scholarly journals Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah pada Masa Pandemi Covid-19

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 61-67
Author(s):  
Widiharti Widiharti ◽  
Wiwik Widiyawati ◽  
Widya Lita Fitrianur

Tekanan darah adalah faktor penting dalam sistem sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah dapat dengan mudah berubah meski dalam hitungan detik (Sasmalinda, Syafriandi, & Helma, 2013). Pada 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia pertama kali mengumumkan dua kasus pasien postif Covid-19. (Pranita, 2020). Pasien tidak berani melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, sehingga jika ada keluhan yang tidak begitu berat mereka akan membeli obat di apotik tanpa mengetahui tekanan darahnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi lain seperti stroke. Tujuan penelitian menganalisis faktor yang berhubungan dengan tekanan darah. Desain penelitian analitik observasional, dengan pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan bulan  Maret – Mei 2020. Populasi dari Seluruh warga  babatan RT 8 RW 2 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung sebanyak 110 orang. Teknik Sampel total sampling. Variabel independen; jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, tingkat kecemasan dan riwayat keluarga. Variabel dependen; tekanan darah. Instrument penelitian; timbangan injak digital, tensi digital, dan kuesioner. Variabel Tingkat kecemasan  menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Dianalisis uji statistik Chi Square dengan nilai p value <0.05. Hasil penelitian chi square  beban kerja nilai p-value 0,004<0,005 ada hubungan beban kerja dengan  tekanan darah. Hasil  p – value 0,002<0,05 ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah.  Hasil p value 0,463<0,05 tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan, hasilnya p – value 0,000<0,05 ada hubungan riwayat keluarga dengan tekanan darah. Kesimpulan faktor yang berhubungan dengan tekanan darah yaitu jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, riwayat keluarga sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan tekanan darah yaitu kecemasan

2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 83-87
Author(s):  
Nuria Muliani ◽  
Alfiyan Prima Ginanjar ◽  
Yusnita .

Bullying Meningkatkan Kecemasan Siswa SMK Muhammadiyah 1 Padang Ratu Lampung Tengah. Bullyingmerupakan penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.Korban bullying dapat merasa cemas, takut yang tidak menyenangkan yang sering disertai gejala fisiologis, respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku bullying terhadap tingkat kecemasan siswa di SMK Muhammadiyah 1 Padang Ratu Lampung Tengah Tahun 2019.Penelitian ini menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Padang Ratu Lampung Tengah..Jumlah sampel sebanyak 102 responden. Teknik sampling menggunakan total sampling.Instrumen yang digunakan adalah  kuisioner perilaku bullying dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).Uji Statistik yang digunakan uji Chi Square. Hasil penelitian yang didapat yaitu terdapathubungan antara perilaku bullying dengan tingkat kecemasansiswa di SMK Muhammadiyah 1 Padang Ratu Lampung Tahun 2019 dengan nilai p-value 0,013 (0,05) dengan nilai odd ratio (OR = 3.045). Tenaga kesehatan perlu memberikan informasi mengenai perilaku bullying dan tingkat kecemasan agar dapat membantu siswa yang mengalami perilaku bullyingdan dapat mengontrol tingkat kecemasan dengan baik.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 26-32
Author(s):  
Sri Sumarni

Imunisasi adalah suatu usaha memasukkan vaksin ke dalam tubuh yang akan  membuat zat anti dengan tujuan mencegah terhadap penyakit tertentu, imunisasi kadang di takutkan oleh ibu karena evek samping yang terjadi setelah di berikan imunisasi sehingga ibu cemas, penyebab kecemasan ibu di karenakan pemberitaan miring tentang efek samping imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-12 bulan di Desa Banjar Barat Kecamatan Gapura. Jenis penelitian ini merupakan analitik korelasional cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan sebanyak 35 ibu. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian adalah Total Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan sebanyak 35 ibu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dan observasi buku KIA. Analisa data yang digunakan adalah uji korelasi spearman dengan nilai signifikansi p = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu mengalami kecemasan ringan sebanyak 22 ibu (62,9%), dan sebagian besar ibu memberikan imunisasi dasar yang tidak lengkap sebanyak 19 orang (54,3%). Hasil uji statistik diperoleh P value < α (0,000 < 0,05) dan tingkat kepercayaan 95%. Kekuatan korelasi adalah r sebesar 0,732 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kecemasan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-12 bulan di Desa Banjar Barat kecamatan Gapura. Sehingga kepada para ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan perlu adanya ikut serta jika ada penyuluhan kesehatan mengenai imunisasi dasar lengkap dan banyak bertanya sebelum di lakukan pemberian imunisasi pada bayinya.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 198-204
Author(s):  
Sari Wahyuni ◽  
Nurul Komariah

