scholarly journals GAMBARAN POLA MAKAN SEBAGAI PENYEBAB KEJADIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (DIABETES MELLITUS, OBESITAS, DAN HIPERTENSI) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEBONGAN, KOTA SALATIGA

2019 ◽  
pp. 15-23
Author(s):  
Kristiawan P. A. Nugroho ◽  
R. Rr Maria Dyah Kurniasari ◽  
Tabita Noviani

Gaya hidup manusia akibat adanya urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Secara umum PTM seperti obesitas, Diabetes Mellitus (DM) dan hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global. Berdasarkan data kegiatan Posyandu di Puskesmas Cebongan, Kota Salatiga pada bulan Maret-April 2018, terdapat sebanyak 75 responden lansia dengan kasus non komplikasi (hipertensi dan DM), serta kasus komplikasi (hipertensi dan DM, hipertensi dan obesitas, DM dan obesitas, serta hipertensi, DM, dan obesitas). Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penyebab kejadian PTM dari sudut pandang gaya hidup, terutama pola makan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan instrumen pengambilan data berupa Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan Food Recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kecenderungan konsumsi karbohidrat yang tinggi mencapai 13,81 kali per minggu berpeluang menimbulkan penyakit hipertensi. Serta tingkat asupan gizi defisit berat pada asupan energi dan karbohidrat ada kaitannya dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Kejadian hipertensi dan DM dipengaruhi oleh pola makan, sedangkan obesitas dikarenakan proses fisiologis lansia yaitu kehilangan massa otot sehingga menyebabkan berkurangnya pemakaian energi dan menumpuknya jaringan lemak. Kata kunci : diabetes mellitus, obesitas, hipertensi, lansia, pola makan, Salatiga Human lifestyle due to urbanization, modernization, and globalization to be one cause of the increase of Non-communicable diseases (PTM). In general, PTM such as obesity, Diabetes Mellitus (DM) and hypertension become one of the main causes of death globally. Based on data of Posyandu activity at Puskesmas Cebongan, Salatiga City, March-April 2018, there were 75 elderly respondents with non complicated cases (hypertension and DM), and complication cases (hypertension and DM, hypertension and obesity, DM and obesity, and hypertension , DM, and obesity). This study aims to determine the description of the causes of the incidence of PTM from the point of view of lifestyle, especially diet. The method used is descriptive quantitative, with data collection instrument in the form of Food Frequency Questionnaire (FFQ) and Food Recall. The results showed that, the tendency of high carbohydrate consumption reached 13.81 times per week potentially cause hypertension disease. As well as the level 16 Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019 of intake of heavy nutritional deÞ cit in energy and carbohydrate intake is related to uncontrolled bloodsugar levels. The incidence of hypertension and DM is inß uenced by diet, while obesity is due to the elderly physiological process of losing muscle mass resulting in reduced energy consumption and fat tissue accumulation. Keywords: diabetes mellitus, obesity, hypertension, elderly, diet, Salatiga

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 103
Author(s):  
Winaningsih Winaningsih ◽  
Setyowati Setyowati ◽  
Nugraheni Tri Lestari

Latar Belakang: Transisi epidemiologi ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular, salah satunya adalah diabetes mellitus (DM). Perlu adanya suatu usaha pengendalian untuk mencegah peningkatan angka kejadian tersebut antara lain dengan memberikan edukasi berupa konseling gizi pada pasien dengan memanfaatkan media. Pemanfaatan sistem android dapat dijadikan alternatif dalam pembuatan media konseling, antara lain berupa aplikasi Nutri Diabetic Care. Tujuan: Mengetahui pengaruh aplikasi Nutri Diabetic Care terhadap kepatuhan diet DM. Metode: Jenis penelitian kuasi eksperimental, dengan rancangan one group pretest-postest. Sebanyak 20 responden yaitu pasien DM tipe 2 di Puskesmas Gamping I dinilai kepatuhan dietnya menggunakan food recall 1x24 jam dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) sebelum dan sesudah diberikan konseling dengan media aplikasi Nutri Diabetic Care. Konseling dilakukan sebanyak dua kali dalam rentang waktu satu minggu. Ada tidaknya pengaruh kepatuhan diet diketahui dari hasil uji Wilcoxon. Hasil: Terjadi peningkatan kepatuhan diet jumlah, jadwal, dan jenis (3J) sebesar 25%. Setelah dilakukan konseling menggunakan media aplikasi Nutri Diabetic Care, ada perbedaan bermakna antara kepatuhan diet sebelum dan sesudah diberikan konseling menggunakan media aplikasi Nutri Diabetic Care dengan nilai p=0,025 (p<0,05). Kesimpulan: Ada pengaruh media aplikasi Nutri Diabetic Care terhadap kepatuhan diet DM.


