scholarly journals Health Literacy dan Perilaku Pencegahan terhadap TBC Paru Anak di Puskesmas Bandarharjo

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 61-71
Author(s):  
Fitria Anggraini ◽  
Aprianti . ◽  
Dian Puspitaningtyas Laksana ◽  
Fitria Wulandari

Kasus Tuberkulosis pada anak di Kota Semarang pada tahun 2017 mencapai 916 kasus, meningkat signifikan dibandingkan tahun 2016. Puskesmas Bandarharjo merupakan daerah dengan penderita TB tertinggi di Kota Semarang. Penemuan kasus TB pada anak di Puskemas Bandarharjo tahun 2016-2019 mengalami fluktuasi hingga 43 kasus yang tersebar di 4 kelurahan yaitu Tanjungmas, Dadapsari, Kuningan dan Bandarharjo. Tingginya angka kasus tuberkulosis di Kota Semarang dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat melek kesehatan. Pencegahan sejak dini diharapkan mampu mengurangi peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat tuberkulosis paru pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara literasi kesehatan dengan perilaku pencegahan orang tua terhadap kasus tuberkulosis paru pada anak di Puskesmas Bandarharjo Semarang. Pengumpulan data primer dilakukan oleh kader Puskesmas Bandarharjo dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 92 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran variabel penelitian dalam bentuk distribusi persentase. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan chi-square untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel. Ada hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua per bulan dengan kejadian tuberkulosis paru anak dan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia responden, tingkat pendidikan orang tua, literasi kesehatan dan perilaku pencegahan orang tua terhadap kejadian TB paru anak di Indonesia. wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang.

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Yunita Mansyah Lestari ◽  
Suzy Yusna Dewi ◽  
Aulia Chairani

ABSTRAK   Alexithymia ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengenali dan mengekpresikan emosi serta pemikiran yang berorientasi eksternal sehingga mereka memiliki hubungan interpersonal yang buruk. Remaja dengan alexithymia cenderung menjadi kecanduan media sosial.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Alexithymia terhadap kecanduan media sosial pada remaja di Jakarta Selatan. Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 13-19 tahun dan tinggal di Jakarta selatan. Pengambilan data menggunakan metode consecutive sampling dan snowball sampling dengan menyebar kuesioner menggunakan link googleform. Jumlah subjek penelitian sebanyak 207 orang (41 = laki-laki, 166 = perempuan). Skala yang digunakan adalah Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) dan Social Media Disorder (SMD). Analisa data menggunakan metode chi-square pada SPSS 25. Hasil penelitian didapatkan 85 orang mengalami alexithymia, 88 mengalami kecanduan dan 62 orang mengalami alexithymia dan kecanduan media sosial. p-value didapatkan 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara Alexithymia dengan Kecanduan Media Sosial pada remaja di Jakarta Selatan. Kata Kunci :Alexithymia, Kecanduan Media Sosial, Remaja     ABSTRACT   Alexithymia is characterized by an inability to recognize and express emotions and have external oriented thoughts so that they have poor interpersonal relationships. Teenagers with alexithymial tend to become addicted to social media. This study aims to determine the relationship between Alexithymia towards social media addiction in adolescents in South Jakarta. The research subjects were adolescents aged 13-19 years and lived in south Jakarta. Retrieval of the data was using consecutive sampling and snowball sampling method by distributing questionnaires using the googleform link. The number of research subjects was 207 people (41 = men, 166 = women). The scale was used is the Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) and Social Media Disorder (SMD). Data analysis using the chi-square method in SPSS 25. The results showed that 85 people had alexithymia, 88 were addicted and 62 people had alexithymia and were addicted to social media. p-value obtained is 0,000. This means that there is a relationship between Alexithymia and Social Media Addiction in adolescents in South Jakarta. Keyword : Adolescents, Alexithymia, Social Media Addiction


2016 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 138-144
Author(s):  
Ina Edwina ◽  
Rista D Soetikno ◽  
Irma H Hikmat

