scholarly journals Review: Zebrafish (Danio Rerio) Sebagai Model Obesitas dan Diabetes Melitus Tipe 2

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 69
Author(s):  
Mira Hardianti ◽  
Ari Yuniarto ◽  
Patonah Hasimun

Zebrafish (Danio rerio) yang sebelumnya disebut Brachydanio rerio merupakan spesies ikan air tawar tropis yang berukuran kecil yang berasal dari Asia Selatan dan Sungai Gangga di India. Zebrafish bisa diaplikasikan pada model obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Obesitas merupakan pemicu terjadinya DMT2. Tujuan dari review artikel ini dapat memberikan informasi dan meningkatkan pemahaman pembaca bahwa zebrafish merupakan model yang ideal untuk obesitas dan DMT2. Metode penulisan review artikel ini dilakukan dengan penelusuran artikel ilmiah terpublikasi bertaraf nasional dan internasional dengan menggunakan kata kunci berupa “Obesity, zebrafish, model”, “Hyperglycemia, zebrafish, model” atau “zebrafish for hyperglycemia” dan “Diabetes melitus type 2, zebrafish, model”. Zebrafish model obesitas dan DMT2 yang diinduksi makanan dan obat menunjukkan keunggulan menjadi obesitas seperti pada manusia dan mamalia lain. Selain itu, zebrafish yang diinduksi dengan metode perendaman glukosa diperoleh hasil meningkatnya kadar glukosa darah dan gangguan respon terhadap insulin eksogen. Pemberian alternatif terapi dari bahan alam seperti GTE, palmaria mollis, diosgenin, bubuk kayu manis pada zebrafish memberikan hasil yang cukup baik sehingga bisa dipertimbangkan sebagai alternatif model hewan lain.

Author(s):  
Mulia Mayangsari

 Individuals who have a family history oftype 2 diabetes mellitus (DM) have a highrisk for type 2 diabetes. Type 2 diabetescan be prevented by improving modifiablerisk factors, supported by self-awareness,perceptions and attitudes of individualswho have a high family history of DM. Thisstudy used a qualitative phenomenologicaldesign. A Purposive Sampling techiniquewas applied to determine individuals whohad parents with type 2 diabetes. Nineindividuals participated in this study. AQualitative content analysis with Collaiziapproach used as a data analysis method.The main themes depicted individuals selfawareness,perceptions, & attitudes were:denials that diabetes caused by heredityfactors; misperception about diabetes;“traditional modalities” as a preventionmeasurement toward type 2 diabetes; andDM is perceived as a “threatening disease”.Further study is needed to examine indepth the themes that have been identifiedon the number of participants are morenumerous and varied.


2021 ◽  
Vol 22 (12) ◽  
pp. 6372
Author(s):  
Marta d’Amora ◽  
Vittoria Raffa ◽  
Francesco De Angelis ◽  
Francesco Tantussi

Plasmonic nanoparticles are increasingly employed in several fields, thanks to their unique, promising properties. In particular, these particles exhibit a surface plasmon resonance combined with outstanding absorption and scattering properties. They are also easy to synthesize and functionalize, making them ideal for nanotechnology applications. However, the physicochemical properties of these nanoparticles can make them potentially toxic, even if their bulk metallic forms are almost inert. In this review, we aim to provide a more comprehensive understanding of the potential adverse effects of plasmonic nanoparticles in zebrafish (Danio rerio) during both development and adulthood, focusing our attention on the most common materials used, i.e., gold and silver.


2018 ◽  
Vol 2018 ◽  
pp. 1-8 ◽  
Author(s):  
Abhishek A. Kulkarni ◽  
Abass M. Conteh ◽  
Cody A. Sorrell ◽  
Anjali Mirmira ◽  
Sarah A. Tersey ◽  
...  

It is well known that a chronic state of elevated reactive oxygen species (ROS) in pancreaticβ-cells impairs their ability to release insulin in response to elevated plasma glucose. Moreover, at its extreme, unmitigated ROS drives regulated cell death. This dysfunctional state of ROS buildup can result both from genetic predisposition and environmental factors such as obesity and overnutrition. Importantly, excessive ROS buildup may underlie metabolic pathologies such as type 2 diabetes mellitus. The ability to monitor ROS dynamics inβ-cells in situ and to manipulate it via genetic, pharmacological, and environmental means would accelerate the development of novel therapeutics that could abate this pathology. Currently, there is a lack of models with these attributes that are available to the field. In this study, we use a zebrafish model to demonstrate that ROS can be generated in aβ-cell-specific manner using a hybrid chemical genetic approach. Using a transgenic nitroreductase-expressing zebrafish line,Tg(ins:Flag-NTR)s950, treated with the prodrug metronidazole (MTZ), we found that ROS is rapidly and explicitly generated inβ-cells. Furthermore, the level of ROS generated was proportional to the dosage of prodrug added to the system. At high doses of MTZ, caspase 3 was rapidly cleaved,β-cells underwent regulated cell death, and macrophages were recruited to the islet to phagocytose the debris. Based on our findings, we propose a model for the mechanism of NTR/MTZ action in transgenic eukaryotic cells and demonstrate the robust utility of this system to model ROS-related disease pathology.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Hafizha Firdaus Al-Fuady ◽  
Bambang Purwanto ◽  
Soebagijo Adi Soelistijo

