scholarly journals HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI ATLET GULAT PPLP SUMATERA UTARA

2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 10
Author(s):  
Nurhamida Sari Siregar ◽  
Dwi Putra Lasar Dani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan energi dengan status gizi Atlet Gulat PPLP. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 8 Atlet. Penelitian dilaksanakan di Asrama Atlet PPLP, dengan lama penelitian 5 bulan. Variabel penelitian meliputi tingkat kecukupan energi, IMT dan persen lemak tubuh. Pengumpulan data dilakukan secara primer meliputi data riwayat makan dan aktifitas fisik, berat badan, tinggi badan dan persen lemak tubuh. Instrumen penelitian meliputi food recall dan daftar isian aktifitas fisik 3 x 24 jam, timbangan digital, microtoise dan Skinfold Caliper-Thickness. Data dianalisa dengan bantuan program SPPS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan yang paling banyak Atlet dengan tingkat kecukupan energi sedang sebanyak6 atlet (75%), status gizi normal sebanyak 6 atlet (75%) dan persen lemak tubuh kurang sebanyak 5 atlet (62,5%). Ada hubungan tingkat kecukupan energi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Atlet Gulat dengan nilai p 0,004 (<0,005) dengan korelasi sangat kuat 88 %. Tingkat kecukupan energi tidak berhubungan dengan persen lemak tubuh Atlet Gulat dengan nilai p 0,06 (>0,05), dan jika dilihat korelasinya adalah kuat 67,4%. Kata Kunci: Tingkat Kecukupan Energi, IMT, Status Gizi, Atlet Gulat.

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
Author(s):  
Hena Ferlina ◽  
Ai Nurhayati ◽  
Rita Patriasih
Keyword(s):  

Abstrak : Wasting merupakan masalah kesehatan dimana salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemenuhan energi. Prevalensi anak yang mengalami kasus wasting ataupun severely wasting di wilayah kerja puskesmas Rancasalak di Desa Mandalasari, Kabupaten Garut sebesar 4,9% dari jumlah anak di daerah tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui asupan energi dari karbohidrat, protein, lemak, serta mengetahui keanekaragaman konsumsi makanan sumber energi pada anak wasting di Desa Mandalasari, Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Responden pada penelitian adalah ibu/pengasuh dari 21 anak dengan status gizi wasting. Asupan energi dan keanekaragaman diperoleh dengan cara wawancara menggunakan form food recall 2 x 24 jam dan form frekuensi makanan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata – rata pemenuhan asupan energi yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak sebanyak 963±307 kalori/hari (60.16% AKG) dan termasuk kedalam kategori defisit. Sumber energi dari karbohidrat sebesar 37.43%, protein 7.31% dan lemak 15.42%. Keragaman konsumsi makanan di dominasi oleh nasi dengan frekuensi 2x/hari, asupan protein dan lemak di dominasi oleh telur dengan frekuensi 1x/hari. Rekomendasi pada penelitian ini ditujukan kepada kader PKK untuk memberikan penyuluhan terkait pesan gizi seimbang, peningkatan pemahaman dan kepedulian akan konsumsi makanan baik dari segi keanekaragaman, frekuensi dan jumlahnya.Kata Kunci : anak, asupan energi, wasting


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 48-52
Author(s):  
Dyah Kartika Wening ◽  
Puji Afiatna

Latar Belakang : Upaya perbaikan kesehatan kerja menjadi penting untuk membangun SDM ketenagakerjaan yang berkualitas, sehingga memiliki produktivitas yang baik. Gizi tenaga kerja mempunyai peranan penting untuk meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja perlu mendapatkan asupan gizi yang baik dan sesuai dengan jenis maupun beban pekerjaan. Dengan demikian akan menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai daya tahan, kesehatan dan satus gizi pekerja yang baik. Kelebihan asupan energi dan rendahnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Angka kebutuhan energi dan zat gizi lain perlu disesuaikan dengan tingkat aktivitas fisik individu tenaga kerja. Tujuan : Mengidentifikasi determinan status gizi pada tenaga kerja CV. Karoseri Laksana. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 150 orang pekerja berjenis kelami laki-laki dengan rentang usia 19 – 66 tahun, diambil dengan metode simple random sampling. Data asupan energi diperoleh melalui kuesioner food recall 3 x 24 jam. Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur menggunakan metode antropometri. Data beban kerja dihitung dengan cara mengukur tingkat beban kerja melalui reaksi fisiologis tubuh berdasar cardiovascular strain secara manual dengan menggunakan stopwatch. Analisis data dengan Shapiro wilk, rank spearman, dan regresi linier ganda. Hasil : Sebanyak 20% subyek termasuk underweight, 40% subyek termasuk status gizi normal, 14% subyek tergolong overweight, dan 26% subyek tergolong dalam obesitas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja, diantaranya adalah asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, dan beban kerja. Variabel yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap status gizi adalah beban kerja, sehingga beban kerja dapat digunakan untuk mempredikti IMT. Kata kunci : status gizi, tenaga kerja, obesitas.