Persalinan merupakan proses alamiah, sering kali nyeri yang dialami saat persalinan menjadikan wanita menjadi takut, cemas dan khawatir. Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus berisiko, tidak mengherankan calon ibu yang akan melahirkan diselimuti rasa takut, panik dan gugup. Seorang wanita yang merasa cemas pada saat persalinan dapat mengancam keselamatannya dan bayinya. Salah satu manajemen kecemasan yakni dengan terapi distraksi. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektiftas tingkat kecemasan ibu bersalin dengan terapi murottal Qur’an dan musik klasik di BPM Teti Herawati Palembang. Desain penelitian Randomized matched two group design. Alat ukur penelitian kuesioner dan Hamilton Anxiety Rating Scale. Analisis data dengan uji Wilcoxon dan uji Chi-Square. Hasil analis uji Wilcoxon didapatkan perbedaan yang signifikan tingkat kecemasan (p value  = 0,001)  sebelum dan setelah diberikan terapi murotal Qur’an. Begitupun dengan kelompok terapi musik klasik (p value  = 0,001). Hasil analisis Chi-Square tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kecemasan ibu (p value = 0,336) antara ibu dengan terapi murottal Qur’an dan terapi musik klasik. Dapat disimpulkan baik terapi murotal maupun terapi musik klasik signifikan dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu namun tidak terdapat perbedaan yang signifkan antara terapi murotal Qur’an dan terapi musik klasik dalam mengurangi kecemasan ibu


Author(s):  
Yelly Marliana Patu ◽  
Audry Devisanty Wuysang ◽  
Nadra Maricar

   RELATIONSHIP BETWEEN LOCATION OF CEREBRAL HEMISPHERE LESION AND CLINICAL DEGREES OF ANXIETY IN ISCHEMIC STROKE PATIENTSABSTRACTIntroduction: Stroke is the leading cause of disability and the third cause of death in the world. The lesion in the right hemisphere is most often associated with anxiety.Aim: Knowing the relationship between the location of the lesion and the degree of anxiety in patients with acute ischemic post-stroke.Method: Cross-sectional study of 40 ischemic post-stroke patients at Wahidin Sudirohusodo Hospital and network- ing hospitals in January-April 2018.  The degree of anxiety was measured by the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Chi-square and Mann-Whitney tests were used to analyze the relationship between variables with a p value <0.05 consid- ered significant.Result: There was a significant relationship between the location of the lesion in the hemisphere and the HARS score (p=0.01); and between the location of infarction lesions (cortical and subcortical) with the degree of anxiety in patients with ischemic stroke (p=0.012).Discussion: Moderate-severe anxiety levels occur higher in the lesions in the right hemisphere. The clinical instru- ments used cannot eliminate the element of subjectivity.Keywords: Anxiety in stroke, ischemic stroke, left hemisphere, lesion location, right hemisphereABSTRAKPendahuluan: Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian ketiga terbanyak di dunia. Lokasi lesi di hemisfer kanan merupakan lokasi lesi yang paling sering dikaitkan dengan timbulnya kecemasan.Tujuan: Mengetahui hubungan antara lokasi lesi dan derajat kecemasan pada penderita pascastroke iskemik akut.Metode: Desain potong lintang pada 40 sampel penderita pascastroke iskemik di RS Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit jejaring pada bulan Januari-April 2018. Derajat kecemasan diukur dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Uji Chi-square dan Mann-Whitney digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna.Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi lesi di hemisfer dengan skor HARS (p=0,01); dan antara lokasi lesi infark (kortikal dan subkortikal) dengan derajat kecemasan pada penderita stroke iskemik (p=0,012).Diskusi: Derajat kecemasan sedang-berat lebih tinggi terjadi pada lesi di hemisfer kanan.  Instrumen klinis yang digunakan tidak dapat menghilangkan unsur subjektifitas.Kata kunci: Cemas pada stroke, hemisfer kanan, hemisfer kiri, letak lesi, stroke iskemik