AbstrakLatar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 menjadi penyebab kematian nomer 3 di Indonesia. Kelebihan berat badan atau lingkar pinggang diatas normal dan kadar HDL-c rendah merupakan faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Faktor risiko tersebut dapat diatasi salah satunya dengan olahraga. Senam PERSADIA 1 dirancang khusus untuk pencegahan diabetes. Namun, efek dari senam ini dalam menurunkan lingkar pinggang dan meningkatkan rasio HDL-c LDL-c belum pernah diteliti.Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimen lapangan. Pengaruh Senam PERSADIA 1 terhadap lingkar pinggang dan rasio HDL-c LDL-c dianalisis dengan uji statistik deskriptif, uji normalitas saphiro wilk-test, uji beda berpasangan paired t-test / Wilcoxon-test.Hasil: Penelitian ini melibatkan 12 ibu-ibu PKK Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. Dari hasil analisis, terdapat penurunan rerata lingkar pinggang dan bermakna namun sedikit (p= 0,032), tidak ada peningkatan kadar HDL-c yang bermakna (p= 0,301), terdapat penurunan rerata LDL-c namun belum bermakna (p= 0,755), terdapat peningkatan rerata rasio HDL-c LDL-c namun belum bermakna (p= 0,303).Kesimpulan: Senam PERSADIA 1 dapat menurunkan lingkar pinggang namun sedikit dan belum dapat meningkatkan rasio HDL-c/LDL-c pada wanita secara bermakna menurut statistika. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menambah waktu pelaksaan senam dan mengontrol energy intake subjek penelitian. Kata Kunci:. Diabetes melitus, Senam PERSADIA 1, lingkar pinggang, rasio HDL-c LDL-c, wanita AbstractBackground: Type 2 diabetes mellitus is the third causes of death in Indonesia. Overweight or waist circumference above normal and low HDL-c levels are risk factors for type 2 diabetes mellitus. One of the risk factors can be resolve with exercise. First series PERSADIA exercise is specifically designed for the prevention of diabetes. Howefer, the effect of this exercise in reducing waist circumference and increase ratio HDL-c LDL-c had never been proven.Method: The design of this study was a field experiment. The effect of first series PERSADIA exercise on waist circumference and HDL-c LDL-c ratio was analyzed by descriptive statistical test, saphiro wilk-test for normality test, paired t-test / Wilcoxon-test for different paired test.Result: This study involved 12 Women lived in Lidah Wetan Gang V RW 2 Surabaya. From the analysis, there was a decrease in mean waist circumference and significant but slightly (p = 0.032), there was no significant increase in HDL-c levels (p = 0.301), there was a decrease in LDL-c mean but it was not significant (p = 0.755), there was an increase in the mean HDL-c LDL-c ratio but it was not significant (p = 0.303).Conclusion: First series PERSADIA exercise has been able to reduce waist circumference but slightly and not able to increase HDL-c / LDL-c ratio significantly in women according to statistics. Further research is needed by increasing the exercise time and controlling the energy intake of subjects. Keywords: diabetes mellitus, first series PERSADIA exercise, waist circumference, HDL-c LDL-c ratio, women 


