scholarly journals EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT CAMPURAN EKSTRAK RUMPUT LAUT (Gelidium latifolium) DAN EKSTRAK JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO

2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Muhammad Duddy Satrianugraha ◽  
Irwan Lubis ◽  
Nur Fitriani Amardina

Infeksi Candida albicans dapat berupa infeksi superfisial hingga sistemik. Ekstrak rumput laut dan minyak atsiri ekstrak jeruk nipis terbukti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Belum adanya penelitian mengenai penggunaan jeruk nipis dan rumput laut secara bersamaan sebagai anti jamur, menarik peneliti untuk meneliti masalah ini. Membandingkan efektivitas daya hambat campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis terhadap Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Postest Only Control Group Design. Dibuat 7 perlakuan, 2 perlakuan kontrol dan 5 kelompok perlakuan yang diberi campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, dan 0:4. Hasil rerata daya hambat campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, dan 0:4 (3,62 mm, 25,5 mm, 31 mm, 42,5 mm dan 42,5 mm dengan P < 0,05). Hasil uji multifariat menunjukan nilai signifikansi P<0,05, maka dapat dikatakan bahwa paling tidak terdapat perbedaan rerata antar dua kelompok perlakuan. Hasil uji post hoc menunjukan 9 pasang perlakuan memiliki nilai P < 0,05 dan 6 pasang perlakuan memiliki nilai P > 0,05. Campuran ekstrak rumput laut dan ekstrak jeruk nipis dengan perbandingan 4:0, 3:1, 2:2, 1:3, 0:4 memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.

2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 05 ◽  
Author(s):  
Abdul Razak ◽  
Aziz Djamal ◽  
Gusti Revilla

AbstrakJeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) merupakan salah satu tanaman obat keluarga yang banyak terdapat ditengah masyarkat dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional. Bagian yang sering digunakan adalah air perasannya, dengan salah satu manfaat dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat serta penyembuhan luka agar tidak terjadi abses. Jerawat dan abses pada luka merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. Penelitian dilakukan dengan metoda eksperimental laboratorium dengan desain postest only control group design yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.Hasil penelitian menunjukan bahwa air perasan buah jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri dimana bakteri tidak tumbuh seteleh kontak 5 menit pertama dan diikuti menit-menit berikutnya dengan air perasan buah jeruk nipis konsentrasi 100%. Jadi, semakin tinggi konsentrasi air perasan buah jeruk nipis dan semakin lama kontak dengan bakteri Staphylococcus aureus maka daya hambatnya semakin baik.Kata kunci: Uji Daya Hambat, Air Perasan Buah Jeruk Nipis, Staphylococcus aureus.Abstract Lime (Citrus aurantifolia S.) is kind of family’s herbal medicine, most using in the community is widely used as a traditional herb. The most common used part is the lime fruit squeeze with one of the function is used for removing acne and wound healing to prevent the form of abscess. Pimples and abscesses of the wound is one of the infections caused by the bacterium Staphylococcus aureus.The purpose of this study was to determine the inhibition of lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze towards the growth of the bacteria Staphylococcus aureus in vitro condition. The study was conducted with laboratory experimental methods to the design of control group design postest only performed at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine, University of Andalas.The results showed that the lime fruit (Citrus aurantifolia S.) squeeze has the ability to inhibite the bacterial growth of Staphylococcus aureus with various concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% and there is the effect of contact time on the growth of bacteria which the bacteria do not grow after contact the first 5 minutes and the next minute followed by lime fruit squeeze with 100% concentration lime fruit squeeze. Thus, the higher the concentration of lime fruit squeeze and the longer the contact with the bacteria Staphylococcus aureus is the better towards.Keywords:Inhibition test, The Lime Fruit Squeeze, Staphylococcus Aureus.


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Juvensius R. Andries ◽  
Paulina N. Gunawan ◽  
Aurelia Supit

