hygiene exposed to scabies 24% good, good personal hygiene was not affected by scabies 76%. Personal hygiene badly affected by scabies 53%, poor personal hygiene was not affected by scabies 47%. Result of correlation chisquare test p value = 0.000 and (r) = 12.590. personal hygiene associated with the incidence ofscabies. Personal hygiene was one of effort that can prevent the incidence of scabies.Keywords: personal hygiene, scabies, islamic boarding.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Eka Rosanti ◽  
Edwina Rudyarti ◽  
Mochammad Azel Putra Sunda Diwa

Background: The production process at PT. X using oxalic acid as a mixture of Gum Rosin and Turpentine. Oxalic acid is corrosive and toxic and readily oxidized by water and oxygen that can cause irritation, rashes, burns, and damage to the skin and can cause irritant contact dermatitis. Irritant contact dermatitis cases reached 85% in the workplace. This is caused by direct exposure to chemicals, lack of attention to hygiene, sanitation and the lack of use of personal protective equipment. Purpose: This study aimed to study the correlation of chemicals exposure and personal hygiene with the incidence of irritant contact dermatitis on production workers of PT. X. Methods: This was a quantitative research with cross-sectional approach. The population was 35 workes of PT. X. The sampling technique used total sampling, while data analysis by using  Pearson Correlation test. Results: The test results showed that there was a significant correlation between the exposure of the chemical with the occurrence of irritant contact dermatitis with p value = 0.047, whereas the correlation between personal hygiene with the incidence of irritant contact dermatitis with p value = 0.202 (insignificant). Conclusion: the exposure of chemicals significantly correlate with the occurence of contact dermatitis among the workers, while the personal hygiene had no correlation with the occurrence of irritant contact dermatitis of workers.


Author(s):  
Dian Indahwati Hapsari ◽  
Ria Risti Komala Dewi ◽  
Selviana Selviana

ABSTRAKStunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menyumbang angka cukup besar di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat dengan prevalensi mencapai 44,1% pada Tahun 2017. Puskesmas Darajuanti merupakan Puskesmas di wilayah 3T ( Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang menduduki peringkat pertama kejadian stunting khususnya di Kecamatan Sintang dengan prevalensi sebesar 27,02% pada Tahun 2017. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan faktor determinan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Darajuanti Kabupaten Sintang. Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh balita usia 24 – 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Darajuanti. Sampel diambil dengan metode proportional random sampling dengan jumlah sampel 72 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dengan teknik wawancara, observasi dan pengukuran dengan menggunakan microtoice. Analisis data bivariate menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara KEK dengan kejadian stunting (p value = 0.029), riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting ( p value = 0,002), pola asuh dengan kejadian stunting (p value = 0,021 personal hygiene dengan kejadian stunting ( p value = 0,011), sedangkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian stunting (p value = 0,593) dan riwayat imunisasi dasar dengan kejadian stunting (p value = 1,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan adalah personal hygiene (OR: 12,027) dan (p value = 0.003). Kesimpulan penelitian ini adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian stunting adalah personal hygiene.Kata-kata Kunci: Stunting, balita, Puskesmas DarajuantiABSTRACTStunting is one of the health problems that contributes to a large number in West Kalimantan. Especially in Sintang District, the prevalence reached 44.1% in 2017. Darajuanti Community Health Center is a health center that was ranked first in the stunting incidence in Sintang Subdistrict with a prevalence of 27.02% in 2017. The purpose of this study was to obtain the determinants of stunting occurrence in toddlers in the Darajuanti Community Health Center Working Area in Sintang District. The study design used observational analytics with a cross sectional approach. The population is all toddlers aged 24 - 59 months in the Dara Juanti Community Health Center work area. Samples were taken by proportional random sampling method with a sample of 72 respondents. The instrument of this study used a questionnaire with interview techniques, observation and measurement. Data analysis using chi square test. The results showed there was a relationship between KEK and the incidence of stunting (p value = 0.029), history of exclusive breastfeeding with the incidence of stunting (p value = 0.002), parenting with the incidence of stunting (p value = 0.021 personal hygiene with the incidence of stunting (p value = 0.011 ), whereas there is no relationship between knowledge with the incidence of stunting (p value = 0.593) and history of basic immunization with the incidence of stunting (p value = 1,000) The results of multivariate analysis showed that the most dominant variable was personal hygiene (OR: 12,027) .The conclusion of this study was that the most dominant factor affecting the incidence of stunting was personal hygiene.Keywords: Stunting, toddlers, Puskesmas Darajuanti