Author(s):  
Wahyu Sukma Samudera ◽  
Novita Fajriyah ◽  
Ida Trisnawati

Background: Type 2 diabetes mellitus was one of non-communicable diseases that increased of prevalence in word wide, included in Indonesia. Utilization of technology as an effort of increase of diabetes treatment is important for achieving of optimum glycemic control and to prevent of complication of diabetes mellitus. However, intervention for self management in patients with diabetes mellitus at this time still not using technology based mobile health intervention. Purpose: This study aims to verify of effectiveness of mobile health intervention on self management and glycemic control in patient with type 2 diabetes mellitus. Method: Design of this studies was used systematic review of randomized controlled trial with PRISMA approach. Article search was carried out through databases: Scopus, Science Direct, and ProQuest with randomized controlled trial design within last 10 years. Results: The finding showed 407 articles have been obtained. Articles selection process were through few steps: topic selection, full text selection, design of studies and obtained 10 articles have been as appropriate of inclusion criteria. Based on results of finding of 10 articles were showed that mobile health intervention was effective in improving of glycemic control by decreasing hbA1c, fasting blood glucose, 2 hours post pandrial. Furthermore, mobile health intervention was effective in increasing of self management in patient with type 2 diabetes mellitus and increased adherence of diabetes medication. Moreover, mobile health intervention can also improve of insulin level and lipid profile in patient with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Mobile health intervention was effective in improving of glycemic control and self management, and giving of facilitate communication between patient and health providers Keywords: mobile health application; self management; glycemic control; diabetes mellitus ABSTRAK Latar belakang: diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan angka kejadian di dunia, termasuk di Indonesia. Penggunaan teknologi sebagai upaya meningkatkan manajemen diabetes melitus sangatlah penting untuk dilakukan guna mencapai kontrol glikemik optimal dan mencegah komplikasi dari Diabetes Melitus. Namun, manajemen diri pada sebagian besar pasien Diabetes Melitus saat ini masih belum menggunakan bantuan teknologi berbasis mobile health. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi efektivitas dari penggunaan mobile health intervention terhadap manajemen diri dan kontrol glikemik pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Metode: desain dalam penelitian ini adalah systematic review dengan menggunakan pendekatan PRISMA. Pencarian artikel dilakukan pada beberapa database yang meliputi: Scopus, Science Direct dan ProQuest dengan desain Randomized controlled trial dalam 10 tahun terakhir. Hasil: hasil temuan didapatkan sejumlah 407 artikel penelitian. Proses seleksi artikel dilakukan beberapa tahap meliputi: seleksi topik, fullteks, desain artikel penelitian dan didapatkan 10 artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil temuan dari 10 artikel penelitian yang digunakan, menunjukkan bahwa mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik pasien diabetes melalui penurunan kadar hbA1c, gula darah puasa, 2 jam post pandrial. Selanjutnya, mobile health intervention efektif dalam meningkatkan manajemen diri pasien diabetes dan meningkatkan kepatuhan pengobatan. Selain itu, mobile health intervention juga dapat memperbaiki level insulin dan profil lipid pasien diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik dan meningkatkan manajemen diri pasien diabetes melitus serta memudahkan komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan Kata kunci: mobile health application; manajemen diri; kontrol glikemik; diabetes melitus


Author(s):  
Indranila KS

Diabetes Melitus (DM) memerlukan pengendalian glikemia yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan hemoglobinterglikasi (HbA1c). Semakin tinggi kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c), semakin tidak terkendali kadar gula darah pasien DM tipe2. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya proses hiperkoagulasi dan gangguan mikrovaskular maupun makrovaskular. PemeriksaanProtrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) diharapkan dapat mendeteksi secara dini adanya gangguankoagulasi di pasien DM tipe 2. Penelitian potong lintang terhadap 72 orang pasien DM tipe 2 yang berusia diatas 18 tahun diperiksakadar HbA1c dan dikaji koagulasi (PT dan APTT). Pasien dengan penyakit penyerta seperti anemia dan kelainan hemoglobin, keganasanatau kelainan hematologis, pasca bedah, hipertiroid, perempuan hamil, riwayat penyakit hati dan pasien yang mengkonsumsi obatobatanyang mengganggu fungsi koagulasi dikeluarkan dari penelitian ini. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnovdan analisis hubungan menggunakan uji Pearson. Analisis kenasaban terdapat hubungan antara kadar hemoglobin terglikasi denganProthrombin Time negatif lemah (r= -0,179; p=0,132) dan dengan Activated Partial Thromboplastin Time positif sangat lemah (r=0,016;p=0,892). Berdasarkan telitian ini terdapat hubungan negatif lemah yang bermakna antara kadar hemoglobin terglikasi dengan PTdan hubungan positif sangat lemah yang tidak bermakna dengan Activated Partial Thomboplastin Time.


Author(s):  
Dafina Balqis ◽  
Yudhi Adrianto ◽  
Jongky Hendro Prayitno

Strok saat ini menjadi salah satu penyebab utama kematian global. Hubungan antara kejadian strok dengan diabetes telahlama diketahui. Kontrol gula darah, yang dipantau melalui kadar HbA1c, telah menunjukkan hubungan dengan strok dan penyakitkardiovaskular lain. Kajian ini untuk menentukan perbedaan kadar HbA1c antara pasien diabetes melitus tipe 2 dengan dan tanpakejadian strok infark trombotik. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis retrospektif menggunakan rekam medis pasienselama 3,5 tahun. Penelitian ini mengumpulkan data kadar HbA1c dari 443 pasien diabetes melitus tipe 2 kemudian membandingkanrerata kadar HbA1c antara pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kejadian strok trombotik (n=74) dan tanpa kejadian strok trombotik(n=369). Perbandingan tingkat HbA1c juga dilakukan secara terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini menemukan reratakadar HbA1c yang tinggi di kedua kelompok sampel (10,49%±2,53% untuk kelompok dengan kejadian strok infark trombotik dan10,44%±2,8% untuk kelompok tanpa kejadian strok infark trombotik) dengan perbandingan sarana p>0,05. Perbandingan yangdilakukan secara terpisah di laki-laki dan perempuan juga menunjukkan hasil yang sama dengan p>0,05. Sebagai simpulan, kadarHbA1c di kedua kelompok penelitian sama-sama tinggi dan tidak ada perbedaan bermakna kadar HbA1c yang ditemukan di pasiendengan diabetes tipe 2 dengan dan tanpa kejadian strok trombotik.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document