Background: Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) prevalence rates are increasing rapidly, especially in developing countries like Indonesia. There is a relationship between TB and DM that are very prominent, which is the prevalence of pulmonary TB with DM increased by 20 times compared with pulmonary TB without diabetes. Chest X-ray picture of TB patients with DM is atypical lesion. However, there are contradictories of pulmonary TB lesion on chest radiograph of DM patients. Nutritional status has a close relationship with the morbidity of DM, as well as TB.Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between the lesions of TB on the chest radiograph of patients who su?er from DM with their Body Mass Index (BMI) in Hasan Sadikin Hospital Bandung.Material and Methods: The study was conducted in Department of Radiology RSHS Bandung between October 2014 - February 2015. We did a consecutive sampling of chest radiograph and IMT of DM patients with clinical diagnosis of TB, then the data was analysed by Chi Square test to determine the relationship between degree of lesions on chest radiograph of pulmonary TB on patients who have DM with their BMI.Results: The results showed that adult patients with active pulmonary TB with DM mostly in the range of age 51-70 years old, equal to 62.22%, with the highest gender in men, equal to 60%. Chest radiograph of TB in patients with DM are mostly seen in people who are obese, which is 40% and the vast majority of lesions are minimal lesions that is equal to 40%.Conclusions: There is a signifcant association between pulmonary TB lesion degree with BMI, with p = 0.03


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 256-263
Author(s):  
Abdul Qodir

Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis dipercaya dapat mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, tetapi banyak pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol. Hal tersebut dikarenakan kepatuhan yang buruk dalam melaksanakan rekomendasi gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan faktor yang berhungan dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional di pukesmas dinoyo Kota Malang tahun 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling. Kuesioner yang digunakan meliputi : karakteristik demografi, pengetahuan dan rekomendasi mofifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Hubungan antara rekomendasi modifikasi gaya hidup dengan variabel independen dianalisis menggunakan uji chi square dan analisis regresi logistik. 140 pasien hipertensi berpartisipasi dalam penelitian ini (60 laki-laki, 80 wanita). Prevalensi kepatuhan adalah 28,6 %. Tingkat pengetahuan berhubungan signifikan  dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi gaya hidup (p=0,00). Jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup (p= 0,06; p=0,21; p=0,87). Pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup. Management of pharmacological and non-pharmacological is believed to control blood pressure and prevent complications,  but many hypertensive patients have uncontrolled blood pressure. This is due to poor adherence to recommended lifestyle modifications. This study was aimed to determine the factors associated with adherence to recommended lifestyle modifications of hypertensive patients. A cross-sectional study was conducted in Pukesmas Dinoyo Malang in 2019. Consecutive Sampling was used to select study subjects. The questionnaire included information about demographic characteristics, knowledge, practice of lifestyle-modification measures. Associations between adherence to lifestyle modification and independent variables were analyzed using chi square and multivariate logistic regression analysis. 140 hypertensive patients participated in the study (60 men, 80 women). The prevalence of adherence was 28.6%. The level of knowledge was significant associated with adherence to recommended lifestyle modifications (p = 0.00). Genders , age, and educational level were no significant associated with to recommended lifestyle modifications (p= 0.06; p=0.21; p=0.87). Knowledge was significant associated with adherence to recommended lifestyle modifications of hypertensive patients.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Elmi Nuryati

Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu itu ternyata berbahaya bagi kesehatan seperti layaknya polutan dari pembakaran mineral dan mesin kendaraan bermotor. Polutan dari  kayu bakar dalam industry pembakaran genteng dapat menjadi salah satu penyebab infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan kayu bakar dalam industry pembekaran genteng dengan kejadian ISPA pada daerah home industri  Desa Pandansari Selatan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Tahun 2017. Jenis penelitian adalah analitik komparatif dengan desain crosectional. Populasi dalam penelitian ini semua warga desa Pandansari Selatan kecamatan sukoharjo dengan jumlah sampel 80 responden. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunaka uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara penggunaan kayu bakar dalam industry pembakaran genteng dengan kejadian ispa dengan p value >  0,05, nilai OR 2,206. Hal tersebut menunjukkan bahwa kayu bakar yang menghasilkan asap sangat berbahaya dan berperan besar dalam menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut. 