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 44-53
Author(s):  
Prita Ady Rahmadani ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Deny Yudi Fitranti ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar Belakang: Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kecemasan dan asupan zat gizi ibu. Salah satu asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu asupan vitamin A.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan asupan vitamin A dan tingkat kecemasan dengan kecukupan produksi ASI.Metode: Desain penelitian cross sectional, dengan jumlah subjek 62 ibu yang menyusui bayi usia 0-5 bulan di wilayah puskesmas Halmahera Kota Semarang menggunakan metode consecutive sampling. Data yang diteliti yaitu asupan vitamin A menggunakan formulir semi quantitative food frequency questionnaire (SQ FFQ), tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), kecukupan produksi ASI menggunakan perubahan berat badan bayi dengan alat BabyScale dan data sekunder yaitu Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik.Hasil: Terdapat 51,6% subyek tidak mengalami kecemasan, 56,5% asupan vitamin A subyek cukup, dan 53,2% subyek memiliki kecukupan produksi ASI yang baik. Sebanyak 63% subyek dengan asupan vitamin A yang kurang memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan sebanyak 66,7% subyek yang mengalami kecemasan memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang. Subyek yang memiliki asupan vitamin A yang kurang berpeluang 1,8 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang, dan subyek yang mengalami kecemasan berpeluang 2,1 kali memiliki kecukupan produksi ASI yang kurang.Kesimpulan: Asupan vitamin A dan tingkat kecemasan merupakan faktor risiko kecukupan produksi ASI.


2018 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Gilbert Limen ◽  
Joshua Runtuwene ◽  
Christillia Wagiu

Abstract: Exam is a potential stressor to cause anxiety among students. As an exit exam, the medical competency examination consists of two parts: multiple choice question computer-based test and an objective structured clinical examination (OSCE). The anxiety level during the latter part where the cognitive, psychomotor and professional behaviour aspects of examinees are tested, is considered the highest. Passing grade of the exam as one criterion used for important decisions can also be another source of anxiety. Anxiety may impact performance during exam and consequently the passing grade. This study was aimed to evaluate the correlation between the anxiety level right before medical competency examination OSCE and the August 2018 OSCE final results. This was an analytical study with a cross sectional design. Respondents were all students partaking in OSCE at Sam Ratulangi University Medical School. The Hamilton Anxiety Rating Scale was used to measure the anxiety level. The OSCE results were retrieved from the Academic Department. Data were analyzed with the Spearman correlation test that obtained a P value of 0.289. Overall, 81.20% of respondents experienced anxiety, however, the majority (43.50%) were considered as mild anxiety. Moreover, the median score of August 2018 OSCE was 80.00. Conclusion: There is no correlation between anxiety level right before OSCE and August 2018 final results.Keywords: anxiety level, medical competency examination, OSCE scoreAbstrak: Ujian dapat menjadi sebuah stresor yang menimbulkan kecemasan. Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) sebagai exit exam terdiri atas dua jenis ujian yakni pilihan ganda berbasis komputer dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Tingkat kecemasan yang dihasilkan oleh OSCE paling tinggi karena OSCE menguji aspek kognitif, psikomotor dan professional behavior. Nilai batas lulus ujian UKMPPD juga dapat menjadi sumber kecemasan karena digunakan untuk menentukan keputusan yang penting. Kecemasan dalam menghadapi ujian dapat menjadi salah satu penyebab yang memengaruhi performa dan berdampak pada kelulusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi UKMPPD OSCE dengan nilai UKMPPD OSCE periode Agustus 2018. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Responden ialah seluruh mahasiswa yang mengikuti UKMPPD OSCE di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dengan menggunakan instrumen penelitian Hamilton Anxiety Rating Scale untuk mengukur tingkat kecemasan dan nilai OSCE dari Bagian Akademik Fakultas Kedokteran Unsrat. Analisis statistik menggunakan uji kore-lasi Spearman. Hasil analisis hubungan antara kecemasan dalam menghadapi UKMPPD OSCE dengan nilai UKMPPD OSCE periode Agustus 2018 mendapatkan nilai P=0,289. Responden yang mengalami kecemasan sebanyak 81,20% dan umumnya memiliki tingkat kecemasan yang ringan (43,50%). Median nilai UKMPPD OSCE periode Agustus 2018 yang diperoleh ialah 80,00. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dalam menghadapi UKMPPD OSCE dengan nilai UKMPPD OSCE periode Agustus 2018.Kata kunci: tingkat kecemasan, UKMPPD, nilai OSCE


