scholarly journals Hubungan rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP), IMT dan kontribusi asupan garam dari makanan jajanan dengan tekanan darah pada remaja

2018 ◽  
pp. 8
Author(s):  
Nanang Prayitno ◽  
Sugeng Wiyono ◽  
Meilinasari Meilinasari

Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi adalah obesitas. Obesitas dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri seperti indeks massa tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP). Di Indonesia, penelitian yang mempelajari indikator obesitas dan hubungannya dengan hipertensi masih terbatas. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada kelompok remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan (RLPP), (IMT) dengan tekanan darah. Sampel adalah siswa/siswi SMU N 6 Jakarta Selatan yang diambil secara random berjumlah 129 orang. Tekanan darah diukur dengan alat “Sphygmomanometer”. Data antropometri meliputi (IMT),(RLPP), Lingkar Lengan Atas (LLA). Asupan garam diukur dengan metode “Food Frequency Questionnaire” (FFQ) dan Food Recall 1 x 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi atau Rank Spearman. Prevalensi hipertensi sebesar 19 %. Nilai rata-rata RLPP pada sampel pria 0,88 dan pada wanita 0,80. Nilai rata-rata IMT 21,5 . Nilai rata-rata tekanan darah sistolik 106,83 mmHg dan tekanan darah diastolik 73,18 mmHg. Hasil uji statistiK menunjukan ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah p=0.00. Untuk asupan natrium yang berhubungan dengan tekanan darah Diastolik p=0.022. Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan kemudian hari maka perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya mencapai berat badan normal.

Author(s):  
Alfi Tri ◽  
Untung S. Widodo ◽  
Toto Sudargo

ABSTRACT<br /><br />Background: Iodine Defi ciency Disorder (IDD) is a health problem that affects quality of human resources. IDD happens not only due to iodine defi ciency but also other disorders such as goitrogenic substance (thiocyanate), pollutants of heavy metals (Pb) and micronutrient defi ciency (Fe) that inhibit thyroid hormone biosynthesis which cause the sweling of goitre glands.<br /><br />Objective: To identify the association between consumption of iodine, thiocyanate, Fe consumption, status of anemia and Pb and status of IDD in pregnant mothers at Subdistrict of Tabunganen, District of Barito Kuala, Province of Kalimantan Selatan.<br /><br />Method: The study was observational using case control design and quantitative method. Data were obtained through the palpation of goitre glands, measurement of thyroid stimulating hormone (TSH) level using ELISA method, iodine and thiocyanate consumption using food recall 2x24 hours and food frequency questionnaire (FFQ), Fe consumption using FFQ, Hb level using photometric method and Pb level using AAS method. Data were analysed by using chi-square and logistic regression.<br /><br />Result: There was signifi cant association (p&lt;0.05) between consumption of iodine (fi sh) based on FFQ and IDD status (goitre) with OR=3.44 and IDD status (TSH) with OR=8.00. There was no association between consumption of thiocyanate and Fe measured with food recall, FFQ and IDD status (goitre and TSH). There was signifi cant association (p&lt;0.05) between Pb status and IDD status (TSH) with OR=9.35.<br /><br />Conclusion: There was association between iodine consumption based on FFQ (fi sh) and IDD status (goitre) after the control of iodine consumption status (food recall). There was association between iodine consumption status (FFQ) in fi sh together with anemia status and the prevalence of IDD disorder (TSH) after the control of Pb status. <br /><br />KEYWORDS: iodine defi ciency disorder, pregnant mothers, iodine, thiocyanate, Fe, anemia, Pb<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Latar Belakang: Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. GAKY tidak hanya disebabkan oleh kekurangan yodium, tetapi juga dipengaruhi oleh zat goitrogen(tiosianat), logam berat Pb, dan kekurangan Fe yang menghambat biosintesis hormon dan berakibat pada pembesaran kelenjar gondok.<br /><br />Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi yodium, goitrogen (golongan tiosianat), Fe, serta status anemia dan status Pb dalam darah dengan status GAKY pada ibu hamil di  Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.<br /><br />Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Data pembesaran kelenjar tiroid diperiksa denganpalpasi di daerah kelenjar tiroid, kadar TSH dengan metode ELISA, tingkat konsumsi yodium dan tingkat konsumsi tiosianat dengan metode food recall 2 x 24 jam dan food frequency questionnaire  (FFQ), tingkat konsumsi Fe dengan FFQ, kadar Hb dalam darah dengan metode fotometrik, kadar Pb darah dengan metode AAS.Data dianalisis menggunakan chi-square dan logistic regression.<br /><br />Hasil: Ada hubungan signifi kan (p&lt;0,05) antara tingkat konsumsi yodium (ikan laut) berdasarkan FFQ dan status terhadap status GAKY (gondok) dengan OR=3,44 dan status GAKY (TSH) dengan OR=8,00.Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tiosianat dan Fe yang diukur dengan food recall, FFQ, dan status GAKY (gondok dan TSH). Antara status Pb dan status GAKY (TSH) juga tidak ditemukan adanya hubungan dengan OR=9,35.<br /><br />Kesimpulan: Ada hubungan antara konsumsi yodium berdasarkan FFQ (ikan laut) dan status GAKY (gondok) dan antara konsumsi yodium (FFQ) dengan status anemia dan prevalensi GAKY (TSH).<br /><br />KATA KUNCI: gangguan akibat kekurangan yodium, wanita hamil, yodium, tiosianat, Fe, anemia, Pb