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 522-527
Author(s):  
Muhammad Baihaqi ◽  
Agus Sutarna ◽  
Healthy Seventina

Latar belakang: Proses menua akan menyebabkan kemunduran berbagai system pada lansia. Sejalan dengan kemunduran fisik nya lansia membutuhkan pertolongan keluarga utuk memenuhi personal hygiene. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktifitas sehari-hari dengan kadar gula darah lansia di desa Jungjang Wetan Blok 02 dan Blok 03. Metode penelitian ini adalah: penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 35 orang yang diambil melalui rumus besar sampel dimana penentuan sampel nya dengan menggunakan simple random sampling. Data diperoleh degan cara observasi dan gluco test. Analisis secara statistic menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistic di dapatkan aktivitas sehari-hari lansia di Desa Jungjang Wetan blok 02 dan blok 03 Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubug sebagian besar berada pada kategori ringan (45,7%). Distribusi gula darah sewaktu responden yang paling banyak berada pada kategori normal yaitu 25 lansia ( 71,4 % ).Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Chi Kuadrat (X2)hitung 4,126dan nilai sig. (p-Value) 0,042 berarti ada hubungan antara aktifitas sehari-hari dengan kadar gula darah lansia.Kata Kunci : Kadar gula darah, Personal hygiene, Lansia ABSTRACTThe process of aging will lead to a deterioration of various system in the elderly. Along with the physical deterioration of elderly families in need weeks to meet personal hygiene. The purpose of this study to determine the relationship between daily activities with elderly blood sugar levels in the village JungjangWetan Block 02 and Block 03. This research is a descriptive study with cross-sectional correlation. The total sample of 35 people were taken through the large sample formula wherein determining the sample using simple random sampling. Data obtained inter alia, by observation and gluco test. Analyzed statistically using Chi-Square. From the statistical test results obtained with daily activities of the elderly in the village of JungaangWetan block 02 and block 03 PuskesmasTegalgubug largely gentleness in lightweight category (45.7%). Distribution of blood sugar while most respondents are in the 25 elderly normal category (71.4%). The results of hypothesis testing on the value obtained Chi Square (X2) count 4,126 and sig. (p-Value) 0.042 means that there is a relationship between daily activities with the elderly blood sugar levels.Keywords  : Role of Family, Personal hygiene Elderly


Author(s):  
Intan Sari Intan Sari

ABSTRAK   Flour albus (flour albus, leukorea, vaginal discharge) merupakan istilah yang digunakan untuk cairan yang keluar dari genitalia wanita yang bukan darah. Flour albus adalah gejala yang sering ditemukan pada pasien ginekologi. Sepertiga pasien ginekologi datang dengan keluhan flour albus. Flour albus menjadi salah satu dari 25 alasan terbanyak untuk mengunjungi tenaga medis di Amerika Serikat. Tujuan dari penelitina ini diketahuinya hubungan antara penggunaan cairan pembersih vagina dan personal hygiene dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Tahun 2017. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling dengan taraf kesalahan sebesar 5 %. Jumlah sampel sebesar 56 responden. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap keputihan dan kejadian keputihan diukur dengan kuesioner. Uji statistik menggunkan uji chi square. Ada hubungan antara pemakaian cairan pembersih vagina dengan kejadian keputihan (p-value = 0,000), ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian keputihan (p-value = 0,002) pada wanita usia subur di Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Tahun 2017. Dengan demikian diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi terutama tentang faktor-faktor penyebab keputihan.   ABSTRACT Flour albus (flour albus, leukorea, vaginal discharge) is a term used for fluid that comes out of the female genitalia that is not blood. Flour albus is a common symptom of gynecologic patients. A third of gynecologic patients come with flour albus complaints. Flour albus is one of the 25 most frequent reasons to visit medical personnel in the United States.It use descriptive research with cross sectional correlation. The sampling technique used simple random sampling technique with a standard error of 5%. The sample Population samples was 56 respondens, the factors related to the occurrence of the leucorrhea accurence and whiteness were measured by questionnaires. Statistical test used chi square test. there is a correlation between the use of vaginal douche with the incidence of leucorrhea (p-value = 0,000 ), there is a relationship between personal hygiene with the incidence of leucorrhea (p-value = 0,002) on fertile age women Sukajadi Village Talang Kelapa District Banyuasin 2017.Thus it is expected to health personnels to provide information about reproductive health, especially the factors that cause leucorrhea.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Wendi Bayu Utomo