2017 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Arisanty Nursetia Restuti ◽  
Yoswenita Susindra
Keyword(s):  

Kebutuhan zat besi pada remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja putra, disebabkan remaja putri rutin mengalami menstruasi, sehingga remaja putri lebih rentan menderita anemia. Kebiasaan makan yang salah pada remaja putri merupakan penyebab anemia. Anemia gizi pada remaja putri dapat berakibat menurunnya kesehatan reproduksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan zat gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.Jenis penelitian ini cross sectional Penelitian dilakukan di SMK Mahfilud Duror II Jelbuk pada bulan September sampai November tahun 2016. Pengambilan sampel dengan mengunakan metode accidental sampling. Kriteria inklusi yaitu remaja putri usia 14 – 18 tahun, tidak sedang menstruasi, tidak mengkonsumsi tablet Fe. Data yang dipakai adalah data asupan yang diperoleh dari hasil perhitungan food recall 2 (1 x 24 jam), data status gizi diperoleh dari perhitungan tinggi badan dan berat badan kemudian diukur indeks massa tubuh (IMT) bedasarkan usia, serta data anemia didapatkan hasil pemeriksaan darah metode quick cek Hb. Data diuji menggunakan uji Gamma.Hasil penelitian didapatkan dari 109 siswi, 71 orang yang masuk kriteria inklusi, sedangkan 38 orang tereklusi karena sedang menstruasi. Uji hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia didapatkan p = 0,36 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan, sedangkan uji hubungan antara asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin C didapatkan nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan. Meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori Konsumsijunk food merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi tertentu meskipun status gizi normal.


2019 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Lutfiyatul Afifah

Background: Nutritional status of toddlers is considered important since they are generally more susceptible to nutritional problem. Some factors that affect them is level of nutrient intake, which include level of energy intake, carbohydrate intake, and family income. Family income is associated with the ability to provide food, thus affecting the level of nutrient intake for the family.Objectives: The objective of the study was to analyze the correlation between incomes, level of energy and carbohydrate intake with nutritional status of toddlers aged 2-5 years in Lenteng sub-District, Sumenep.Methods: the design of this study was cross sectional.  Sample size was 70 parents of toddlers aged 2-5 years in Lenteng sub-District, Sumenep. Weight and height of the toddlers were measured to determine the nutritional status of the toddlers. Interviews with parents were also conducted to determine the characteristic of the toddlers and the family income. Lastly, 2 x 24 hours food recall was used to examine the level of their nutrient intake. The data were analyzed by using Spearman correlation test with α= 0.05.Results: The results showed that 57.1% toddlers were in low income category. 65.7% toddlers were in inadequate level of energy intake. 95.7% were in inadequate level of carbohydrate intake. Prevalence of toddlers with normal nutritional status normal were 84.3%, 11.4% was malnourished, while 2.9% was severely malnourished.  The result showed that level of energy intake and carbohydrate intake are related to nutritional status of toddlers (p=0.040) and (p=0.045). However, there was no correlation found between family incomes with toddlers' family income.Conclusions: Family income was not found to be related to the nutritional status of toddlers. While the lower level of nutrient intake can potentially affect nutritional problem among toddlers.  Thus, an adequate nutrient intake is required to help toddlers meet their balanced nutritional needs.ABSTRAK Latar Belakang: Status gizi balita penting diperhatikan karena balita rentan mengalami masalah gizi. Masalah gizi pada balita masih banyak terjadi. Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu tingkat asupan zat gizi termasuk energi dan karbohidrat serta pendapatan keluarga. Rendahnya asupan zat gizi dapat mengakibatkan masalah gizi balita. Pendapatan keluarga berkaitan dengan kemampuan memenuhi asupan pangan keluarga.Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara pendapatan, tingkat asupan energi, dan karbohidrat dengan status gizi balita usia 2-5 tahun di Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Jumlah sampel 70  orang tua balita berusia 2 hingga 5 tahun. Pengukuran berat badan dan tinggi badan balita untuk menilai status gizi. Wawancara kepada orang tua untuk mengetahui karakteristik balita dan pendapatan keluarga serta food recall 2 x 24 hours untuk mengetahui tingkat asupan balita. Data dianalisis menggunakan uji korelasi spearman dengan α= 0,05.Hasil: Sebanyak 57,1% responden berpendapatan rendah. Sebanyak 65,7% tingkat asupan energi adalah inadequate dan 95,7% karbohidrat adalah kurang. Prevalensi status gizi normal 84,3%, kurus 11,4% dan sangat kurus 2,9%. Hasil analisis menyebutkan ada hubungan antara tingkat asupan energi (p=0,040) dan tingkat asupan karbohidrat (p=0,045) dengan status gizi balita. Sedangkan pendapatan tidak berhubungan dengan status gizi balita (p=0,649).Kesimpulan: Pendapatan keluarga berhubungan dengan status gizi balita. Tingkat asupan zat gizi yang kurang dapat meningkatkan risiko masalah gizi balita. Maka perlu dilakukan peningkatan asupan zat gizi untuk memperoleh status gizi yang baik atau normal.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Ahmad Yani ◽  
Rifka Hanny ◽  
Restu Amalia Hermanto