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Silvia Alfinnia ◽  
Lailatul Muniroh ◽  
Dominikus Raditya Atmaka

ABSTRAK Latar Belakang: Anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang. Di usia ini, anak-anak bisa memilih makanan maupun media bermain sesuai keinginan mereka. Aktivitas menggunakan layar yang berlebih serta perilaku makan yang buruk dapat memicu terjadinya obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Screen Based Activity (SBA) dan perilaku makan dengan status gizi anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SDI Darush Sholihin Kabupaten Nganjuk. Besar sampel sebanyak 48 siswa yang dipilih secara proportional random sampling. Pengumpulan data meliputi berat badan, tinggi badan, kuesioner SBA, Food Frequency Questionnaire (FFQ), serta food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s tau dengan nilai signifikansi 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan SBA (p=0,151), perilaku makan makanan pokok (p=0,101), perilaku makan lauk hewani (p=0,212), perilaku makan lauk nabati (p=0,829), perilaku makan sayuran (p=0,751) dan perilaku makan jajanan (p=0,109) dengan status gizi. Namun, terdapat hubungan perilaku makan buah (p=0,040) dengan status gizi.Kesimpulan: Konsumsi buah-buahan yang sering tanpa memperhatikan kandungan gula dan cara penyajian dapat memberikan risiko obesitas pada anak. Diperlukan pendidikan gizi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai pembatasan SBA dan perilaku makan sehat terutama buah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas.


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 229-240
Author(s):  
Meidi L Maspaitella ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar belakang : Remaja merupakan periode growth spurt sehingga kebutuhan zat gizi meningkat. Namun kenyataan beberapa remaja memiliki kepadatan tulang yang rendah hal ini disebabkan antara lain: asupan kalsium dan fosfor yang tidk seimbang, aktivitas olahraga yang kurang, kelebihan atau kekurangan berat badan  serta terlambat menstruasi. Tujuan : Mengindentifikasi hubungan antara indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium, dan asupan fosfor dengan kepadatan Metode : Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 74 anak dipilih secara proportional stratified ramdom sampling. Data yang diteliti meliputi indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh yg diukur dengan Bio Impedance Analyzer dan microtoice, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium dan fosfor diukur melalui wawancara dengan kuesioner dan  food frequency questionnaire dan food recall serta kepadatan tulang diukur dengan Densitometer. Analisis bivariat  menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil : Sebanyak (28,4%) subjek mengalami osteopenia. Nilai z-score IMT  (1,4%) subjek  kategori sangat kurus, (13,5%) subjek  kategori kurus, (6,8%) subjek  kategori kelebihan berat badan,  (2,7%)  kategori kegemukan.  Pengukuran persen lemak tubuh (28,4%) subjek tergolong underfat, (9,5%) subjek tergolong obesitas. Sebagian besar subjek  kurang dalam melakukan olahraga yang meningkatkan kepadatan tulang, (16,2%) awal usia menstruasi  tergolong tidak normal.  Asupan kalsium tergolong kurang (93,2) dan (40,5%) asupan fosfor tergolong lebih. Sebanyak (28,4) subyek mempunyai  kepadatan tulang yang rendah. Indeks massa tubuh yang berlebih berhubungan dengan menurunnya kepadatan tulang pada remaja putri(r=-0,231 p=0,047).Faktor lain seperti persen lemak tubuh(r=-0,124 p=0,293), kebiasaan olahraga(r=-0,124 p=0,293), usia awal menstruasi( r=-0,052 p=0,660), asupan kalsium (r=0,,089 p=0,452)dan fosfor(r=0,087 p=0.463)  tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kepadatan tulang. Kesimpulan : Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kepadatan tulang.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