<p>Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacing ini dapat menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya. Sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena banyak kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.</p><p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan personal hygiene anak dengan kejadian kecacingan pada murid sekolah dasar di Kelurahan Way Mengaku. Penelitian menggunakan rancangan <em>cross sectional, </em>dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017. Populasi penelitian adalah seluruh siswa sekolah dasar (kelas III dan IV). Sampel sebanyak 203 anak, dipilih dengan teknik <em>systematic random sampling</em>. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Pemeriksaan parasit cacing dilakukan secara mikroskopis dengan metode apung Data dianalisis secara univariat dengan frekuensi dan proporsi, serta bivariat (menggunakan uji <em>chi-square</em> α = 0,05).</p>Hasil penelitian mendapatkan bahwa proporsi kecacingan pada siswa sekolah dasar di Kelurahan Way Mengaku sebesar 25,1%. Kecacingan berhubungan signifikan dengan kepemilkan jamban (p-value&lt;0,05), jenis lantai rumah (p-value&lt;0,05), kepemilikan sumber air bersih (p-value&lt;0,05), kebiasaan memakai alas kaki (p-value&lt;0,05), kebiasaan mencuci tangan (p-value&lt;0,05), dan kebiasaan memotong kuku (p-value&lt;0,05). Perlu upaya peningkatan pengetahuan siswa sekolah tentang penyakit kecacingan dan pencegahannya. Peran orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam upaya menurunkan angka kecacingan.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 199-202
Author(s):  
Irmawati Irmawati ◽  
Lidia Fitri ◽  
Afritayeni Afritayeni

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengalami peningkatan pada remaja berusia 15-19 tahun, dimana remaja laki-laki (4,5%) dan remaja perempuan (0,7%) pernah melakukan seks pranikah. Hasil penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2014, pada usia 10-19 tahun dengan populasi 43,5 juta didapatkan hasil 52% menemukan konten pornografi melalui iklan/ situs yang tidak mencurigakan dan 14% mengakses situs porno secara sukarela. Berdasarkan survei awal di SMP A Pekanbaru terhadap 10 orang pelajar didapatkan hasil 7 dari 10 mereka sudah berpacaran, sering berpegangan tangan dan berpelukan dengan lawan jenis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan media massa dan peran orangtua terhadap perilaku seksual pada remaja di SMP A Pekanbaru tahun 2017. Jenis penelitian yaitu analitik kuantitatif, dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling sebanyak 158 responden. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil adanya hubungan antara keterpaparan media massa dan perilaku seksual dengan  p value 0,000 < 0,05 dan tidak adanya hubungan antara peran orangtua dan perilaku seksual dengan p value 0,759 > 0,05. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden terpapar media massa (82,3%) dan mayoritas orangtua berperan (91,1%) serta sebagian besar responden beresiko terhadap perilaku seksual (27,8%). Sebaiknya pihak sekolah bekerjasama dengan instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan bekerjasama dengan BKKBN untuk membuat suatu program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document