MEDISAINS ◽  
2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Lisa Mutiara Anissa ◽  
Suryani Suryani ◽  
Ristina Mirwanti

Latar Belakang: Kemajuan teknologi yang semakin canggih dalam dunia pendidikan keperawatan membuat Computer Based Test (CBT) dijadikan sebagai salah satu metode ujian. Dalam menghadapi ujian mahasiswa keperawatan rentan mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami memiliki tingkatan yang berbeda-beda pada setiap individu. Kecemasan dapat memberikan dampak pada berbagai aspek.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian berbasis Computer Based TestMetode: Penelitian ini menggunakan rancangan deksriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di salah satu institusi keperawatan di Jawa Barat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 239 orang responden yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analisa data dengan univariat menggunakan distribusi frekuensi dalam bentuk persentase dan bivariat untuk menguji korelasi dengan menggunakan uji Chi Square dan Rank SpearmanHasil: Hasil penelitian menunjukkan 26.4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 27.6% mahasiswa mengalami kecemasan ringan, 32,2% mahasiswa mengalami kecemasan sedang, 13.0% mahasiswa mengalami kecemasan berat, dan 0.8% mahasiswa mengalami kecemasan sangat berat. Masa studi/tingkat semester mahasiswa berhubungan dengan tingkat kecemasan mahasiswa (p<0.05).Kesimpulan: Tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapai ujian berbasis CBT sangat beragam namun pada umumnya mengalami kecemasan sedang. Semakin tinggi tingkat semester maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi ujian CBT


2020 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 677-685
Author(s):  
Gheralyn Regina Suwandi ◽  
Evelin Malinti

ABSTRACT : THE RELATIONSHIP BETWEEN LEVELS OF KNOWLEDGE AND LEVELS OF ANXIETY TOWARD COVID-19 AMONG ADOLESCENTS AT BALIKPAPAN ADVENTIST HIGH SCHOOL  Introduction: coronavirus Disease (Covid-19) that appear in Indonesia since the beginning of March 2020 has become a serious condition  to all age groups, including teenager. Teenager is called  age of transition, when biological and psychological development occurs. Covid-19 can affect the psychological development of adolescents, causing anxiety that can not be controlled. One of the factors that influence anxiety is knowledge.Purpose: the purpose of this  paper was to know the relationship between knowledge levels with anxiety levels in adolescents on the Covid-19 pandemic.Method: the study utilized a descriptive analytic with total sampling design. Respondents in this paper were all students of XII class in Balikpapan Adventist Senior High School totaling 60 people. Data collection using knowledge questionnaire adopted from the WHO surveyand  Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire.Result: there were 9 respondents (15%) with standard knowledge felt mild anxiety, 33 respondents (55%) with good knowledge felt mild anxiety, 4 respondents (6.6%) with standard knowledge felt moderate anxiety, 9 respondents (15%) with good knowledge felt moderate anxiety, 1 respondent (1.7%) with standard knowledge felt severe anxiety, 4 respondents (6.7%) with good knowledge felt severe anxiety. The results of the chi-square test obtained p-value of 0.135 < α (0,05).Conclusion: There is no relationship between the level of knowledge and the level of anxiety in adolescents at Balikpapan Adventist High School.   Keywords : adolescents; anxiety; covid-19; knowledge          INTISARI : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP COVID-19 PADA REMAJA DI SMA ADVENT BALIKPAPAN Latar Belakang: corona virus disease (Covid-19) yang muncul di Indonesia sejak awal Maret 2020 telah menjadi ancaman serius pada semua kalangan usia, tidak  terkecuali usia remaja. Remaja merupakan usia transisi saat dimana perkembangan biologis dan psikologis terjadi. Covid-19 dapat mempengaruhi perkembangan psikologis remaja tersebut, sehingga menimbulkan kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan ialah pengetahuan.Tujuan: diketahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pada remaja terhadap pandemi Covid-19.Metode Penelitian: jenis penelitian deskriptif analitik dengan teknik total sampling. Responden pada penelitian ini merupakan seluruh murid kelas XII SMA Advent Balikpapan berjumlah 60 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan yang diadopsi dari survei WHO dan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).Hasil: diketahui sebanyak 9 responden (15%) berpengetahuan cukup mengalami kecemasan ringan, sebanyak 33 responden (55%) berpengetahuan baik mengalami kecemasan ringan, sebanyak 4 responden (6,6%) berpengetahuan cukup mengalami kecemasan sedang, sebanyak 9 responden (15%) berpengetahuan baik mengalami kecemasan sedang, sebanyak 1 responden (1,7%) berpengetahuan cukup mengalami kecemasan berat, dan sebanyak 4 responden (6,7%) berpengetahuan baik mengalami kecemasan berat. Hasil analisis dengan uji chi-square didapatkan p-value yaitu 0,135 > α (0,05).Kesimpulan: tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan yang dialami pada remaja, khususnya remaja kelas XII SMA Advent Balikpapan. Kata kunci : covid-19; kecemasan; pengetahuan; remaja