2018 ◽  
pp. 8
Author(s):  
Saharuddin Saharuddin ◽  
Safrullah Amir ◽  
Marwana Said ◽  
Rosmina Rosmina

Latar belakang: Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang risikonya linear dengan pertambahan usia. Kenaikan tekanan pada dinding arteri hingga nilai ekstrim berpotensi memicu berbagai komplikasi kardiovaskular. Tingkat konsumsi natrium dan kalium menunjukkan asosiasi yang cukup berarti dengan kejadian hipertensi. Keduanya menunjukkan efek antagonis dalam menentukan kekuatan dinding arteri menahan laju aliran darah. Tujuan: Penelitian ini dikembangkan untuk mengobservasi korelasi antara konsumsi natrium dan kalium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Kota Makassar. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini merupakan individu berusia ≥ 30 tahun yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Paccerakkang. Sebanyak 78 responden diikutsertakan dalam penelitian ini dengan teknik penarikan secara accidental sampling. Tingkat konsumsi diobservasi menggunakan instrumen penelitian berupa food recall untuk menggambarkan asupan natrium dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk menggambarkan asupan kalium. Analisis bivariat dilakukan untuk memahami hubungan konsumsi garam mineral dengan kejadian hipertensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan beban hipertensi pada populasi target mencapai 51,3%. Konversi hasil survei konsumsi mengindikasikan masih adanya responden sebanyak 39,7% yang mengonsumsi natrium melebihi batas aman yang direkomendasikan. Namun, tingkat konsumsi natrium yang tinggi masih dapat diimbangi dengan konsumsi kalium yang cukup dengan persentase mencapai 65,4%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya korelasi yang berarti antara pola konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Makassar (p-value=0,018), berbeda dengan konsumsi kalium yang tidak mencapai level signifikansi dengan kejadian hipertensi (p-value=0,133). Simpulan: Hanya konsumsi natrium yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Paccerakkang Makassar. Sementara konsumsi kalium meskipun menunjukkan adanya perbedaan, namun tidak menemui kemaknaan yang berarti.


2004 ◽  
Vol 65 (4) ◽  
pp. 174-179 ◽  
Author(s):  
Doris Gagné ◽  
Marc Rhainds ◽  
Isabelle Galibois

As a number of seasonal factors affect cutaneous synthesis of vitamin D, especially in young children, our objective was to verify if winter and summer vitamin D intakes in Quebec preschoolers reach the adequate intake of 5 µg/day. A three-month retrospective food frequency questionnaire and a 24-hour food recall were used with parents of 98 children (mean age 56 months) in summer and of 72 of these children (mean age 65 months) in winter. To ensure completeness of data, vitamin D content of foods not covered in the Canadian Nutrient File was taken from other sources. According to the food frequency questionnaire, total vitamin D intakes were 9.7 ± 4.3 g/day in summer and 11.6 ± 4.8 g/day in winter. Only 10% of children in summer and 7% in winter had an intake below 5 µg/day. The 24-hour food recall vitamin D intake estimate was lower (summer 7.0 ± 3.8 µg/day, winter 7.2 ± 4.2 µg/day). This difference could be partly due to a discrepancy in the estimation of multivitamin supplement intake. However, according to both estimates, vitamin D intakes appeared generally adequate in this sample of Quebec preschoolers.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Dwi Hartanti ◽  
Dinda Rima Mutmainah Mawarni

