scholarly journals Hubungan pola konsumsi natrium dan kalium dengan kejadian hipertensi di puskesmas Paccerakkang Makassar

2018 ◽  
pp. 8
Author(s):  
Saharuddin Saharuddin ◽  
Safrullah Amir ◽  
Marwana Said ◽  
Rosmina Rosmina

Latar belakang: Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang risikonya linear dengan pertambahan usia. Kenaikan tekanan pada dinding arteri hingga nilai ekstrim berpotensi memicu berbagai komplikasi kardiovaskular. Tingkat konsumsi natrium dan kalium menunjukkan asosiasi yang cukup berarti dengan kejadian hipertensi. Keduanya menunjukkan efek antagonis dalam menentukan kekuatan dinding arteri menahan laju aliran darah. Tujuan: Penelitian ini dikembangkan untuk mengobservasi korelasi antara konsumsi natrium dan kalium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Kota Makassar. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini merupakan individu berusia ≥ 30 tahun yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Paccerakkang. Sebanyak 78 responden diikutsertakan dalam penelitian ini dengan teknik penarikan secara accidental sampling. Tingkat konsumsi diobservasi menggunakan instrumen penelitian berupa food recall untuk menggambarkan asupan natrium dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk menggambarkan asupan kalium. Analisis bivariat dilakukan untuk memahami hubungan konsumsi garam mineral dengan kejadian hipertensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan beban hipertensi pada populasi target mencapai 51,3%. Konversi hasil survei konsumsi mengindikasikan masih adanya responden sebanyak 39,7% yang mengonsumsi natrium melebihi batas aman yang direkomendasikan. Namun, tingkat konsumsi natrium yang tinggi masih dapat diimbangi dengan konsumsi kalium yang cukup dengan persentase mencapai 65,4%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya korelasi yang berarti antara pola konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Makassar (p-value=0,018), berbeda dengan konsumsi kalium yang tidak mencapai level signifikansi dengan kejadian hipertensi (p-value=0,133). Simpulan: Hanya konsumsi natrium yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Makassar. Sementara konsumsi kalium meskipun menunjukkan adanya perbedaan, namun tidak menemui kemaknaan yang berarti.

2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Silvia Alfinnia ◽  
Lailatul Muniroh ◽  
Dominikus Raditya Atmaka

ABSTRAK Latar Belakang: Anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang. Di usia ini, anak-anak bisa memilih makanan maupun media bermain sesuai keinginan mereka. Aktivitas menggunakan layar yang berlebih serta perilaku makan yang buruk dapat memicu terjadinya obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Screen Based Activity (SBA) dan perilaku makan dengan status gizi anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SDI Darush Sholihin Kabupaten Nganjuk. Besar sampel sebanyak 48 siswa yang dipilih secara proportional random sampling. Pengumpulan data meliputi berat badan, tinggi badan, kuesioner SBA, Food Frequency Questionnaire (FFQ), serta food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s tau dengan nilai signifikansi 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan SBA (p=0,151), perilaku makan makanan pokok (p=0,101), perilaku makan lauk hewani (p=0,212), perilaku makan lauk nabati (p=0,829), perilaku makan sayuran (p=0,751) dan perilaku makan jajanan (p=0,109) dengan status gizi. Namun, terdapat hubungan perilaku makan buah (p=0,040) dengan status gizi.Kesimpulan: Konsumsi buah-buahan yang sering tanpa memperhatikan kandungan gula dan cara penyajian dapat memberikan risiko obesitas pada anak. Diperlukan pendidikan gizi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai pembatasan SBA dan perilaku makan sehat terutama buah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas.