2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Arnika Dwi Asti ◽  
Shynta Novariananda ◽  
Tri Sumarsih

Prevalensi stroke meningkat setiap tahunnya. Pasien stroke mengalami kelumpuhan anggota tubuh yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi kehidupan fisik dan psikologis. Kondisi ini membuat pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain dalam aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu anggota keluarga sebagai unit terdekat pasien akan berperan sebagai caregiver yang membantu memenuhi kebutuhan pasien stroke. Caregiver sendiri juga memiliki orientasi pemenuhan kebutuhan, perawatan dan pikiran untuk diri sendiri. Pengabaian pemenuhan kebutuhan ini dapat mengakibatkan stres fisik dan mental pada caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan beban caregiver dengan stres keluarga pada pasien stroke. Ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sejumlah 122 orang caregiver utama diambil sebagai responden penelitian dengan tehnik consecutive sampling. Data dianalisa menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang beban sedang sebanyak 63 orang (51,64 %) dan tingkat stres sedang sebanyak 60 orang (49,18%). Uji korelasi chi-square menunjukkan nilai p value 0,035 < 0,05 sehingga dinyatakan terdapat hubungan antara beban caregiver dengan tingkat stres keluarga pada pasien stroke. Semakin tinggi beban caregiver maka tingkat stres yang dirasakan juga semakin tinggi. Penting bagi perawat jiwa untuk mengetahui mengenai beban caregiver dan stres yang dirasakan sehingga dapat membantu melalui program manajemen stres bagi caregiver pasien stroke.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 93-98
Author(s):  
Clara Vanesia Bangun ◽  
Harry Christama Simanjuntak ◽  
Ronald Tambunan ◽  
Endy Juli Anto

Data WHO menyebutkan bahwa 40% penyebab kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37%, meningkat dari 24,5% di tahun 2007. Depkes RI membuat program pemberian tablet Fe melalui puskesmas dan posyandu. Salah satu kendala adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet Fe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan metode MMAS-8 terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Glugur Darat tahun 2018. Penelitian cross sectional menggunakan metode analitik. Jumlah sampel 65 responden diambil dengan cara consecutive sampling, dilakukan di Puskesmas Glugur Darat Medan. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Penderita anemia dalam kelompok umur tidak beresiko sebanyak 34 orang (87,2%), primipara 15 orang (38,5%), pendidikan menengah sebanyak 29 orang (74,4%), tidak bekerja sebanyak 28 orang (71,8%), tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 29 orang (74,4%). Analisis bivariat mendapatkan hubungan signifikan antara kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia (p = 0,002). Terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan metode mmas-8 terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Glugur Darat tahun 2018.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 167-175
Author(s):  
Friska Ernita Sitorus

Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi. Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan manajemen dengan kinerja petugas kesehatan. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 88 orang. Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dianalisis uji chi-square dan Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas kesehatan. Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan adalah Pengawasan dan Pertanggungjawaban dimana p-value 0.03 dan nilai Exp (B) 5,885 dimana Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang dilakukan dengan baik mempunyai peluang 5.885 kali petugas kesehatan melakukan kinerja yang baik dibandingkan dengan Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang cukup. perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas


2018 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 93-100
Author(s):  
Dian Muslimin