Latar belakang: Kebugaran jasmani dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta dapat menentukan kualitas hidup individu. Kebugaran jasmani dipengaruhi faktor konsumsi zat gizi dan aktivitas fisik. Buah dan sayur adalah bahan pangan sumber vitamin dan mineral yang memiliki peran dalam metabolisme energi dan kebugaran fisik. Aktivitas sedentari merupakan gaya hidup dengan aktivitas fisik rendah dan berdampak pada penurunan kebugaran jasmani. Tujuan: Mengetahui hubungan pola konsumsi buah dan sayur serta aktivitas sedentari terhadap kebugaran jasmani kelompok usia dewasa muda. Metode: Desain penelitian adalah studi cross sectional dengan populasi Mahasiswa Fakultas Psikologi dan kesehatan UIN Walisongo Semarang. Subjek terdiri dari 87 sampel yang dipilih dengan cluster random sampling. Pola Konsumsi Buah dan sayur diketahui melalui form semi quantitative food frequency questionnaire (FFQ) dan food record 3 x 24 jam. Aktivitas sedentari ditentukan dengan Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ) yang telah dimodifikasi dan pengisian activity record 5 x 24 jam. Kebugaran jasmani ditentukan dengan uji Harvard Step Test. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara masing-masing variabel. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara pola konsumsi buah dengan kebugaran jasmani. Simpulan: Pola konsumsi buah dan sayur dari sampel tergolong kategori rendah. Sebanyak 96,6% sampel memiliki tingkat aktivitas sedentari tinggi. Pola konsumsi buah berhubungan dengan kebugaran jasmani.


2019 ◽  
pp. 15-23
Author(s):  
Kristiawan P. A. Nugroho ◽  
R. Rr Maria Dyah Kurniasari ◽  
Tabita Noviani

Gaya hidup manusia akibat adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Secara umum PTM seperti obesitas, Diabetes Mellitus (DM) dan hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global. Berdasarkan data kegiatan Posyandu di Puskesmas Cebongan, Kota Salatiga pada bulan Maret-April 2018, terdapat sebanyak 75 responden lansia dengan kasus non komplikasi (hipertensi dan DM), serta kasus komplikasi (hipertensi dan DM, hipertensi dan obesitas, DM dan obesitas, serta hipertensi, DM, dan obesitas). Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penyebab kejadian PTM dari sudut pandang gaya hidup, terutama pola makan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan instrumen pengambilan data berupa Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan Food Recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kecenderungan konsumsi karbohidrat yang tinggi mencapai 13,81 kali per minggu berpeluang menimbulkan penyakit hipertensi. Serta tingkat asupan gizi defisit berat pada asupan energi dan karbohidrat ada kaitannya dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Kejadian hipertensi dan DM dipengaruhi oleh pola makan, sedangkan obesitas dikarenakan proses fisiologis lansia yaitu kehilangan massa otot sehingga menyebabkan berkurangnya pemakaian energi dan menumpuknya jaringan lemak. Kata kunci : diabetes mellitus, obesitas, hipertensi, lansia, pola makan, Salatiga Human lifestyle due to urbanization, modernization, and globalization to be one cause of the increase of Non-communicable diseases (PTM). In general, PTM such as obesity, Diabetes Mellitus (DM) and hypertension become one of the main causes of death globally. Based on data of Posyandu activity at Puskesmas Cebongan, Salatiga City, March-April 2018, there were 75 elderly respondents with non complicated cases (hypertension and DM), and complication cases (hypertension and DM, hypertension and obesity, DM and obesity, and hypertension , DM, and obesity). This study aims to determine the description of the causes of the incidence of PTM from the point of view of lifestyle, especially diet. The method used is descriptive quantitative, with data collection instrument in the form of Food Frequency Questionnaire (FFQ) and Food Recall. The results showed that, the tendency of high carbohydrate consumption reached 13.81 times per week potentially cause hypertension disease. As well as the level 16 Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019 of intake of heavy nutritional deÞ cit in energy and carbohydrate intake is related to uncontrolled bloodsugar levels. The incidence of hypertension and DM is inß uenced by diet, while obesity is due to the elderly physiological process of losing muscle mass resulting in reduced energy consumption and fat tissue accumulation. Keywords: diabetes mellitus, obesity, hypertension, elderly, diet, Salatiga


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan   


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document