2010 ◽  
Vol 26 (11) ◽  
pp. 2068-2079 ◽  
Author(s):  
Ruth Liane Henn ◽  
Sandra Costa Fuchs ◽  
Leila Beltrami Moreira ◽  
Flavio Danni Fuchs

This study assessed the validity of a food frequency questionnaire (FFQ-Porto Alegre), covering 135 food items, in comparison with the average of two consecutive 24-hour dietary recall questionnaires for adolescents, adults, and elderly who were randomly selected from a population-based survey. The Pearson correlation coefficients and cross-classification by quartiles of intake were used. The nutrients were log transformed and energy adjusted. The mean of adjusted de-attenuated correlation coefficient for adolescents was 0.44 and ranged from 0.18 (zinc) to 0.69 (folate) and for adult and elderly participants they were, respectively, 0.42, ranging from 0.16 (iron) to 0.73 (energy) and 0.52, ranging from 0.25 (vitamin E) to 0.84 (energy). The average classification percentage into the same or adjacent quartile for the two methods was 74.6% for adolescents, 74.9% for adults, and 81.2% for the elderly population. The FFQ showed fair relative validity for adolescents and adults, and may be used to study the dietary determinants of obesity and non-transmissible diseases in epidemiological surveys.


2018 ◽  
pp. 8
Author(s):  
Nanang Prayitno ◽  
Sugeng Wiyono ◽  
Meilinasari Meilinasari

Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi adalah obesitas. Obesitas dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri seperti indeks massa tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP). Di Indonesia, penelitian yang mempelajari indikator obesitas dan hubungannya dengan hipertensi masih terbatas. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada kelompok remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan (RLPP), (IMT) dengan tekanan darah. Sampel adalah siswa/siswi SMU N 6 Jakarta Selatan yang diambil secara random berjumlah 129 orang. Tekanan darah diukur dengan alat “Sphygmomanometer”. Data antropometri meliputi (IMT),(RLPP), Lingkar Lengan Atas (LLA). Asupan garam diukur dengan metode “Food Frequency Questionnaire” (FFQ) dan Food Recall 1 x 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi atau Rank Spearman. Prevalensi hipertensi sebesar 19 %. Nilai rata-rata RLPP pada sampel pria 0,88 dan pada wanita 0,80. Nilai rata-rata IMT 21,5 . Nilai rata-rata tekanan darah sistolik 106,83 mmHg dan tekanan darah diastolik 73,18 mmHg. Hasil uji statistiK menunjukan ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah p=0.00. Untuk asupan natrium yang berhubungan dengan tekanan darah Diastolik p=0.022. Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan kemudian hari maka perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya mencapai berat badan normal.