Abstrak: Minyak cengkeh berguna sebagai antibakteri alami. Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol dapat membunuh bakteri termasuk bakteri yang resisten terhadap antibiotika, salah satunya adalah bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan mikroorganisme penyebab utama terjadinya karies. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan bahan coba ekstrak cengkeh dengan konsentrasi 40%, 60%, dan 80%, Ciprofloxacin, aquades dengan pengulangan sebanyak lima kali. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan one-way ANOVA dan post-hoc uji LSD ( = 0,05). Berdasarkan hasil uji statistik penelitian uji efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri streptococcus mutans secara in vitro, dapat disimpulkaan bahwa ekstrak cengkeh memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Hasil uji lanjut post-hoc uji LSD menunjukan daya hambat ekstrak cengkeh 40%, 60%, 80%, lebih kecil (p<0,05) dalam menghambat Streptococcus mutans secara in vitro dibandingkan Ciprofloxacin. Kata Kunci: Ekstrak cengkeh, Streptococcus mutans.   Abstract: Clove oil is useful as a natural antibacterial agent, essential oil of clove has anesthetic and antimicrobial effect. Substances contained in clove called eugenol can kill bacteria including antibiotic resistant bacteria, one of which is the bacteria Streptococcus mutans. This bacteria is a major cause for caries. The purpose of this study was to mengetahui clove extrack antibacterial effects againts Streptococcus mutans bacteria in vitro. This study is an experimental study using a post test only control group design. This research try using clove extract with a concentration of 40%, 60%, and 80%, Ciprofloxacin, aquades repetition five times. Data collected and analyzed by one-way ANOVA and post-hoc LSD test (α = 0.05). Based on the results of the statistical test to test the effects of anti-bacterial research clove extracts against Streptococcus mutans bacteria in vitro, can disimpulkaan that clove extracts have antibacterial effects in inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria in vitro.further test result post-hoc LSD test shoved its inhibitory clove extract 40%, 60%, 80% smaller (p<0,05)in hibiting Streptococcus mutans in vitro compared Ciprofloxacin. Keywords: clove extract, Streptococcus mutans


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Lisa Ramschie ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Noni (Morinda cittrifolia L.) leaves contain antraquinon, atsiri oil, saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, polifenol, and sterol that have been proved can inhibit the growth of Candida albicans. This study was aimed to establish the minimum inhibitory concentration (MIC) of noni leaf extract against Candida abicans. This was a true experimental study with a randomized pretest-posttest control group design. We used serial dilution method with turbidimetry and spectrophotometry tests. Noni leaves were extracted by using maceration with 96% ethanol. Candida albicans fungi were obtained from Microbiology Laboratory of Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University. The turbidimetry test using three repetitions showed that the MIC of noni leaf extract against Candida albicans was 6.25% meanwhile the spectrophotometry test established 12.5% as the MIC of noni leaf extract. Conclusion: Minimum inhibitory concentration of noni (Morinda cittrifolia L.) leaf extract against the growth of Candida albicans was 12.5%.Keywords: noni (Morinda citrifolia L.), Candida albicans, minimum inhibitory concentration (MIC) Abstrak: Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung antraquinon, minyak atsiri, saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, polifenol dan sterol yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak daun mengkudu terhadap Candida albicans. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan randomized pretest-posttest control group design. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu serial dilusi dengan pengujian turbidimetri dan spektrofotometri. Daun mengkudu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Jamur Candida albicans diambil dari stok jamur Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian turbidimetri dengan tiga kali perlakuan mendapatkan KHM pada konsentrasi 6,25% sedangkan pengujian spektrofotometri mendapatkan KHM pada konsentrasi 12,5%. Simpulan: Konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans terdapat pada konsentrasi 12,5%.Kata kunci: mengkudu (Morinda citrifolia L.), Candia albicans, konsentrasi hambat minimum (KHM)


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Ratih Dewi Dwiyanti ◽  
Hana Nailah ◽  
Ahmad Muhlisin ◽  
Leka Lutpiatina

       Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat digunakan untuk obat batuk, peluruh dahak, influenza, dan obat jerawat. Jeruk nipis mengandung senyawa kimia yang bermanfaat salah satunya minyak atsiri dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dan berperan sangat penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%  terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro. Penelitian ini bersifat  eksperimen dengan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian adalah air perasan jeruk nipis. Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Parameter daya antibakteri ditentukan dengan mengukur zona hambat  (mm) yang terbentuk di sekitar pertumbuhan bakteri uji pada media Muller Hinton Agar. Hasil Penelitian menunjukkan zona hambat air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli pada konsentrasi 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% masing- masing berdiameter 7,25mm, 13,25mm, 14,25mm, 16mm, 17mm, 18,25mm, dan 20,75mm. Berdasarkan uji regresi linear didapat nilai signifikan 0,000 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Eschericia coli secara in vitro.  Disarankan pada penelitian lebih lanjut untuk menguji daya hambat air perasan jeruk nipis dengan menggunakan metode lain atau terhadap bakteri spesies lain.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Dyah Mustikaturrokhmah ◽  
Erika Diana Risanti