Latar Belakang: Lama rawat inap serta asupan energi dan protein rendah dapat mempengaruhi status gizi pasien. Makanan positive diet adalah salah satu jenis terapi diet yang diberikan kepada pasien di RSU Holistic. Tujuan positive diet memberikan makanan sesuai dengan kondisi pasien untuk detoksifikasi dan mencegah serta mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Jenis karbohidrat yang diberikan serealia organik dan umbi-umbian. Jenis protein tahu, tempe dan kacang-kacangan serta protein hewani seperti ikan kembung, ikan gindara, telur dan daging ayam kampung. Sumber lemak yang diberikan minyak zaitun dan minyak jagung. Tujuan Penelitian: Mengetahui gambaran lama hari rawat inap, asupan energi dan protein dengan status gizi pada pasien positive diet. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan bulan September-November 2020. Sembilan subjek yang memenuhi kriteria inklusi diambil dengan metode consecutive sampling. Data lama hari rawat inap diambil selama pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Data asupan energi dan protein menggunakan form food recall 3 x 24 jam. Data status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) diambil awal pasien masuk dan saat keluar dari rumah sakit. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 44,4% (n=4) memiliki lama hari rawat inap panjang (8-10 hari). Sebagian besar subjek memiliki rata-rata asupan energi baik (44,4%) dan asupan protein kurang (77,8%). Status gizi awal masuk dengan kategori normal sebanyak 4 orang (44,5%), dan saat keluar dari rumah sakit 5 orang (55,6%). Simpulan: Lama hari rawat inap yang panjang pada pasien yang mendapatkan positive diet memiliki asupan energi baik, asupan protein kurang dan status gizi normal.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 415-423
Author(s):  
Besti Verawati ◽  
Nopri Yanto ◽  
Nur Afrinis

Stunting merupakan pertumbuhan linear yang lambat, dimana panjang atau tinggi badan yang tidak sesuai dengan usia. Stunting pada balita merupakan salah satu masalah gizi yang disebebkan oleh asupan protein dan ketahanan pangan keluarga. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan protein dan kerawanan pangan dengan kejadian stunting pada balita di masa pandemi. Jenis penelitian kunatitatif dengan desain Cross Sectional. Populasi yaitu 55 Ibu yang memiliki balita. Penelitian dilakukan pada Oktober 2020- Januari 2021., jumlah sampel 55 balita diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data asupan protein menggunakan kuesioner Food Recall 2 x 24 jam dan pengukuran kerawanan pangan menggunakan kuesioner Food Insecurity and Experience Scale (FIES). serta data status gizi yaitu TB menggunakan microtoice. Data dianalisis menggunakan secara univariat dan bivariate dengan uji Chi-Square. Sebanyak 29 (53%) balita stunting, sebanyak 34 (62%) asupan protein kurang, dan sebanyak 32 (48%) keluarga rawan pangan. Terdapat hubungan yang signifikan (p