Schistosomiasis japonicum dianggap suatu penyakit kemiskinan yang mengarah ke gangguan kesehatan kronis. Infeksi terjadi ketika manusia kontak dengan  air tawar yang mengandung serkaria dari cacing parasit darah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai faktor Host yang merupakan faktor risiko terhadap kejadian Schistosomiasis japonicum. Metode Penelitian ini menggunakan mix method dengan kuantitatif sebagai pendekatan  utama  (case control) dan kualitatif sebagai pendukung (indepth interview). Populasi target adalah seluruh penduduk yang melakukan pemeriksaan tinja di laboratorium Schistosomiasis japonicum dan berdomisili di Taman Nasional Lore-Lindu Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014-2016 dengan jumlah  sampel 158 orang terdiri dari 79 kasus dan 79 kontrol  dengan teknik consecutive sampling. Analisis data bertahap dari univariat dan bivariat menggunakan uji  chi-square  dilanjutkan analisis multivariat menggunakan uji  regresi logistik. Hasil Faktor Host yang terbukti sebagai  risiko terhadap kejadian Schistosomiasis japonicum yaitu pekerjaan sebagai petani OR = 2,8; 95% CI = 1,22-6,48), kebiasaan mandi/mencuci di air sungai/danau OR=2,7; 95% CI=1,21-6,39), kebiasaan buang air besar selain di jamban OR = 3,0; 95% CI=1,36-6,86), tidak menggunakan sepatu boot OR=4,6; 95% CI=1,99-10,58), melewati daerah fokus keong OR=3,1; 95% CI=1,34-7,41), memiliki tata guna lahan pertanian tidak dikelolah  OR=5,2; 95% CI = 2,25-12,00). Sedangkan faktor tidak terbukti sebagai faktor risiko yaitu tingkat pendidikan rendah <SMP, tidak pemanfaatan sumber air bersih, menjadi anggota mapalus, tidak memanfaatkan program kesehatan, dan memelihara hewan ternak. Probabilitas untuk menyebabkan kejadian Schistosomiasis japonicum terdapat enam faktor risiko  sebesar 98,52%.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94-97
Author(s):  
Yolandita Aura ◽  
Noerfitri Noerfitri

Pendahuluan: Keadaan remaja yang mudah dipengaruhi lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap sikap serta perilaku giziya termasuk dalam hal kebiasaan makannya, dan bila tidak disadari secara dini akan berdampak pada kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap dan perilaku gizi seimbang pada remaja di SMA Korpri Bekasi. Metode: Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X-XI sebanyak 130 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan secara daring dengan google form. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di SMA Korpri Bekasi. Hasil: Hasil analisis univariat, siswa yang memiliki pengetahuan yang baik sebesar 53,1% dan pengetahuan yang kurang baik sebesar 46,9% sedangkan yang memiliki sikap yang positif 56,9% dan yang memiliki sikap negatif 43,1%. Hasil bivariate dengan uji chi-square didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan sikap gizi p-value = 0,514 (p>0,05) dan terdapat hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan perilaku gizi seimbang p-value = 0,032 (p<0,05), dengan nilai OR = 0,466. Kesimpulan: Diharapkan melalui seminar dan bimbingan dari pihak sekolah dapat menambah pengetahuan dan memperbaiki sikap serta perilaku siswa terkait gizi seimbang.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Agnes Kalpita Furi ◽  
Aryu Candra ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar Belakang : Tonsilitis adalah salah satu penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas (ISPA) yang sering terjadi pada balita. Defisiensi seng dan vitamin C mempengaruhi kejadian tonsilitis terkait fungsi dalam sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan seng dan vitamin C dengan kejadian tonsilitis pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian case control. Subjek balita usia 2-5 tahun sebanyak 50 subjek terdiri dari 25 subjek kasus dan 25 subjek kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling. Penentuan subjek mengalami tonsilitis atau tidak dilakukan dengan diagnosis dokter melalui pemeriksaan tonsil. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan seng dan vitamin C diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ), identitas subjek dan orangtua/pengasuh, data hygiene mulut, dan data kebiasaan makan dengan wawancara langsung. Analisis data dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact, Mann Whitney, dan Independent T.Hasil : Status gizi subjek sebagian besar tergolong normal berdasarkan BB/TB, BB/U, maupun TB/U. Sebanyak 56% subjek kelompok kasus memiliki kebiasaan makan yang berisiko dan 100% subjek pada kelompok kasus memiliki hygiene mulut yang kurang baik. Subjek kasus memiliki riwayat asupan seng yang kurang sebanyak 52% dan riwayat asupan vitamin C yang kurang sebanyak 80%. Riwayat asupan seng memiliki hubungan dengan kejadian tonsilitis (p<0,05), sedangkan riwayat asupan vitamin C tidak terdapat hubungan dengan kejadian tonsilitis (p>0,05).Kesimpulan : Risiko tonsilitis pada subjek dengan riwayat asupan seng kurang dari kebutuhan 4,3 kali lebih besar dibandingkan subjek dengan riwayat asupan seng cukup. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document