Penyakit  infeksi yang disebabkan oleh bakteri masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan bahan alami yang mudah ditemui dan memiliki sifat antibakteri. Staphylococcus epidrmidis dan Salmonella typhosa  adalah bakteri Gram positif dan Gram negatif yang menyebabkan beberapa jenis penyakit.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap Staphylococcus epidermidis dan  Salmonella thyposa secara In Vitro. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan metode post- test only control group design. Konsentrasi ekstrak temulawak yang digunakan adalah 5%, 15% dan 45%. Penelitian menggunakan Media Muller Hilton yang telah diolesi bakteri dan dibuat sumuran dengan diameter 6 mm sebagai tempat ekstrak temulawak. Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol postif dan aquabides sebagai kontrol negatif. Diameter zona hambat diukur menggunakan jangka sorong setelah inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil analisis data menggunakan Uji Krusskal-Wallis menunjukkan nilai p<0.005 dan Post-Hoc Mann Whitney dengan nilai p=0.008. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan Salmonella thyposa secara In Vitro.


Biomedika ◽  
2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 65-71
Author(s):  
Chintya Mei Desia Hutasoit ◽  
Yuni Setyaningsih ◽  
Andri Pramono

ABSTRACTTrichophyton rubrum is the most common dermatophytosis etiology. The antifungal agent has several problems such as fungal resistance and therapy side effects. Cacao (Theobroma cocoa L.) bean shells extract contained flavonoids, alkaloids, and saponins which have an antifungal effect. This study aimed to test the in vitro cacao bean shells extract antifungal (especially: Trichophyton rubrum) effectiveness by agar well diffusion method. This was an experimental study with a post-test only control group design. This study used cacao bean shells extract concentration 25%, 50%, 75%, and 100%, ketokonazol as positive control, and aquadest as negative control. The average inhibition diameter of 25%, 50%, 75% and 100% cacao bean shells extract concentration were 10.65 mm, 18 mm, 26.92 mm, and 37.22 mm, respectively, while the ketoconazole inhibition diameter was 51.52 mm. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis test and post hoc with Mann-Whitney. The results showed significant differences between each treatment group (p0.05). Cacao bean shells extract had an antifungal effect in inhibiting the growth of Tricophyton rubrum invitro.Keywords: Trichophyton rubrum, Cacao Bean Shells, Antifungal, Agar Well Diffusion Method,  ABSTRAKTrichophyton rubrum adalah penyebab paling umum dermatofitosis. Obat dermatofitosis (antijamur) memiliki beberapa masalah seperti resistensi dan efek samping terapi. Ekstrak cangkang biji kakao (Theobroma cocoa L.) mengandung flavonoid, alkaloid, dan saponin yang memiliki efek antijamur. Tujuan penelitian ini untuk menguji efektivitas antijamur (khususnya Trichophyton rubrum) ekstrak cangkang biji kakao secara in vitro dengan metode difusi agar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post-test only control group design. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak cankang biji kakao 25%, 50%, 75%, dan 100%, ketokonazol sebagai kontrol positif, dan aquadest sebagai kontrol negatif. Rata-rata diameter hambat konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%  secara berturut-turut yaitu: 10,65 mm, 18 mm, 26,92 mm, dan 37,22 mm, sedangkan daya hambat ketoconazole adalah 51,52 mm. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan post hoc dengan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara masing-masing kelompok perlakuan (p 0,05). Ekstrak cangkang biji kakao memiliki efek antijamur dalam menghambat pertumbuhan Tricophyton rubrum invitro.Kata kunci: Trichophyton rubrum, Anti-jamur, Cangkang Biji Kaka, Metode Difusi Sumuran Agar


2014 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Elsi Wineri ◽  
Roslaili Rasyid ◽  
Yustini Alioes