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 229-240
Author(s):  
Meidi L Maspaitella ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar belakang : Remaja merupakan periode growth spurt sehingga kebutuhan zat gizi meningkat. Namun kenyataan beberapa remaja memiliki kepadatan tulang yang rendah hal ini disebabkan antara lain: asupan kalsium dan fosfor yang tidk seimbang, aktivitas olahraga yang kurang, kelebihan atau kekurangan berat badan  serta terlambat menstruasi. Tujuan : Mengindentifikasi hubungan antara indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium, dan asupan fosfor dengan kepadatan Metode : Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 74 anak dipilih secara proportional stratified ramdom sampling. Data yang diteliti meliputi indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh yg diukur dengan Bio Impedance Analyzer dan microtoice, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium dan fosfor diukur melalui wawancara dengan kuesioner dan  food frequency questionnaire dan food recall serta kepadatan tulang diukur dengan Densitometer. Analisis bivariat  menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil : Sebanyak (28,4%) subjek mengalami osteopenia. Nilai z-score IMT  (1,4%) subjek  kategori sangat kurus, (13,5%) subjek  kategori kurus, (6,8%) subjek  kategori kelebihan berat badan,  (2,7%)  kategori kegemukan.  Pengukuran persen lemak tubuh (28,4%) subjek tergolong underfat, (9,5%) subjek tergolong obesitas. Sebagian besar subjek  kurang dalam melakukan olahraga yang meningkatkan kepadatan tulang, (16,2%) awal usia menstruasi  tergolong tidak normal.  Asupan kalsium tergolong kurang (93,2) dan (40,5%) asupan fosfor tergolong lebih. Sebanyak (28,4) subyek mempunyai  kepadatan tulang yang rendah. Indeks massa tubuh yang berlebih berhubungan dengan menurunnya kepadatan tulang pada remaja putri(r=-0,231 p=0,047).Faktor lain seperti persen lemak tubuh(r=-0,124 p=0,293), kebiasaan olahraga(r=-0,124 p=0,293), usia awal menstruasi( r=-0,052 p=0,660), asupan kalsium (r=0,,089 p=0,452)dan fosfor(r=0,087 p=0.463)  tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kepadatan tulang. Kesimpulan : Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kepadatan tulang.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan   


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
SAVIRA RAHMADIAN ◽  
FITRI FITRI ◽  
YULIANA ARSIL

Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Mifthahul Jannah ◽  
Delmi Sulastri ◽  
Yuniar Lestari

AbstrakHipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Penyakit ini disebut juga the silent killer karena tidak menunjukkan gejala. Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah tingginya asupan natrium dan rendahnya asupan kalium. Rasio Na:K yang dianjurkan adalah 1:1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan natrium dan kalium pada penderita hipertensi dan normotensi masyararakat Etnik Minangkabau di Kota Padang. Desain penelitian study comparative dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah masyarakat etnik Minangkabau usia 35-65 tahun di 4 kecamatan terpilih di Kota Padang. Jumlah sampel sebanyak 254 orang yang diambil secara multi stage random sampling. Data responden dikumpulkan dengan kuisioner, tekanan darah dengan sphygmomanometer, asupan natrium dan kalium dengan food frequency questionnaire (FFQ). Data dianalisis dengan uji Chi-Square pada p-value< 0,05 dan uji beda rata-rata dengan metode Independent sample t-test. Hasil penelitian didapatkan rerata sistolik pada normotensi 118,87 mmHg dan diastolik pada normotensi 76,74 mmHg. Rerata sistolik pada hipertensi 154,50 mmHg dan diastolik pada hipertensi 90,59 mmHg. Tidak ditemukan adanya hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah. Kesimpulan penelitian ini ialah tidak ada hubungan antara asupan natrium, asupan kalium dan rasio asupan Na:K dengan tekanan darah.Kata kunci: natrium, kalium, rasio Na:K, tekanan darah, normotensi, hipertensiAbstractHypertension is the blood pressure escalation of systolic ≥140 mmHg or diastolic ≥90 mmHg. This is also called the silent killer because it does not show any symptoms. One of the factors causes hypertension is high sodium and low potassium intakes. The ratio of Na:K that is suggested is 1:1. The objective of this study is to know the differences sodium and potassium intake in patients hypertension and normotension on Minangkabau Ethnic society in Padang. The design of this research was comparative study with the cross sectional approach. The population were taken from Minangkabau ethnic age 35-65 years old in four selected districts in Padang. The total sample of 254 people were taken by multi-stage random sampling. The data were collected by questionnaire of respondents, sphygmomanometer blood pressure, sodium and potassium intakes with a Food Frequency Questionnaire (FFQ). The data was analyzed by Chi-Square test at p-value <0.05 and an average of different test methods Independent sample t-test. The result showed that average systolic of normotensive was 118.87 mmHg and diastolic of normotensive was 76.74 mmHg. The average sistolic of hypertension was 154.50 mmHg and diastolic of hypertension was 90.59 mmHg. The conclusion of this study is that there is no significant correlation between the sodium intake, potassium intake and the ratio of Na: K with the blood pressure.Keywords: sodium, potassium, ratio of Na:K, blood pressure, normotension, hypertension