Author(s):  
Alfi Tri ◽  
Untung S. Widodo ◽  
Toto Sudargo

ABSTRACT<br /><br />Background: Iodine Defi ciency Disorder (IDD) is a health problem that affects quality of human resources. IDD happens not only due to iodine defi ciency but also other disorders such as goitrogenic substance (thiocyanate), pollutants of heavy metals (Pb) and micronutrient defi ciency (Fe) that inhibit thyroid hormone biosynthesis which cause the sweling of goitre glands.<br /><br />Objective: To identify the association between consumption of iodine, thiocyanate, Fe consumption, status of anemia and Pb and status of IDD in pregnant mothers at Subdistrict of Tabunganen, District of Barito Kuala, Province of Kalimantan Selatan.<br /><br />Method: The study was observational using case control design and quantitative method. Data were obtained through the palpation of goitre glands, measurement of thyroid stimulating hormone (TSH) level using ELISA method, iodine and thiocyanate consumption using food recall 2x24 hours and food frequency questionnaire (FFQ), Fe consumption using FFQ, Hb level using photometric method and Pb level using AAS method. Data were analysed by using chi-square and logistic regression.<br /><br />Result: There was signifi cant association (p&lt;0.05) between consumption of iodine (fi sh) based on FFQ and IDD status (goitre) with OR=3.44 and IDD status (TSH) with OR=8.00. There was no association between consumption of thiocyanate and Fe measured with food recall, FFQ and IDD status (goitre and TSH). There was signifi cant association (p&lt;0.05) between Pb status and IDD status (TSH) with OR=9.35.<br /><br />Conclusion: There was association between iodine consumption based on FFQ (fi sh) and IDD status (goitre) after the control of iodine consumption status (food recall). There was association between iodine consumption status (FFQ) in fi sh together with anemia status and the prevalence of IDD disorder (TSH) after the control of Pb status. <br /><br />KEYWORDS: iodine defi ciency disorder, pregnant mothers, iodine, thiocyanate, Fe, anemia, Pb<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Latar Belakang: Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. GAKY tidak hanya disebabkan oleh kekurangan yodium, tetapi juga dipengaruhi oleh zat goitrogen(tiosianat), logam berat Pb, dan kekurangan Fe yang menghambat biosintesis hormon dan berakibat pada pembesaran kelenjar gondok.<br /><br />Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi yodium, goitrogen (golongan tiosianat), Fe, serta status anemia dan status Pb dalam darah dengan status GAKY pada ibu hamil di  Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.<br /><br />Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Data pembesaran kelenjar tiroid diperiksa denganpalpasi di daerah kelenjar tiroid, kadar TSH dengan metode ELISA, tingkat konsumsi yodium dan tingkat konsumsi tiosianat dengan metode food recall 2 x 24 jam dan food frequency questionnaire  (FFQ), tingkat konsumsi Fe dengan FFQ, kadar Hb dalam darah dengan metode fotometrik, kadar Pb darah dengan metode AAS.Data dianalisis menggunakan chi-square dan logistic regression.<br /><br />Hasil: Ada hubungan signifi kan (p&lt;0,05) antara tingkat konsumsi yodium (ikan laut) berdasarkan FFQ dan status terhadap status GAKY (gondok) dengan OR=3,44 dan status GAKY (TSH) dengan OR=8,00.Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi tiosianat dan Fe yang diukur dengan food recall, FFQ, dan status GAKY (gondok dan TSH). Antara status Pb dan status GAKY (TSH) juga tidak ditemukan adanya hubungan dengan OR=9,35.<br /><br />Kesimpulan: Ada hubungan antara konsumsi yodium berdasarkan FFQ (ikan laut) dan status GAKY (gondok) dan antara konsumsi yodium (FFQ) dengan status anemia dan prevalensi GAKY (TSH).<br /><br />KATA KUNCI: gangguan akibat kekurangan yodium, wanita hamil, yodium, tiosianat, Fe, anemia, Pb


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Silvia Alfinnia ◽  
Lailatul Muniroh ◽  
Dominikus Raditya Atmaka

ABSTRAK Latar Belakang: Anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang. Di usia ini, anak-anak bisa memilih makanan maupun media bermain sesuai keinginan mereka. Aktivitas menggunakan layar yang berlebih serta perilaku makan yang buruk dapat memicu terjadinya obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Screen Based Activity (SBA) dan perilaku makan dengan status gizi anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SDI Darush Sholihin Kabupaten Nganjuk. Besar sampel sebanyak 48 siswa yang dipilih secara proportional random sampling. Pengumpulan data meliputi berat badan, tinggi badan, kuesioner SBA, Food Frequency Questionnaire (FFQ), serta food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s tau dengan nilai signifikansi 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan SBA (p=0,151), perilaku makan makanan pokok (p=0,101), perilaku makan lauk hewani (p=0,212), perilaku makan lauk nabati (p=0,829), perilaku makan sayuran (p=0,751) dan perilaku makan jajanan (p=0,109) dengan status gizi. Namun, terdapat hubungan perilaku makan buah (p=0,040) dengan status gizi.Kesimpulan: Konsumsi buah-buahan yang sering tanpa memperhatikan kandungan gula dan cara penyajian dapat memberikan risiko obesitas pada anak. Diperlukan pendidikan gizi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai pembatasan SBA dan perilaku makan sehat terutama buah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas.


1995 ◽  
Vol 48 (7) ◽  
pp. 859-868 ◽  
Author(s):  
Peter A. Grootenhuis ◽  
Susanne Westenbrink ◽  
Claudia M.T.L. Sie ◽  
J.Nico D. De Neeling ◽  
Frans J. Kok ◽  
...  