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Akhmad Yanuar Fahmi ◽  
Dayu Agista ◽  
Soekardjo Soekardjo

Kehidupan di dalam Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan yang tertutup selalu menarik peneliti atau akademisi untuk membahas. banyaknya permasalahan hidup, cara untuk beradaptasi, dan bagaimana untuk bersosialisasi dengan kehidupan yang baru menimbulkan banyak masalah diantaranya adalah kualitas tidur dan kecemasan. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan gelisah. Kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan menurunya aktivitas korteks prefrontal yang memerankan peran penting dalam mengatur emosi, salah satunya kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatan. Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional dengan sampel sebanyak 59 responden dengan tekhnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality Index dan Hamilton Anxiety Rating Scale, dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan hitung manual dengan rumus yate’s correction. Hasil penelitian didapatkan 50 responden (85%) memiliki kualitas tidur buruk dan 36 responden (62%) kecemasan ringan. Tingkat kemaknaan atau α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,015 sehingga Pvalue  < Nilai α atau  0,015 < 0,05. Berarti ada hubungan antara level kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatani. Kualitas tidur yang baik maka membuat tingkat kecemasan rendah atau tidak mengalami kecemasan. Sebaliknya apabila kualitas tidur buruk maka tingkat kecemasan yang dialami warga binaan wanita menjadi sedang bahkan mengalami tingkat kecemasan berat


Author(s):  
Yoga Setia Kurniawan ◽  
Yuliarni Syafrita ◽  
Restu Susanti

Introduction : Anxiety is one of the most non-motorized symptoms in patients with Parkinson's which greatly affects the quality of life, but in clinical practice it is often neglected. Anxiety in patients with Parkinson's can accelerate motor deterioration / disability and also increase mortality. Methods: This cross-sectional study was conducted at the Neurology polyclinic Dr. M Djamil Padang from July to December 2020 in patients who had been diagnosed with Parkinson's Disease (PD) by excluding secondary Parkinson's and a history of stroke. Anxiety was measured using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The research subjects were 60 people. Univariate analysis to present baseline characteristics and bivariate tests assessed factors associated with anxiety and the relationship between variables. A p value <0.05 was considered statistically significant. Results: Most of the subjects were male (55%) with a mean age of 58.05 ± 9.7 years and disease duration of 6.35 ± 5.29 years. By examining the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), it was obtained 38.3% of Parkinson's sufferers with anxiety. There is a significant relationship between marital status, duration of illness and degree of disease with the incidence of anxiety (p <0.05) and there is no significant relationship between age and sex with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's. Conclusion: There is a significant relationship between marital status, duration of illness and degree of disease with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's and there is no relationship between age and sex with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document