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 98-104
Author(s):  
Farah Dhilah Irfani ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Mahasiswa berada pada rentang usia 18-25 tahun sering mengalami persepsi terhadap citra tubuhnya. Mahasiswa yang memiliki persepsi buruk terhadap tubuhnya kemungkinan akan melakukan penurunan berat badan agar terlihat menarik secara fisik. Salah satu caranya dengan membatasi asupan lemak dan mulai melakukan kebiasaan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan body image dengan asupan lemak dan kebiasaan berolahraga di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa STIKes Mitra Keluarga. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel berjumlah 180 mahasiswa STIKes Mitra Keluarga yang dipilih menggunakan metode Consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire, Food Frequency Questionare, Food Recall 24H, Frekuensi kebiasaan berolahraga dan dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil: Hasil analisis menunjukkan nilai p-value hubungan antar variabel yaitu body image dengan asupan lemak p-value= 0,881 , dan body image dengan kebiasaan berolahraga  p-value= 0,274. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini tidak terdapat hubungan antara citra tubuh (body image) dengan asupan lemak dan kebiasaan berolahraga pada masa Pandemi Covid-19 di STIKes Mitra Keluarga.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-78
Author(s):  
Nurlaili Handayani ◽  
Muhammad Dawam Jamil ◽  
Ika Ratna Palupi

Faktor gizi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan belajar anak, termasuk pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berada pada usia remaja dan disiapkan sebagai tenaga terampil sesuai bidang keahliannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor gizi yang meliputi asupan energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, dan zink), kebiasaan sarapan, dan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa SMK di Sleman, DIY. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional pada 100 siswa kejuruan dengan jurusan bidang teknik kendaraan ringan yang berasal dari SMKN 2 Depok, SMKN 1 Seyegan dan SMK Muhammadiyah Prambanan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik individu dan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Status gizi ditentukan dengan indikator IMT/U dan prestasi belajar diukur dari nilai ujian praktik mata pelajaran kejuruan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan subjek memiliki asupan energi defisit (68%), protein defisit (40%), lemak defisit (57%), karbohidrat defisit (65%), vitamin C defisit (27%), zat besi defisit (59%), zink defisit (93%), status gizi normal (67%), dan kebiasaan sarapan jarang (35%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dan zat gizi serta status gizi dengan prestasi belajar (p>0,05) tetapi ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan (p=0,010) serta pekerjaan ayah dan ibu (p=0,030 dan p=0,031) dengan prestasi belajar. Disimpulkan bahwa kebiasaan sarapan merupakan faktor gizi yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMK.


2021 ◽  
Vol 10 ◽  
Author(s):  
Sabuktagin Rahman ◽  
Patricia Lee ◽  
Santhia Ireen ◽  
Moudud ur-Rahman Khan ◽  
Faruk Ahmed

Abstract A validation study of an interviewer-administered, seven-day semi-quantitative food frequency questionnaire (7-d SQFFQ) was conducted in Bangladeshi rural preschool age children. Using a cross-sectional study design, 105 children from 103 households were randomly selected. For the SQFFQ, a list of commonly consumed foods was adapted from the Bangladesh national micronutrient survey 2011–12. The data on the actual number of times and the amount of the children's consumption of the foods in the preceding 1 week were collected by interviewing the mothers. The intake was compared with two non-consecutive days 24-h dietary recalls conducted within 2 weeks after the SQFFQ. Validity was assessed by the standard statistical tests. After adjusting for the energy intake and de-attenuation for within-subject variation, the food groups (cereals, animal source foods, milk and the processed foods) had ‘good’ correlations between the methods (rho 0⋅65–0⋅93; P < 0⋅001). Similarly, the macronutrients (carbohydrate, protein and fats) had ‘good’ correlations (rho 0⋅50–0⋅75; P < 0⋅001) and the key micronutrients (iron, zinc, calcium, vitamin A, etc.) demonstrated ‘good’ correlations (rho 0⋅46–0⋅85; P < 0⋅001). The variation in classifying the two extreme quintiles by the SQFFQ and the 24-h recalls was <10 %. The results from Lin's concordance coefficients showed a ‘moderate’ to ‘excellent’ absolute agreement between the two methods for food groups, and nutrients (0⋅21–0⋅90; P < 0⋅001). This interviewer-administered, 7-d SQFFQ with an open-ended intake frequency demonstrated adequate validity to assess the dietary intake for most nutrients and suitable for dietary assessments of young children in Bangladesh.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document