2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


2018 ◽  
pp. 8
Author(s):  
Nanang Prayitno ◽  
Sugeng Wiyono ◽  
Meilinasari Meilinasari

Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi adalah obesitas. Obesitas dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri seperti indeks massa tubuh (IMT), dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP). Di Indonesia, penelitian yang mempelajari indikator obesitas dan hubungannya dengan hipertensi masih terbatas. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada kelompok remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan (RLPP), (IMT) dengan tekanan darah. Sampel adalah siswa/siswi SMU N 6 Jakarta Selatan yang diambil secara random berjumlah 129 orang. Tekanan darah diukur dengan alat “Sphygmomanometer”. Data antropometri meliputi (IMT),(RLPP), Lingkar Lengan Atas (LLA). Asupan garam diukur dengan metode “Food Frequency Questionnaire” (FFQ) dan Food Recall 1 x 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Korelasi atau Rank Spearman. Prevalensi hipertensi sebesar 19 %. Nilai rata-rata RLPP pada sampel pria 0,88 dan pada wanita 0,80. Nilai rata-rata IMT 21,5 . Nilai rata-rata tekanan darah sistolik 106,83 mmHg dan tekanan darah diastolik 73,18 mmHg. Hasil uji statistiK menunjukan ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah p=0.00. Untuk asupan natrium yang berhubungan dengan tekanan darah Diastolik p=0.022. Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan kemudian hari maka perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya mencapai berat badan normal.


IKESMA ◽  
2017 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
Author(s):  
Fadilah Akbar Filayati

The return time of medical record documents is one of the performance indicators medical record document submission officer, according to the Medical Record Manual Book, standard of the time to return of medical record document in inpatient is 2 x 24 hours after the patients out of the hospital. Result of preliminary studies found there were medical record documents late, average of medical record documents late were 45,28 % at Inpatient Instalation I. This research designed to analyze the relation of work environment with performance of medical record document submission officer. The type of this research was analytical with cross sectional approach. The result of this research was work culture of officer was very good (64%). Leadership effect to officer was effective enough (56%). Relationship between employee and boss was very good (68%), and Compensation of officer was very good (88%). The result of analysis showed that there was a correlation between work culture with officer performance (p=0,019), there was correlation between leadership with officer performance (p=0,018), there was no correlation between aspect of relationship of employee and boss with officer performance (p=0,688), and there was no correlation between compensation with officer performance (p=0,263). The conclusion of this research is the work culture and leadership is work environment that correlation with officer performance in Instalation of inpatient I RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Keywords: Work environment, performance, medical record document


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Silvia Alfinnia ◽  
Lailatul Muniroh ◽  
Dominikus Raditya Atmaka

ABSTRAK Latar Belakang: Anak usia sekolah mengalami peningkatan kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang. Di usia ini, anak-anak bisa memilih makanan maupun media bermain sesuai keinginan mereka. Aktivitas menggunakan layar yang berlebih serta perilaku makan yang buruk dapat memicu terjadinya obesitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan Screen Based Activity (SBA) dan perilaku makan dengan status gizi anak usia sekolah.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SDI Darush Sholihin Kabupaten Nganjuk. Besar sampel sebanyak 48 siswa yang dipilih secara proportional random sampling. Pengumpulan data meliputi berat badan, tinggi badan, kuesioner SBA, Food Frequency Questionnaire (FFQ), serta food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Kendall’s tau dengan nilai signifikansi 0,05.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan SBA (p=0,151), perilaku makan makanan pokok (p=0,101), perilaku makan lauk hewani (p=0,212), perilaku makan lauk nabati (p=0,829), perilaku makan sayuran (p=0,751) dan perilaku makan jajanan (p=0,109) dengan status gizi. Namun, terdapat hubungan perilaku makan buah (p=0,040) dengan status gizi.Kesimpulan: Konsumsi buah-buahan yang sering tanpa memperhatikan kandungan gula dan cara penyajian dapat memberikan risiko obesitas pada anak. Diperlukan pendidikan gizi kepada pihak sekolah maupun orang tua mengenai pembatasan SBA dan perilaku makan sehat terutama buah untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dan terhindar dari obesitas.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document