AbstrakMadu merupakan substansi alam yang dihasilkan oleh lebah yang diketahui memiliki manfaat, salah satunya untuk mengobati faringitis yang disebabkan Streptococcus beta hemoliticus Group A. Efek antibakteri dari madu dapat menghambat pertumbuhan  Streptococcus beta hemoliticus Group A. Berdasarkan cara pembuatannya madu terdiri dari madu alami dan madu kemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan daya hambat madu alami dengan madu kemasan secara in vitro terhadap Streptococcus beta hemoliticus Group A. sebagai penyebab faringitis. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan posttest only control group design yang dilaksanakan dari September sampai Desember 2013 di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Hasil penelitian menunjukan madu alami dan madu kemasan dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus beta hemoliticus Group A dengan diameter daya hambat terbesar pada madu alami adalah 14 mm dan madu kemasan 11 mm. Berdasarkan uji analisis Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan post-hoc Mann-Whitney terdapat perbedaan yang signifikan antara daya hambat  madu alami dengan madu kemasan dengan nilaip=0,004 (p<0,05). Kesimpulan hasil penelitian adalah madu alami dan madu kemasan memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus beta hemoliticus Group A. Madu alami memiliki daya hambat yang lebih kuat dibandingkan madu kemasan.Kata kunci: madu alami, madu kemasan, Streptococcus beta hemoliticus Group A, antibakteri, faringitis AbstractHoney is a natural substance that produced by bees which is known have many benefits, one of them is to treat pharyngitis that caused by Streptococcus beta hemoliticus Group A. The antibacterial effect of honey can inhibit bacterial growth. By way of making, honey is divided to natural honey dan packing honey. The purpose of this study was to see comparison of the antibacterial effect of natural honey and packing honey againt Streptococcus beta hemoliticus Group A by in vitro. This research was experimental with posttest only with control group design This study was conducted in September to December 2013 in the laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, Andalas University. The result showed that natural honey and packing honey have antibacterial effect againt Streptococcus beta hemoliticus Group A. The biggest inhibition area of the natural honey was 14 mm and the biggest inhibition area of the packing honey was 11 mm. Both of honey had differences antibacterial effect with p= 0,004 (p<0,05) with analysis of Kruskal-Wallis test and followed by post-hoc Mann-Whitney. From this study we can conclude that natural honey and packing honey have antibacterial effect againt Streptococcus beta hemoliticus Group A. Antibacterial of natural honey is stronger than packing honey to inhibit bacterial growth.Keywords: natural honey, packing honey, Streptococcus beta hemoliticus Group A, antibacterial, pharyngitis.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 117-122
Author(s):  
Kinanti Driasti Putri ◽  
Utmi Arma ◽  
Abu Bakar

Infeksi rongga mulut lebih dari 20% - 75% terjadi karena infeksi jamur di rongga mulut yang disebabkan oleh Candida albicans. Candida albicans merupakan salah satu flora normal di dalam rongga mulut dan bersifat opertunistik, infeksi dari jamur ini sering disebut sebagai Kandidiasis rongga mulut. Ekstrak buah pinang muda (Areca catechu L) memiliki aktivitas antijamur, karena memiliki kandungan alkaloid, flavanoid,dan tannin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Aktivitas Ekstrak Buah pinang muda (Areca catechu L) terhadap jamur Candida albicans pada pasien kandidiasis rongga mulut. Penelitian eksperimental laboratorium dengan post test only control group design. Sampel adalah candida albicans yang diswab dari pasien kandidiasis rongga mulut. Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram yang dilakukan pada dua kelompok kontrol negatif (DMSO) dan kontrol positif (Ketokonazol), dan 5 kelompok perlakuan ekstrak buah pinang muda dengan konsentrasi 5%, 15%, 30%, 45% dan 60%. Pertumbuhan Candida albicans diukur dari zona hambat yang terbentuk, dan dianalisis secara statistik menggunakan one way anova dan post hoc LSD.Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji Anova didapat nilai f hitung> f tabel yaitu 45,317>2,51 dan p=0,000


Author(s):  
Bina Marsasi ◽  
Yuwono Yuwono ◽  
Salni Salni

Daun beluntas bermanfaat sebagai pengobatan flour albus dan discharge yang disebabkan oleh jamur. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan aktivitas anti-jamur fraksi pada ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Lees) terhadap Candida albicans. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vitro menggunakan desain studi Posttest-only Control Group Design. Ekstrak metanol diperoleh melalui proses maserasi sedangkan fraksinya melalui fraksinasi cair-cair. Fraksi paling aktif ditentukan oleh uji aktivitas anti jamur. Fraksi paling aktif dengan konsentrasi 10%, 5%, 2,5%, 1,25%, 0,625% dan diameter zona hambat 0,3125% diukur dengan metode pengenceran cairan padat. Kesetaraan dengan obat dinilai melalui analisis regresi, kemudian golongan senyawa aktif ditentukan melalui uji bioautografi menggunakan kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian diperoleh metanol-fraksi-air dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans sedangkan ekstrak metanol, n-heksana dan etil asetat tidak menghambat. Fraksi metanol air yang memiliki diameter zona hambat mulai pada konsentrasi 0,3125% dengan diameter rata-rata 7,34 mm dan pada konsentrasi 10% diperoleh diameter terbesar sebesar 17,10 mm. Melalui cairan pengencer dan fraksi padat KHM dari fraksi metanol-air dihambat pada konsentrasi 0,3125%. Uji kesetaraan menunjukkan bahwa 1 mg / ml ketokonazol setara dengan 39.561 mg / ml fraksi metanol-air daun beluntas. Senyawa yang menghambat jamur diduga adalah golongan aktif senyawa flavonoid dan alkaloid. Fraksi metanol-air daun beluntas (Pluchea indica Lees) memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans secara in vitro.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document