1998 ◽  
Vol 52 (8) ◽  
pp. 588-596 ◽  
Author(s):  
K Klipstein-Grobusch ◽  
JH den Breeijen ◽  
RA Goldbohm ◽  
JM Geleijnse ◽  
A Hofman ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 33 (1) ◽  
pp. 75-81
Author(s):  
Tushar Prabhakar ◽  
Manish Kumar Goel ◽  
Anita Shankar Acharya ◽  
Sanjeev Kumar Rasania

Background: With increasing proportion of geriatric population across societies, the occurrence and prevalence of non-communicable diseases has been steadily increasing as well. The study tries to showcase the pattern and proportion of NCDs among the elderly population in a sub-urban part of Delhi. Aim & Objective: To assess the prevalence and study the morbidity profile of NCDs among geriatric population of Delhi. Materials & Methods: A community based cross sectional study was done in 350 elderly participants in Mehrauli, Delhi. Data was collected using a semi-structured questionnaire. Detailed general and systemic examination was also done. Results: A total of 87.4% of the study population was suffering from at least one NCD; 68% were having an already known NCD(s) while 19.4% were newly diagnosed during the study. 2.41 NCDs were found per patient. The prevalence of hypertension was 58%, 49.4% suffered from senile cataract, 32.9% had osteoarthritis, 30.3% had diabetes mellitus, and 26.9% had obesity. Hypertension and diabetes mellitus together were present in 18.3% while the combination of hypertension, diabetes mellitus and obesity was seen in 9.4% of the study participants. Conclusion: Burden of NCDs among the elderly was notably high with a large proportion of them having multimorbidity. It gets important to focus on preventive measures to delay the onset and stem the progression of NCDs to facilitate healthy ageing.


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 229-240
Author(s):  
Meidi L Maspaitella ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar belakang : Remaja merupakan periode growth spurt sehingga kebutuhan zat gizi meningkat. Namun kenyataan beberapa remaja memiliki kepadatan tulang yang rendah hal ini disebabkan antara lain: asupan kalsium dan fosfor yang tidk seimbang, aktivitas olahraga yang kurang, kelebihan atau kekurangan berat badan  serta terlambat menstruasi. Tujuan : Mengindentifikasi hubungan antara indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium, dan asupan fosfor dengan kepadatan Metode : Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 74 anak dipilih secara proportional stratified ramdom sampling. Data yang diteliti meliputi indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh yg diukur dengan Bio Impedance Analyzer dan microtoice, kebiasaan olahraga, usia awal menstruasi, asupan kalsium dan fosfor diukur melalui wawancara dengan kuesioner dan  food frequency questionnaire dan food recall serta kepadatan tulang diukur dengan Densitometer. Analisis bivariat  menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil : Sebanyak (28,4%) subjek mengalami osteopenia. Nilai z-score IMT  (1,4%) subjek  kategori sangat kurus, (13,5%) subjek  kategori kurus, (6,8%) subjek  kategori kelebihan berat badan,  (2,7%)  kategori kegemukan.  Pengukuran persen lemak tubuh (28,4%) subjek tergolong underfat, (9,5%) subjek tergolong obesitas. Sebagian besar subjek  kurang dalam melakukan olahraga yang meningkatkan kepadatan tulang, (16,2%) awal usia menstruasi  tergolong tidak normal.  Asupan kalsium tergolong kurang (93,2) dan (40,5%) asupan fosfor tergolong lebih. Sebanyak (28,4) subyek mempunyai  kepadatan tulang yang rendah. Indeks massa tubuh yang berlebih berhubungan dengan menurunnya kepadatan tulang pada remaja putri(r=-0,231 p=0,047).Faktor lain seperti persen lemak tubuh(r=-0,124 p=0,293), kebiasaan olahraga(r=-0,124 p=0,293), usia awal menstruasi( r=-0,052 p=0,660), asupan kalsium (r=0,,089 p=0,452)dan fosfor(r=0,087 p=0.463)  tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kepadatan tulang. Kesimpulan : Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan kepadatan tulang.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Youvita Indamaika Simbolon ◽  
Triyanti Triyanti ◽  
Ratu Ayu Dewi Sartika

Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document